Liputan6.com, Jakarta - - Kejutan besar mulai mewarnai dinamika dan kontestasi Pilpres 2024, peta koalisi pun berubah. Perubahan ini seiring semakin mendekatnya pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden atau capres-cawapres yang tak sampai 2 bulan lagi, tepatnya mulai 19 Oktober hingga 25 November 2023.
Jagat perpolitikan di Tanah Air digegerkan ketika Partai Demokrat menyatakan mendapat informasi bakal capres Anies Baswedan akan menggandeng Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Pilpres 2024. Kabar ini dikemukakan Sekretaris Jenderal atau Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya.
Baca Juga
"Kemarin, 30 Agustus 2023, kami mendapatkan informasi dari Sudirman Said, mewakili Capres Anies Baswedan, bahwa Anies telah menyetujui kerja sama politik Partai Nasdem dan PKB, untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Persetujuan ini dilakukan secara sepihak atas inisiatif Ketum Nasdem, Surya Paloh," ujar Teuku Riefky Harsya, Kamis 31 Agustus 2023.
Advertisement
Riefky menyebut Demokrat juga telah mengkonfirmasi kabar tersebut kepada Anies Baswedan. Menurut Demokrat, keputusan Anies dan Nasdem telah mengkhianati Koalisi Perubahan.
"Rentetan peristiwa yang terjadi merupakan bentuk pengkhianatan terhadap semangat perubahan; pengkhianatan terhadap Piagam Koalisi yang telah disepakati oleh ketiga Parpol; juga pengkhianatan terhadap apa yang telah disampaikan sendiri oleh Capres Anies Baswedan, yang telah diberikan mandat untuk memimpin Koalisi Perubahan," Sekjen Demokrat itu menambahkan.
Di lain pihak, Ketum Partai NasDem Surya Paloh menanggapi pernyataan Partai Demokrat. Terutama terhadap tudingan pengkhianatan dari Demokrat yang ditujukan terhadap NasDem dan Anies Baswedan.
Seperti apa respons Surya Paloh? Bagaimana pula ragam tanggapan geger kabar duet Anies-Cak Imin yang disertai tudingan pengkhianatan? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Geger Kabar Cak Imin Jadi Cawapres Anies dan Tudingan Khianat
Advertisement