Liputan6.com, Jakarta - Dua pekan jelang pendaftaran capres cawapres pada 19 Oktober 2024, PDIP mulai sedikit menyibak tabir sosok cawapres pendamping Ganjar Pranowo. Meski disebut belum mengerucut, ada dua nama yang digadang-gadang sebagai calon terkuat.
"Saya kira figur seperti Pak Mahfud Md dan Ibu Khofifah termasuk figur yang layak sebagai cawapres," ujar Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah, Rabu 4 Oktober 2023.
Baca Juga
Menurut Said, mereka memiliki rekam jejak yang unggul untuk mendampingi Ganjar di Pilpres 2024. Elektabilitas Mahfud dan Khofifah pun tergolong cukup baik.
Advertisement
Langkah PDIP menjaring cawapres dari kalangan NU dinilai memang sudah menjadi kebutuhan. Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago berpandangan, kelompok NU ini dianggapnya dapat menambal suara Ganjar yang tidak terakomodir di Jawa Timur.
"Kalau kita membaca dari kepentingan dan kebutuhan PDIP itu dari dulu memang begitu, bahwa PDIP lebih dekat dengan NU, dan salah satunya Khofifah maupun Mahfud Md adalah NU," kata Arifki kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).
Dia menilai sosok Mahfud, selain dari NU juga mengakomodir beberapa isu yang tidak didapati oleh Ganjar. Misalnya di Jawa Timur dan juga Madura.
"Beberapa kelompok yang memang hari ini siklusnya tidak menguntungkan bagi Ganjar, makanya pilihan kepada Khofifah dan Mahfud Md salah satu peluang cukup besar, karena dua variabel ini, variabel NU dan variabel wilayah. Makanya dua nama ini masuk nominasi yang cukup penting," terang dia.
Namun menurutnya, ada hal yang menarik terkait munculnya nama Mahfud dan Khofifah ini. Arifki menilai, dua figur ini meskipun kuat secara elektabilitas tapi juga tidak memiliki keterikatan yang kuat dengan partai politik.
"Makanya bagi PDIP, memilih figur ini tidak terlalu berisiko dibandingkan memilih figur lain seperti Sandiaga Uno, karena Sandiaga berpotensi akan menjadi saingan Ganjar di 2029, tapi kalau Khofifah ataupun Mahfud, ruang-ruang itu akan sempit bagi dua figur ini untuk bertarung," jela dia.
Menurut Arifki, dua nama tersebut cukup populer dibanding nama lain. Namun demikian, ia memandang Mahfud memiliki peluang lebih besar ketimbang Khofifah Indar Parawansa untuk menjadi cawapres pendamping Ganjar Pranowo.
"Saya membaca (peluangnya) lebih ke Mahfud, karena memang ada peluang Prabowo dan Khofifah. Artinya ini kan perhitungan politik yang akan diambil PDIP. Paling tidak Mahfud cukup populer hari ini sebagai cawapres, paling tidak secara umur juga tidak maju dalam pemilihan 2029, makanya pertimbangannya itu akan dilancarkan PDIP," ucap dia.
Yang kedua, Arifki menambahkan, Mahfud juga tidak terlalu bermanuver sehingga namanya cenderung muncul disandingkan dengan Ganjar. Sementara Khofifah juga pernah muncul di kubu Anies dan Prabowo.
"Karena dia (Mahfud) cukup tertib, tidak terlalu banyak omong soal apakah dia akan jadi cawapresnya Ganjar. Kalau menurut saya kan gagalnya Ridwan Kamil bukan soal dia diperhitungkan tapi dia terlalu cepat ngomong di media, (dia bilang) breaking news, artinya ini yang membuat narasinya berubah. Makanya perhitungan ini akan menguntungkan Mahfud," jelas dia.
Bila koalisi pengusung Ganjar Pranowo menjatuhkan pilihannya kepada Mahfud Md, akan ada dua tokoh NU yang masuk dalam gelanggang Pilpres sebagai cawapres. Mereka ialah Muhaimin Iskandar sebagai cawapres dari Anies Baswedan dan Mahfud Md yang menjadi pendamping Ganjar Pranowo.
