Liputan6.com, Jakarta - Ketahanan pangan di Indonesia masih menghadapi sejumlah persoalan, seperti alih fungsi lahan pertanian dan pertumbuhan sektor pertanian yang belum stabil. Hal ini sepatutnya menjadi perhatian serius pemerintah agar negeri ini bisa berdaulat di bidang pangan.
Cara efektif untuk meningkatkan ketahanan pangan, yakni dengan swasembada pangan. Salah satunya mengoptimalkan keberadaan lahan tidur. Lahan-lahan tidur yang selama ini tak memiliki sisi manfaat, didorong untuk menjadi lahan subur dan produktif.
Baca Juga
Gandeng TNI, Perusahaan Ini Tanami Ratusan Hektar Lahan Padi untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional
Jangan Remahkan, Banyak Petani Jeruk di Kalbar Sukses Naik Haji hingga Kuliahkan Anak S3
AS-Indonesia Kolaborasi Tingkatkan Kualitas Peternakan Sapi Perah, Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo
Hal ini lah yang dilakukan kelompok tani Benda Jaya, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. Para petani memanfaatkan lahan kosong seluas kurang lebih tiga hektare di wilayah mereka, dengan tanaman padi dan sejumlah komoditas.
Advertisement
Sepanjang tahun 2023 ini petani sudah bisa panen sebanyak dua kali, bahkan di musim kemarau sekalipun. Dengan adanya hasil panen dari pemanfaatan lahan tidur, otomatis ikut meningkatkan perekonomian para petani sekitar.
Namun, pada panen kali ini para petani mengaku ada sedikit perbedaan karena kurangnya ketersediaan air untuk pengairan sawah akibat kemarau. Alhasil petani terpaksa mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 2 juta untuk mengairi sawah menggunakan pompa air.
"Pengairan dari saluran habis, kita manfaatin air dari bawah tanah. Dari pantekan, memang sudah ada kita siapkan. Sebelumnya (air) dari saluran," kata Paniman, ketua kelompok tani Benda Jaya di sela-sela panen raya, Sabtu (16/9/2023).
Â
Kelompok Tani Bina Jaya Merupakan Binaan Partai
Ada sekitar 200 karung gabah yang berhasil dipanen petani kali ini, dengan total kurang lebih 2 ton. Untuk saat ini para petani menjual hanya sebatas di kalangan penduduk.
Paniman berharap pemerintah dapat memerhatikan nasib para petani yang saat ini masih mengandalkan bercocok tanam. Hal ini mengingat banyak lahan pertanian yang beralih fungsi, sehingga membuat nasib petani semakin terpinggirkan.
"Untuk pemerintah daerah atau pusat tolong perhatiin kelompok tani, jangan sampai tersingkir, lahan untuk pertanian habis. Kalau tanah ini bukan (milik petani), hanya memanfaatkan lahan sebelum dibangun," jelasnya.
Sementara, anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi PDI Perjuangan, Tumai menyatakan bahwa kelompok tani Benda Jaya merupakan petani binaan partai. Ini diakui menjadi salah satu cara untuk menciptakan ketahanan pangan.
"Seringkali ibu Megawati (ketum) menyampaikan kepada jajaran pengurus partai untuk bagaimana kita bersama-sama masyarakat menciptakan potensi-potensi untuk sumber pangan yang bersifat beras dan non beras," paparnya.
Tak hanya beras, pada lahan tidur milik PT Timah (BUMN) itu petani juga menanam sejumlah komoditas, seperti palawija, singkong, pisang, serta umbi-umbian. Kegiatan ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun dan hasilnya cukup membantu perekonomian warga.
"Ternyata ini mungkin dan bisa menjadi lahan yang produktif dan bisa berkontribusi kepada program pemerintah, yang hari ini Bapak Presiden (Jokowi) sedang giat-giatnya menggalakkan bagaimana kedaulatan pangan masa yang akan datang," jelasnya.
Â
Advertisement
Pemanfaatan Lahan Tidur Jadi Solusi Atasi Kemarau
Selain memiliki nilai ekonomis, Tumai menyebutkan pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan terbuka, juga bisa dijadikan solusi untuk mengatasi kemarau. Misalnya dengan menanam komoditas atau pun tanaman tertentu yang bisa menjadi resapan air.
"Sehingga daripada kita kebanyakan fokus membuat polder, lebih baik lahan-lahan yang masih produktif itu diamankan oleh pemda dan difungsikan sesuai kondisi tanah. Dengan pemerintah mampu mempertahankan lahan terbuka, ini salah satu solusi ancaman krisis air," terangnya.
Adapun tanaman tertentu yang mempunyai sifat sebagai resapan air, bisa dimanfaatkan untuk mengairi sawah saat menghadapi kemarau. Hal ini, sambung Tumai, dilakukan para petani di daerah Lebak dan terbukti berhasil mencegah petani gagal panen.
"Ternyata ada beberapa puluh buluh yang tumbuh di tengah sawah, semacam pohon nipah. Itulah yang dipercaya masyarakat sana (Lebak), yang ketika musim kemarau pun sangat baik mengeluarkan air. Dan itulah yang dimanfaatkan untuk persawahan di sana," paparnya.
"Sehingga dengan memerhatikan kondisi alam dengan belajar dari beberapa tempat, itu bisa dijadikan contoh kita Kota Bekasi punya program untuk solusi menghadapi kemarau sekaligus ketahanan pangan," jelasnya.Â
Â