Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyebut menjadi sebuah negara maju perlu keberlanjutan dalam pembangunan. Dia menyarankan agar pemimpin Indonesia ke depan melanjutkan pembangunan yang sudah ada.
"Ya dalam sebuah negara yang namanya kesinambungan, keberlanjutan pembangunan perlu, tidak melompat. Kita sudah TK, SD, sudah SMP, ganti pemimpin mulai lagi yang baru, SD, SMP, SMA, sudah SMA ganti pemimpin, begitu lagi enggak akan sampai," ujar Jokowi dalam sesi wawancara di SCTV ditayangkan Minggu (17/9/2023).
Baca Juga
Jokowi menyebut, pembangunan yang sudah dijalankan presiden sebelumnya harus dilanjutkan pemimpin negara berikutnya.
Advertisement
Menurut Jokowi, jika pembangunan presiden sebelunya hanya diperbaiki oleh pimpinan selanjutnya itu merupakan hal wajar.
"Kesinambungan dan keberlanjutan perlu, bahwa kalau harus ada yang diperbaiki, koreksi perlu," kata dia.
Menurut Jokowi, tantangan pemimpina ke depan jauh lebih sulit. Sehingga dibutuhkan pemimpin yang berani mengambil keputusan meski memiliki resiko.
"Ya karena kita melihat tantangan ke depan semiakin sulit sehingga ke depan dibutuhkan pemimpin berani, punya nyali, berani ngambil keputusan dengan segala resikonya, karena kita kompetisi dengan negara lain, kalau kita mundur, ya enggak kan sampai kita jadi negara maju," terang dia.
Tak hanya itu, menurut Jokowi, pemimpin juga harus bisa mempersatukan rakyat agar membawa energi yang lebih besar untuk perbaikan negara.
"Pemimpin tidak hanya pekerja makro, tapi mikro juga, detailnya harus ngerti, tidak hanya retorika di belakang meja, sudah lah enggak akan kejadian apa yang kita inginkan," tegas Presiden Jokowi.
Â
Cerita Presiden Ganti Nama dari Mulyono Jadi Jokowi: Sering Sakit-sakitan, Mungkin Keberatan
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi membenarkan dirinya saat kecil memiliki nama Mulyono. Jokowi kemudian menceritakan sedikit kisah pergantian nama dari Mulyono menjadi Joko Widodo.
Presiden Jokowi menceritakannya saat wawancara khusus dengan Pimpinan Redaksi SCTV Retno Pinasti yang ditayangkan SCTV pada Minggu (17/9/2023).
"Betul waktu kecil, lahir saya diberi nama Mulyono, dan sakit-sakitan. Ini ceritanya almarhumah ibu saya, karena sakit-sakitan diganti jadi Joko Widodo," ucap Jokowi, Minggu (17/9/2023).
Namun demikian, Presiden Jokowi tidak menjelaskan secara gamblang penyakit apa yang dia derita saat kecil hingga namanya diganti. Jokowi hanya menyebut saat kecil dirinya hidup serba kekurangan.
Selain itu, Jokowi menyebut pergantian nama saat kecil karena sakit lumrah dilakukan oleh masyarakat Jawa.
"Biasalah, kalau masih kecil, kemudian keluarga kita serba kekurangan, ya itu biasa, biasa kalau di Jawa, wah ini mungkin keberatan nama, jadi diganti yang lebih enteng mungkin," kata Jokowi sambil tertawa kecil.
Â
Advertisement
Presiden Jokowi Manfaatkan Akhir Pekan
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi memanfaatkan libur akhir pekan pada Minggu pagi (17/9/2023) untuk bersepeda keliling Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.
Berdasarkan keterangan tertulis Sekretariat Presiden, Jokowi mulai mengayuh sepeda dari Istana Kepresidenan Bogor menuju Kebun Raya Bogor sekitar pukul 08.00 WIB.
Masyarakat yang juga sedang mengisi akhir pekannya dengan berolahraga pagi tampak menyapa Jokowi dan berteriak meminta untuk berfoto bersama.
Presiden Jokowi pun menghentikan laju sepedanya dan berhenti saat mendengar masyarakat memanggilnya, salah satunya adalah Anggun.
"Teriak-teriak tadi manggil, terus Bapak berhenti. Dipanggil tadi sama Bapak terus foto bareng. Happy banget, akhirnya ketemu juga. Sebelumnya belum pernah bertemu secara langsung," ujar salah satu warga, Anggun, Minggu (17/9/2023).
Pengalaman serupa dirasakan oleh Endah, warga asli Pacitan yang kini tinggal di Depok. Ia yang sedang bersepeda bersama suami dan kedua anaknya tidak menyangka bakal bertemu Kepala Negara di Bogor.
"Enggak menyangka. Senang ya, ramah ya, diteriaki langsung berhenti Bapak, luar biasa. Langsung, 'Sini, sini'. Semoga panjang umur, sehat selalu, pokoknya luar biasa Pak Jokowi," ungkap Endah.