Sukses

3 Fakta Viral Guru Cukur Siswi SMPN di Lamongan Lantaran Tak Pakai Ciput dalam Hijab

Seorang guru Bahasa Inggris sekaligus pembina pramuka EN di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur menggunduli 14 siswi. Hal tersebut terjadi lantaran para siswi tersebut memakai ciput saat menggunakan hijab.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang guru Bahasa Inggris sekaligus pembina pramuka EN di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur menggunduli 14 siswi. Hal tersebut terjadi lantaran para siswi tersebut memakai ciput saat menggunakan hijab.

Kepala Sekolah SMPN 1 Sukodadi Lamongan Harto pun membenarkan kejadian itu. Harto menjelaskan, pada Rabu 23 Agustus 2023 ada tim ketertiban sekolah untuk melakukan pemeriksaan. Lalu terjadi penggundulan kepada siswi yang kedapatan tidak memakai ciput alias penutup rambut saat mengenakan hijab.

"Sorenya sudah diklarifikasi ke wali murid semua. Dan kita tindaklanjuti tanggal 24 bertemu dengan wali murid untuk mediasi," ujar Harto.

Mediasi dilakukan pada esok harinya yang dihadiri oleh Kepala Sekolah, Guru EN, dan wali murid yang anaknya menjadi korban.

Dia mengatakan, wali murid dan guru cukur siswi itu sepakat saling memaafkan. EN mengaku perbuatannya sudah salah. Harto juga mengakui telah melaporkan kasus itu ke Dinas Pendidikan Lamongan.

Menurut dia, pada intinya, wali murid sudah menerima permohonan maaf dari sekolah dan dari guru yang bersangkutan. Anak-anak pun, kata Harto, didampingi psikolog agar tidak trauma.

Wali murid dan guru sepakat untuk saling memaafkan. Guru tersebut juga mengakui kesalahannya. Meski begitu, Harto sebagai kepala sekolah sudah melaporkan kasus ini ke Dinas Pendidikan Lamongan.

"Dalam perkembangannya, guru berinisial EN yang menggunduli belasan siswi hanya karena tidak pakai ciput itu juga sudah ditarik ke Dinas Pendidikan Jatim dan tidak boleh mengajar," beber Harto.

Berikut sederet fakta terkait viral seorang guru Bahasa Inggris sekaligus pembina pramuka EN di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan menggunduli 14 siswinya dihimpun Liputan6.com:

 

2 dari 4 halaman

1. Kronologi Kejadian Lengkap

Seorang guru Bahasa Inggris sekaligus pembina Pramuka di SMPN 1 Sukodadi Lamongan, tega menggunduli 14 siswi hanya karena tidak memakai ciput untuk menutup rambut saat mengenakan hijab.

Kepala Sekolah SMP N 1 Sukodadi Harto kepada wartawan menceritakan kronologi kejadian penggundulan tersebut.

Awalnya pada 23 Agustus ada tim ketertiban dari sekolah memeriksa siswa. Kemudian terjadilah penggundulan siswi yang kedapatan tidak memakai ciput alias penutup rambut saat mengenakan hijab.

"Sorenya sudah diklarifikasi ke wali murid semua. Dan kita tindaklanjuti tanggal 24 bertemu dengan wali murid untuk mediasi," katanya.

Intinya wali murid, kata Harto, sudah menerima permohonan maaf dari sekolah dan dari guru yang bersangkutan. Anak-anak kita dampingi psikolog agar tidak trauma," katanya.

Dalam perkembangannya, Harto juga menyebutkan, guru berinisial EN yang menggunduli belasan siswi hanya karena tidak pakai ciput itu juga sudah ditarik ke Dinas Pendidikan Jatim dan tidak boleh mengajar.

 

3 dari 4 halaman

2. Kejadian Berakhir Saling Memaafkan

Atas insiden itu, sebagian wali murid pun sempat protes ke sekolah. Ia pun, sempat melakukan upaya mediasi dengan mendatangi rumah sekaligus mengumpulkan wali murid di sekolah.

Mediasi pun digelar keesokan harinya, Kamis 24 Agustus 2023 dengan dihadiri Harto, guru berinisial EN dan 10 wali murid yang anaknya jadi korban.

"Forum itu, wali murid dan guru pelaku penggundulan itu sepakat saling memaafkan. EN mengaku perbuatannya sudah salah," ucap Harto.

Harto juga mengakui telah melaporkan kasus itu ke Dinas Pendidikan Lamongan.

 

4 dari 4 halaman

3. Oknum Guru Kini Dilarang Mengajar

Guru SMPN 1 Sukodadi Lamongan, Jawa Timur berinisial EN kini dilarang mengajar muridnya lantaran telah mengunduli rambut sejumlah siswinya karena tidak memakai ciput atau kain lapis penutup kepala jilbab.

Kepala Sekolah SMPN 1 Sukodadi Harto mengungkapkan, EN ditarik oleh Dinas Pendidikan Lamongan, dan tak boleh mengajar di SMPN 1 Sukodadi hingga waktu yang tak ditentukan.

"Itu tindakan salah. Itu sudah kami laporkan ke dinas dan sekarang gurunya sudah ditarik ke dinas untuk pembinaan. Enggak ngajar," jelas Harto.