Hal ini tentunya akan membuat suara grass root warga NU menjadi terpecah. Menurut dia, meski NU secara organiasi memiliki umat yang besar, namun secara pilihan politik elitenya berbeda.
"Ketika PBNU memiliki pilihan politiknya sendiri, tapi kiai-kiainya beda-beda juga pilihannya. Nggak bisa diatur oleh PBNU, masing-masing kiai itu punya pesantren, dan mereka punya umat, basis santri dan dia punya pengaruh sendiri. Artinya tidak bisa juga ketika PBNU mendukung calon si A, maka secara keseluruhan mendukung capres tersebut, nggak juga," ucap Arifki.
Faktor tidak bersatunya suara warga NU dalam satu pilihan lantaran adanya keberpihakan elite yang berpengaruh kepada masyarakat bawah. Hal itu tercermin usai Cak Imin memutuskan menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan. Tak lama setelahnya, putri Gus Dur, Yenny Wahid langsung berkunjung ke kediaman Prabowo Subianto.
"Artinya kelompok Gus Dur tidak mungkin mendukung Anies, karena berseberangan secara politik kemungkinan akan memilih figur lain, Prabowo atau Ganjar. Makanya secara garis politik pun juga berbeda, apalagi dengan pilihan politik yang para santri di bawah," ucapnya.
"Kiai-kiai ini lebih menentukan dibanding elite politik. Artinya dengan jumlah massa NU yang besar ini juga akan terkooptasi ke beberapa petinggi yang menentukan arah politik, tidak bisa diarahkan NU tegak lurus, pasti akan beragam," dia menandaskan.
Sedangkan Pengamat Politik Adi Prayitno menilai soal sosol cawapres Ganjar Pranowo masih menjadi misteri. Tidak ada yang bisa memastikan siapa yang nantinya akan terpilih.
"Dulu misalnya menguat nama Ridwan Kamil karena dianggap paling ideal, paling layak untuk mendampingi Ganjar dan bisa melengkapi lubang elektabilitas Ganjar di Jawa Barat misalnya. Ridwan Kamil populer, mantan Gubernur, Partai Golkar tapi kemudian namanya dicoret," ujar dia kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).
Ini menunjukkan, kriteria cawapres Ganjar tidak hanya terpaku pada elektabilitas dan popularitas semata. Namun masih ada variabel lain yang harus ada dalam sosok pendamping Ganjar tersebut.
"Bagi saya sampai hari ini PDIP dan partai-partai pengusung yang lain mencari kira-kira siapa sosok yang paling dianggap banyak memberikan kriteria yang dapat memenuhi keinginan Ganjar gitu, di luar (elektabilitas dan popilaritas) itu pasti faktor cemistry, kenyamanan, common platform, memiliki irisan ideologi yang sama. Itu tentu tidak bisa dinafikan dan itu justru menjadi faktor kunci di mana calonnya Ganjar itu bisa terpilih atau tidak diantara nama-nama yang muncul," terang dia.
Saat ini, muncul nama Mahfud Md dan Khofifah sebagai sosok cawapres Ganjar Pranowo. Menurut dia, dua nama itu sangat layak dipertimbangkan untuk dijadikan pendamping Ganjar di Pilpres 2024.
"Mahfud saya kira kuat di Jawa Timur. Mahfud itu juga punya penetrasi yang cukup solid di kalangan nahdhiyyin terutama di basis-basis Gus Durian ya dan yang paling penting Mahfud itu adalah orangnya Jokowi. Mahfud itu adalah salah satu Menko yang saya kira dinilai punya kinerja yang baik di eranya Jokowi," ujar dia.
Bahkan dalam pandangannya, bila bicara sosok Mahfud MD tentu melampaui popularitas dan elektabilitas. Sosok Menko Polhukam ini dinilain sebagai orang yang memiliki pengalaman lengkap dalam pemerintahan.
