Sukses

Puluhan Penyandang Disabilitas Membawa ‘Buah Tangan’ yang Menyentuh Hati Ganjar Pranowo

Semangat itu semakin memuncak ketika Ganjar Pranowo yang mengenakan baju warna putih keluar dari rumah diikuti oleh Siti Atikoh di belakangnya. Mereka bersorak dan berteriak seraya memanggil nama Ganjar.

Liputan6.com, Semarang Sekitar pukul 08.30, ada 30 penyandang disabilitas yang tergabung dalam Komunitas Sahabat Difabel dan Rumah Difabel Semarang mendatangi Puri Gedeh untuk bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Mereka hadir dengan membawa kenang-kenangan berupa karya, pertunjukan, dan puisi surat cinta. 

Sembari menunggu kedatangan Ganjar Pranowo, mereka dibantu pengasuh Komunitas Sahabat Difabel dan Rumah Difabel mempersiapkan diri. Semangat membara terpancar dari wajah puluhan kawan disabilitas itu. Kehadiran mereka pun membuat semangat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang didampingi istrinya, Siti Atikoh untuk menjumpai puluhan penyandang disabilitas menyambangi rumahnya, Sabtu (2/9). 

Ya, semangat itu semakin memuncak ketika Ganjar Pranowo yang mengenakan baju warna putih keluar dari rumah diikuti oleh Siti Atikoh di belakangnya. Mereka bersorak dan berteriak seraya memanggil nama Ganjar. 

"Pak Ganjar. Pak Ganjar," seru para penyandang disabilitas yang hadir di sana menyapa Ganjar sembari melambaikan tangan. 

Ganjar membalas sapaan itu dan langsung duduk di tengah-tengah para penyandang disabilitas. Ganjar lanjut bertanya tentang apa yang ingin disampaikan dalam pertemuan itu.

"Kok Pak Ganjar sudah tidak gubernur lagi," ujar salah satu warga yang mendatangi rumahnya. 

Ada juga juga yang bercerita menjadi kader penyuluhan posyandu di rumah sakit, ada yang ikut lomba menulis opini dan juara satu. Lalu ada juga yang bertanya kenapa di Demak masih sering banjir rob hingga kesukaan melukis dan menggambar sampai dibeli oleh seorang menteri. 

Di tengah obrolan yang menyenangkan sekaligus menggemaskan itu, muncullah Kiki yang berkesempatan menyanyi di depan Ganjar. Selanjutnya giliran Faradila dan Reva yang membacakan sepucuk surat tanda cinta untuk Gubernur Ganjar Pranowo berjudul "Surat dari Tuan" karya Bang Odi, salah satu pengajar Komunitas Sahabat Difabel Semarang. Berikut kutipan surat cinta untuk Ganjar Pranowo itu: 

"Ini bukanlah puisi yang puitis. Ini bukan pula lirik lagu romantis. Ini adalah surat cinta dari tuanmu, untukmu yang setia melayani rakyatmu. Satu dasawarsa telah berlalu, menemani perjuanganmu mengabdi, serta keikhlasanmu dalam melayani. Karena bagimu, tuanku ya rakyat, gubernur cuma mandat. Dua periode menjabat banyak perubahan positif terjadi karena kinerjamu yang sat set. Banyak kemajuan telah dibangun karena daya juangmu yang tangguh. Sepuluh tahun berjuang, melahirkan Jateng Gayeng, menjadikan Jateng semakin inklusif. Membangun Jateng terus maju, menjadikan Jateng teladan yang baik. Terima kasih Pak Ganjar, putih rambutmu jadi ciri khasmu. Senyum ramahmu cermin keikhlasanmu. Kerutan keningmu tanda ketangguhanmu. Ketegasanmu adalah bukti integritasmu sebagai pemimpin sejati. Terima kasih ibu Atikoh. Ibu selalu setia mendampingi sebagai pasangan hidup. Hari ini bukanlah akhir dari tugasmu melayani tuanmu di wilayah ini. Hari ini adalah awal dari perjalananmu melayani tuanmu yang bertambah banyak. Terima kasih Pak Ganjar, surat cinta ini kami sampaikan untukmu. Bukan untuk sebuah perpisahan melainkan untuk sebuah harapan. Menjadikan Indonesia terus maju." 

 

Isi surat cinta untuk Gubernur itu ternyata mampu membuat Ganjar Pranowo dan Siti Atikoh terharu. Bahkan mata Siti Atikoh berkaca-kaca dan hampir meneteskan air mata saat mendengar Faradila dan Reva membaca. 

Ganjar dan Atikoh kemudian disuguhkan dengan pertunjukan nyanyian medley lima lagu daerah diiringi tarian, di antaranya lagu Sik Sik Sibatumanikam, Ampar-ampar Pisang, Padang Bulan, Ayah Mama, dan Sajojo. Selain itu, Ganjar juga menerima banyak hadiah berupa lukisan, gambar, produk kerajinan tangan, hingga sepasang baju bergaris hitam-putih. Ada juga produk makanan yang merupakan hasil karya kawan disabilitas. 

Ganjar mengaku dari teman-teman penyandang disabilitas itu ia belajar banyak. Terutama tentang menciptakan dan membangun lingkungan yang inklusif. Itulah yang kemudian ia lakukan selama sepuluh tahun memimpin Jawa Tengah. 

"Saya banyak diajari, saya banyak belajar dengan mereka bagaimana membangun inklusivitas. Tadi kita lihat anak-anak perform, Kiki ini hebat ya. Apa sih yang diharapkan, hanya satu kok. Kesetaraan. Maka kami senang setiap kami akan menyusun RAPBD terus kemudian kita Musrenbang mereka selalu hadir," katanya. 

Siti Atikoh menambahkan, selama sepuluh tahun ini selalu berkomunikasi dan hadir dalam kegiatan mereka. Atikoh juga belajar tentang keikhlasan karena teman-teman disabilitas selalu memiliki jiwa untuk berbagi kepada sesama. 

"Di tengah keterbatasan mereka, mereka banyak membantu. Misal saat pandemi ikut membuat masker dan membagikan sembako. Puasa juga berbagi takjil. Mereka menerima kita dengan kasih sayang tanpa batas," katanya.

 

(*)