Liputan6.com, Jakarta Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang mengimbau warga untuk tidak memilih calon presiden di Pemilu 2024 yang memiliki rekam jejak memecah belah umat. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdalatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menilai positif imbauan tersebut.
"Saya kira mungkin, ya kalau buat saya sih itu positif," kata dia usai bertemu Presiden Joko Widodo Jokowi, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (4/9/2023).
Baca Juga
Gus Yahya menilai, imbauan itu diberikan supaya masyarakat tidak lagi terjebak dalam perpecahan.
Advertisement
"Supaya masyarakat kita tidak lagi terjebak dalam situasi yang berpotensi perpecahan seperti itu," ujarnya.
Gus Yahya lalu ditanya apakah PBNU akan membuat imbauan serupa kepada warga NU. Menurutnya, sejauh ini keadaan masih aman-aman saja.
"Sejauh ini sih kita lihat keadaaan masih aman-aman saja, kita belum tahu perkembangannya nanti ya," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengimbau masyarakat agar tidak memilih pemimpin yang memecah belah umat. Hal ini disampaikan Menag Yaqut jelang kontestasi Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.
Ada pun hal ini diungkapkan Yaqut saat hadir di Garut dalam rangka menghadiri Tablig Akbar Idul Khotmi Nasional Thoriqoh Tijaniyah ke-231 di Pondok Pesantren Az-Zawiyah, Tanjung Anom, Garut, Jawa Barat.
"Harus dicek betul. Pernah nggak calon pemimpin kita, calon presiden kita ini, memecah-belah umat. Kalau pernah, jangan dipilih," ujar Menag Yaqut dalam keterangan tertulis jelang kontestasi Pilpres 2024, Minggu (3/9/2023).
Â
Calon Pemimpin Jangan Gunakan Agama Sebagai Alat Politik
Menurut Menag Yaqut, agama harusnya dapat melindungi kepentingan seluruh umat. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat tidak memilih calon pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan.
"Agama seharusnya dapat melindungi kepentingan seluruh umat, masyarakat. Umat Islam diajarkan agar menebarkan Islam sebagai rahmat, rahmatan lil 'alamin, rahmat untuk semesta alam. Bukan rahmatan lil islami, tok," ucap Menag Yaqut.
Dia menilai, pemimpin yang ideal semestinya mampu menjadi rahmat bagi semua golongan. Dia mengulangi pernyataannya untuk meminta masyarakat mengecek rekam jejak para calon bakal calon presiden (capres) maupun bakal calon wakil presiden (cawapres) di kepemimpinan sebelumnya.
"Kita lihat calon pemimpin kita ini pernah menggunakan agama sebagai alat untuk memenangkan kepentingannya atau tidak. Kalau pernah, jangan dipilih," papar Menag Yaqut.
Â
Reporter: Genantan Saputra/Merdeka.com
Advertisement