Sukses

BMKG Imbau Warga Bengkulu Waspada Perubahan Cuaca Akibat Dampak El Nino

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Pulau Baai, Bengkulu mengimbau warga setempat untuk waspada terhadap kondisi perubahan cuaca di wilayah tersebut akibat dampak El Nino.

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Pulau Baai, Bengkulu mengimbau warga setempat untuk waspada terhadap kondisi perubahan cuaca di wilayah tersebut akibat dampak El Nino.

Imbauan itu disampaikan Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Pulau Baai Bengkulu Anang Anwar.

Dia menjelaskan, untuk di Provinsi Bengkulu terjadi perubahan musim, seperti beberapa waktu lalu mengalami musim kemarau basah di September 2023 dan akan terjadi perubahan kembali, yaitu penghujan.

"Hal tersebut disebabkan karena fenomena El Nino, dan warga Bengkulu untuk waspada terhadap cuaca ekstrem sehingga menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir, tanah longsor dan lainnya," ujar Anang di Kota Bengkulu, melansir Antara, Sabtu (9/9/2023).

Ia juga meminta masyarakat Bengkulu untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi. Sebab, kata Anang, sejumlah wilayah di Bengkulu berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang.

Menurut dia, kecepatan angin di wilayah tersebut hingga beberapa hari kedepan yaitu empat hingga 25 knots.

"Masyarakat juga diimbau untuk waspada angin kencang dan gelombang dengan ketinggian mencapai empat meter lebih yang terjadi di sekitar perairan laut Bengkulu," ucap Anwar.

Anang menyebut, terdapat 26 titik panas yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tersebar di Provinsi Bengkulu.

Untuk 26 titik panas yang terdeteksi tersebut berada di sejumlah wilayah seperti di Kabupaten Lebong, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara.

"Berpotensi sejumlah wilayah tersebut terjadi kebakaran hutan lahan dikarenakan wilayah pesisir yang terdapat lahan kebun kelapa sawit," ucap dia.

"Dengan tidak adanya curah hujan dalam beberapa pekan terakhir di Bengkulu menyebabkan banyaknya deteksi titik panas di wilayah tersebut sehingga berpotensi terjadinya kebakaran hutan," jelas Anang.

 

2 dari 3 halaman

Apa Benar Perubahan Iklim Jadi Biang Kerok Kebakaran Hutan dan Lahan? Ini Kata BMKG

Sebelumnya, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di sejumlah daerah. Apakah benar karhutla di Tanah Air ini disebabkan oleh perubahan iklim?

Plt Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan kaitan keduanya.

Menurut dia, musim kemarau yang cukup kering dan berkepanjangan menjadi penyebab dari kebakaran hutan yang terjadi saat ini.

“Kalau kebakaran hutan, pertama memang karena kita saat ini musim kemaraunya cukup kering ya,” ucap Ardhasena kepada Liputan6.com, Selasa 5 September 2023.

Musim kemarau di Indonesia tahun ini terjadi lebih panjang karena fenomena El Nino.

Ardhasena mengatakan fenomena El Nino terjadi Februari atau Maret. Namun, dampak yang ditimbulkan El Nino akan dirasakan hingga akhir Oktober di Indonesia.

“Kalau yang ini El Nino-nya sampai Februari, Maret ya sebagai fenomenanya. Tapi dampaknya hanya akan sampai akhir Oktober di Indonesia,” kata Ardhasena.

El Nino adalah bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa tengah dan timur.

 

3 dari 3 halaman

Lalu Benarkah?

Lalu, apa benar musim kemarau dan El Nino penyebab kebakaran hutan dan lahan di Tanah Air?

Ardhasena mengatakan, kedua faktor itu hanyalah 'latar belakang' dari karhutla. Namun, perbuatan manusia menjadi faktor utama terjadinya karhutla, karena hutan dan lahan tidak dapat terbakar dengan sendirinya.

“Musim kemarau yang kering dan El Nino itu hanya menyebabkan kondisi iklim sebagai latar belakangnya,” ujar Ardhasena.

“Terjadinya kebakaran hutan, tentunya ada faktor manusia yang ada di situ,” sambung dia.

Ardhasena menjelaskan, BMKG memonitor komponen atmosfer bumi beberapa puluh tahun ini. Pada pengamatan itu terlihat, perubahan iklim ini membuat temperatur di Bumi naik.

“Kita kan mau monitor komponen atmosfer ya, lalu kita melihat dari monitoring itu terjadi perubahan iklim selama beberapa puluh tahun ini. Dan salah satu tanda-tandanya dia bisa akan kenaikan temperatur,” kata Ardhasena.

Dia mencontohkan dampak perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan naiknya suhu Bumi. Naiknya temperatur Bumi ini, es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair dengan lebih cepat.

“Paling pertama kan bumi memanas lalu kemudian terjadinya pencairan es misalkan ya. Kutub utara dan Kutub Selatan lebih mencair. Turunan lainnya misalkan kepada terganggunya siklus hidrologi jadi siklus hidrologi lebih cepat gitu,” kata Ardhasena.

Menurut dia, kekeringan yang berkepanjangan di Indonesia, membuat beberapa lokasi mengalami kejadian-kejadian yang ekstrem.

“Bisa juga kekeringan berkepanjangan seperti kita lihat sekarang di banyak lokasi maupun juga di Indonesia gitu. Jadi lebih banyak kejadian-kejadian ekstremnya,” ucap Ardhasena.