"Mahfud itu ya sosoknya yang punya kompetensi punya kredibilitas gitu ya, yang saya kira cukup mentereng pengalaman politiknya baik di legislatif yudikatif ataupun eksekutif. itu sudah dilalui semua oleh Pak Mahfud. Jadi dari berbagai penjuru mata angin saya kira Mahfud Md punya portofolio politik yang cukup mentereng dan sangat layak untuk berdampingan dengan Ganjar pranowo," jelas dia.
Namun begitu, ada kelemahan yang dimiliki oleh Mahfud Md. Yaitu Mahfud tidak punya partai politik. Selain itu juga dianggap sosok yang tidak memiliki logistik berlimpah.
"Kalau Mahfud yang terpilih, tentu selain menambah kekuatan politik di Jawa Timur kalangan nahdliyin, Mahfud punya PR untuk menambah elektabilitas yang selama ini misalnya Ganjar Prabowo tidak terlalu kuat," kata dia.
Sementara sosok Khofifah, kata dia, kekuatan politiknya hampir sama dengan Mahfud MD. Gubernu Jawa Timur ini kuat di wilayahnya dan juga di kalangan nahdhiyyin.
"Khofifah lebihnya itu karena dianggap mewakili kelompok politik perempuan, itu satu hal yang agak sedikit berbeda dari Mahfud. Saya kira itu yang kemudian bisa dikapitalisasi oleh khofifah ya Jawa Timur, NU sama dengan Mahfud tapi lebihnya Khofifah itu karena sosok perempuan yang berbeda dari Mahfud. Dan itu bisa jadi keunggulan Khofifah," ujar dia.
Selain itu, sepak terjang Khofifah dalam dunia politik juga memiliki rekam jejak yang kinclong. Prestasi itu menjadi kelebihan baginya dibanding nama-nama tokoh lain.
"Saya kira (Khofifah) juga punya portofolio politik yang mentereng gitu ya, agak berbeda dengan nama-nama yang lain. Dia punya portofolio politik yang mentereng ada perbedaan dengan nama-nama lain yang tidak masuk dalam radar PDIP," ujar dia.
Sementara kelemahan Khofifah, Adi menuturkan, hampir sama dengan Mahfud. Tidak punya partai dan dinilai sebagai calon wakil presiden yang tidak terlampau memiliki logistik memadai.
"Apakah Khofifah apakah Mahfud yang akan dipilih oleh kubu Ganjar, wallahu'alam bishawab. Tidak ada yang bisa memastikan itu semua. Jangan-jangan Mister X atau Mrs X yang dimaksud oleh Hasto itu ya nama-nama lain di luar itu, karena bagi saya siapa calon wakil presiden Ganjar itu misteri, bagian dari misteri abad ini," dia menandaskan.
Mahfud dan Khofifah, Tokoh Berpengalaman
Sosok Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa diseut layak menjadi bakal cawapres Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
"Saya kira figur seperti Pak Mahfud Md dan Ibu Khofifah termasuk figur yang layak sebagai cawapres," ujar Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah, Rabu 4 Oktober 2023.
Ia menilai Mahfud dan Khofifah memiliki pengalaman yang panjang di legislatif dan eksekutif. Tak hanya itu, Mahfud juga memiliki pengalaman sampai ke Yudikatif.
Menurut Said, mereka memiliki rekam jejak yang unggul untuk mendampingi Ganjar di Pilpres 2024. Elektabilitas Mahfud dan Khofifah pun tergolong cukup baik.
Adapun kedua sosok itu merupakan tokoh NU. Ketua Badan Anggaran DPR RI itu menyebutkan Khofifah memiliki posisi strategis di NU, seperti Ketua PBNU dan Ketua Umum Muslimat NU.
"Dari sisi kepemimpinan dan intelektualitas, beliau berdua sudah sangat melampaui," katanya.
Ia tak meragukan kapasitas keilmuan Mahfud Md dan Khofifah tentang agama, kepemimpinan, pemerintahan, dan lainnya. Untuk itu, Said menuturkan kalau Mahfud dan Khofifah sudah memenuhi kategori sebagai pendamping Ganjar.
