Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan ekonomi dan sosial bukan menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih pendidikan yang setinggi-tingginya. Seperti, kisah salah satu anak asuh dari Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhamad Mardiono, Herayati.
Herayati atau yang akrab disapa Hera lahir dari keluarga sederhana, di mana ayahnya adalah seorang pengayuh becak, di Cilegon, Banten.
Baca Juga
Perempuan berusia 28 tahun ini mendapat beasiswa dari Perusahaan POSCO untuk melanjutkan pendidikannya di Departement of Chemistry, Kookmin University, Seoul, Korea Selatan.
Advertisement
Mardiono mengaku bangga atas pencapaian Hera. Sebab, dirinya adalah saksi perjuangan Hera sejak tinggal di Cilegon dahulu.
“Hera ini adalah salah satu siswi MAN 2 Cilegon, di mana sekolah ini posisinya di belakang rumah saya. Alhamdulillah usai lulus dari MAN 2 kemudian lanjut S1-S2 predikat cumlaude di ITB. Kemudian sekarang mendapatkan beasiswa ke Korea,” ujar Mardiono di Kantor Utusan Khusus Presiden (UKP), seperti dikutip dari siaran pers diterima.
Mardiono yang juga Utusan Khusus Presiden (UKP) Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan ini juga meminta kepada anak bangsa agar meneladani sosok Hera. Mardiono ingin, anak bangsa tidak pasrah akan keadaan dan kehidupan latar belakang.
“Bagi anak bangsa khususnya yang sedang menapaki jenjang pendidikan, jangan pernah merasa karena memiliki latar belakang terbatas secara sosial dan ekonomi sehingga menyerah. Keadaan yang dihadapi harus diselesaikan dan diperjuangkan, dengan meminta kepada Allah Insya Allah itu janjinya,” ungkapnya.
Motivasi Hera
Sementara itu, Hera yang baru saja ditinggalkan sosok ayah yang wafat sejak enam bulan lalu, mengaku hampir mengubur cita-citanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S3.
Namun, ada banyak hal yang memotivasinya untuk tetap melanjutkan hidup dan cita-citanya yang mulia itu.
“Saat beliau (Pak Mardiono) menyampaikan menjadi ayah asuh saya, waktu itu adalah suatu kehormatan dan satu hal yang saya syukuri. Saya juga banyak mendapat inspirasi dari beliau, ingin bermanfaat sebanyak beliau lakukan, sukses di kehidupan pribadi dan bermanfaat bagi bangsa,” kata Hera.
“Walaupun pada Januari 2023 pengumuman beasiswa, saya sempat tidak sampaikan ke bapak (ayah kandung) karena kondisinya melemah dan keinginan ini sempat tertunda. Tapi saya ingat, bapak minta saya terus belajar dan sekolah, ini yang memotivasi saya juga,” sambungnya sambil terisak mengingat orang tuanya.
Hera berharap, usai lulus dan mendapatkan gelar doktor di Korea, dia bisa mengaplikasikan ilmunya untuk kemajuan bangsa dan negara.
“Karena saya memang dari latar belakang keluarga yang kurang mampu, maka keberhasilan saya juga akan disalurkan untuk kebermanfaatan orang banyak dan negara,” Hera menutup.
Advertisement