Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia tak percaya cadangan nikel Indonesia akan habis pada 15 tahun ke depan. Hal ini merespon pernyataan Kementerian ESDM terkait masa waktu cadangan nikel.
Terkait hal tersebut, Anggota Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam merasa yakin masih melimpah karena banyak yang belum di eksplorasi oleh pemerintah.
Baca Juga
"Nikel itu saat ini belum dilakukan yang namanya eksplorasi, karena izin yang dikeluarkan kan belum seluruhnya, banyak masih ada dan ini kan bisnis yang baru, jangan dibandingkan dengan batubara, sehingga belum bisa kita bilang apakah 15 tahun 10 tahun atau 50 tahun belum bisa, karena masih banyak yang dikelola," kata dia dalam keterangannya, Kamis (31/8/2023).
Advertisement
Ridwan pun menuturkan, cadangan nikel yang saat ini sedang beroperasi hanya sebagian kecil di beberapa daerah, baik itu di Sulawesi, Kalimantan hingga Kepulauan Maluku Utara. Namun, daerah lain seperti di Kalimantan bagian lainnya hingga ke Papua belum beroperasi, hingga cadangan nikel Indonesia masih berlimpah.
“Iya karena lokasi yang dibuka itu kan baru sedikit, beda dengan batubara yang sudah berpuluh-puluh tahun. Jadi saya kira terlalu dini kalau kita mengatakan bahwa 15 tahun 10 tahun atau 50 tahun, belum bisa karena ini adalah baru dibuka dan izinnya pun masih belum banyak,” kata dia.
Sebelumnya, sejumlah kalangan mendesak pemerintah untuk menghentikan pembangunan fasilitas pengolahan atau pemurnian, alias melakukan moratorium smelter nikel baru dalam negeri. Pasalnya, cadangan nikel di Indonesia diprediksi bakal habis dalam kurun waktu 7 tahun lagi.
Namun, menurut perhitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan nikel di Tanah Air masih tersisa antara 10-15 tahun lagi.
Staf Khusus Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Irwandy Arif mengatakan, asumsi perihal cadangan nikel dalam negeri bervariasi. Ada yang mengatakan 7 tahun, tapi ada juga yang bilang masih cukup hingga 15 tahun.
"Tergantung konsumsi. Konsumsinya itu yg kemudian tergantung penemuan cadangan baru dari hasil eksplorasi. Yang namanya dinamika itu terjadi. Jadi tidak fix 7 tahun," ujar Irwandy di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/8/2023).
Cadangan Nikel Indonesia Bisa Sampai 15 Tahun
Irwandy mengutarakan, Kementerian ESDM sedari dulu sudah menghimbau agar membatasi pembangunan smelter nikel baru. Adapun menurut perhitungan kasar instansi, cadangan nikel di Indonesia masih cukup sampai di atas 10 tahun.
"Kira-kira kalau kita hitung secara kasar ya 10-15 tahun. Tapi yang saya bilang, ini sangat dinamis. Tergantung eksplorasi kita, penemuan cadanga baru, kemudian pemanfaatan limonit daripada saprolit," ungkapnya.
Lebih lanjut, Irwandy mengungkapkan, Menteri ESDM memang belum mengeluarkan kebijakan melakukan moratorium smelter nikel baru. Namun, ia tetap meminta kesadaran dari para pelaku usaha terkait.
"Belum, baru himbauan aja dari pak Menteri. Karena memang konsumsi bijih saprolitnya luar biasa. Ini harus kita perhatikan. Tapi yang sudah disetujui tetap jalan ya, terutama yg masuk dalam proyek strategis nasional," tuturnya.
Advertisement