Kendati demikian, wewenang untuk memutuskan bakal cawapres Ganjar berada di tangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD enggan berkomentar banyak terkait namanya masuk dalam bursa calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2024.
Hal ini disampaikan Mahfud di sela-sela kunjungan silaturahim di Pondok Pesantren Al Falah, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Minggu 24 September 2023 malam.
"Cawapres itu urusan parpol, biar parpol yang mengolah dan menjawab," kata Mahfud.
Adapun Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengakui dirirnya dihubungi sejumlah partai politik terkait peluang menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2024.
"Beberapa (partai) melakukan komunikasi," katanya, di Jakarta, Minggu 6 Agustus 2023, dikutip dari Antara.
Namun, Khofifah melanjutkan, bahwa dirinya membiarkan hal itu dan untuk selanjutnya saat ini akan diendapkan dulu.
"Kita endapkan dulu sampai pada proses konfirmasi proses pengambilan keputusan bersama, sehingga saat ini tidak pada posisi yes or no," ucapnya.
Dirinya menegaskan bahwa dia bukan siapa-siapa. "Saya saya akan sowan (berkunjung) minta pendapat dan nasihat para ulama, para kiai, " ucapnya.
Khofifah juga menyebutkan bahwa dirinya adalah salah satu pengurus di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, sehingga terkait langkah-langkah kebijakan ke depan juga akan didiskusikan secara organisasi.
"Langkah langkah yang terkait dengan kebijakan organisasi harus mendapatkan green light (lampu hijau). Itu belum, jadi perlu konfirmasi dan klarifikasi, " ucapnya.
Wanita kelahiran 19 Mei 1965 ini juga tidak mau menjawab dengan pasti soal dirinya apakah memilih kembali bertarung di pemilihan gubernur atau pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres 2024).
"Nanti saja, karena saya menjadi bagian dari ekosistem itu. Nanti, akan ada 'green light' dari PBNU dan ulama-ulama yang selama ini memang konsolidasi sesama ulama dan tidak hanya persoalan politik, " katanya.
Advertisement
Megawati Masih Seleksi Nama Cawapres Pendamping Ganjar
Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah menegaskan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri masih menyeleksi nama bakal calon wakil presiden (Bacawapres) pendamping Ganjar Pranowo. Megawati disebut tengah menampung masukan dari Presiden Joko Widodo hingga para ulama.
“Sejauh informasi dan situasi yang saya pahami, sesungguhnya Ibu Mega sampai saat ini masih melakukan pencermatan dengan matang, mempertimbangkan berbagai masukan dari berbagai pihak, terutama tokoh tokoh penting seperti Presiden Jokowi, para ulama dan senior senior partai,” jelas Said, Rabu (4/10/2023).
“Ibu Mega memegang teguh prinsip ke hati-hatian dalam menentukan calon pemimpin,” lanjutnya.
Menurut Said, Megawati sebagai mandataris Kongres Partai diberikan kewenangan menentukan capres dan cawapres. Mandat itu digunakankan dengan sangat seksama. “Jadi Ibu Megawati melakukan pendalaman, semacam "talent scouting”,” jelasnya.
Said menyebut, keputusan nama bakal cawapres pendamping Ganjar Pranowo itu berada di tangan Megawati dan para ketua umum partai pengusung, yakni PPP, Hanura dan Perindo.
“Jadi sejauh ini belum ada istilah mengerucut. Oleh sebab itu Pak Mahfud, Ibu Khofifah, Pak Sandiaga Uno masih punya kesempatan yang sama untuk dipilih oleh Ibu Mega sebagai cawapres,” terangnya.
Saat ini, kata Said, Megawati terus menjalin komunikasi dengan ulama dan kiai untuk meminta restu cawapres pendamping Ganjar Pranowo
“Ibu Hj Megawati Soekarnoputri itu berkomunikasi rutin dengan para kiai. Hubungan Ibu Megawati dengan para ulama sangat dekat dan intens berkomunikasi,” jelasnya.
Ia memastikan tidak ada kendala apapun bagi Megawati untuk berkomunikasi dengan para kiai, terutama para kiai sepuh NU. “Kapan pun Ibu Megawati membutuhkan konsultasi dengan para kiai sepuh, hal itu dapat beliau lakukan,” tegasnya.
Apalagi, lanjut Said, banyak pengurus PDI Perjuangan juga menjadi tokoh tokoh NU. “Ada Pak Ahmad Basarah yang selama ini menjadi jembatan PDI Perjuangan dengan NU. Jadi hubungan PDI Perjuangan dengan NU sangat dekat. Beberapa kali bahkan Gus Yahya, Ketua Umum PBNU bersilaturahmi ke rumah Ibu Megawati,” pungkasnya.
Sementara itu Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai, kader Nahdlatul Ulama (NU) memiliki banyak potensi untuk menjadi calon pemimpin. Karena itu, ia tak heran bila banyak pihak melirik kader NU untuk menjadi bakal cawapres 2024.
Ma'ruf menyebutkan contoh nama yakni, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Menkopolhukam Mahfud MD, hingga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
"Di NU kan memang banyak potensi yang bisa diambil untuk jadi wapres. Karena itu tak heran kalau calon presiden itu melirik wakil-wakil dari NU. Cak Imin kan sudah, mungkin Bu Khofifah atau Pak Mahfud," kata Ma'ruf dikutip dari YouTubet Setwapres, Rabu (4/10/2023).
Ma'ruf mempersilakan bila kader NU menjadi cawapres atau maju dalam kontestasi Pilpres 2024. Hanya saja ia berharap kader yang dipilih mampu membangun Indonesia lebih maju.
"Kita dari NU persilakan siapa yang dianggap baik dan bisa memberi harapan untuk membangun Indonesia yang sejahtera dan lebih maju, putra-putra NU dipersilakan untuk diambil," tutur mantan Rais Aam PBNU ini.
Terkait adanya isu potensi suara NU terpecah lantaran ada lebih dari satu kader NU yang akan maju Pilpres, Ma’ruf mengaku tak begitu khawatir.
"Kalau terpecah nggak apa-apa juga, kan kalau semuanya wakil dari NU, nggak jadi masalah. Terpecah untuk semuanya juga. Ini ada NU-nya, ini ada NU-nya, kan nggak apa-apa," kata Ma'ruf.
Sebelumnya, Ketua DPP PPP Ahmad Boidowi alias Awiek mengatakan Plt Ketua Umum PPP Mardiono dan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD, sudah beberapa kali melakukan pertemuan.
“Pak Mardiono beberapa kali ketemu (Mahfud)," kata Awiek pada wartawan, Rabu (4/10/2023).
Awiek menyatakan pertemuan-pertemuan itu membahas banyak hal, diantaranya terkait kebangsaan, hukum negara, dan tentu soal Pilpres dan cawapres. “Kemudian di situ ada nyerempet-nyerempet (soal bacawapres) dikit, wajar aja,”katanya.
Diketahui, Awiek. membenarkan bahwa nama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa masuk ke dalam daftar calon kuat bakal calon wakil presiden (bacawapres) Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.
"Soal nama Khofifah yang diasosiasikan ya bisa saja. Karena memang Bu Khofifah pernah jadi anggota fraksi PPP dan dua kali Pilkada juga diusung oleh PPP," kata Awiek pada wartawan, Kamis (28/9/2023).
Selain nama Khofifah, Awiek menyebutkan nama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD juga masuk ke dalam daftar dan memiliki kedekatan dengan PPP.
“(Mahfud dan Khofifah) sama-sama dekat,” kata dia.
Meski demikian, Awiek memastikan PPP masih mengusulkan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Nasional, Sandiaga Salahuddin Uno untuk menjadi cawapres Ganjar.
“PPP hanya punya satu calon yakni namanya Sandiaga Uno untuk diusulkan kepada Megawati selaku Ketum PDIP dan pemimpin koalisi Pak Ganjar,” Awiek menandaskan.