Sukses

Jokowi Akui Masih Ada Masalah Pangan di Dalam Negeri

Presiden Joko Widodo mengakui, masalah pangan dalam negeri masih terjadi. Bukan tanpa sebab, menurut Jokowi ikhwal perang di luar negeri dan pertambahan jumlah penduduk adalah menjadi faktornya.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo mengakui, masalah pangan dalam negeri masih terjadi. Bukan tanpa sebab, menurut Jokowi ikhwal perang di luar negeri dan pertambahan jumlah penduduk adalah menjadi faktornya.

Hal itu dia sampaikan, saat bersilaturahmi dengan relawan Alap-Alap.

“Ada perang di Ukraina, kelihatannya memang perangnya jauh, tetapi dampaknya sampai ke sini.  Apa dampaknya? Presiden Ukraina Zelensky menyampaikan ada 77 juta ton gandum berhenti di Ukraina karena perang, gandum tidak bisa diekspor sehingga negara yang membutuh barangnya tidak ada,” kata Jokowi di Kompleks Sentul, Bogor, Sabtu (7/10/2023). 

Selain Ukraina, Jokowi melaporkan hal senada yang  terjadi di Rusia. Menurut laporan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, ada 130 juta ton gandum berhenti di Rusia akibat perang. Artinya secara total, ada 207 juta ton pasokan gandum dunia terhenti.

“Terus yang biasanya ambil gandum di sana disuruh makan apa? Karena supply kurang, harganya naik sampai 50 persen,” ungkap Jokowi.

Politikus PDIP ini menjelaskan, penggunaan gandum memang bukan untuk kebutuhan primer rakyat Indonesia. Namun pasokan gandum tetap dibutuhkan untuk pembuatan mie dan roti yang juga menjadi makanan favorit orang Indonesia.

“Kita memang makan beras, tetapi kita masih impor 11 juta ton gandum. Karena Negara ini besar, besar sekali, dari mana 11 juta ton? 30 persen dari Ukraina dan Rusia,” urai Jokowi.

Karena itu dia mengamini kenaikan harga pangan berupa beras terhadap produk gandum tidak bisa dihindari.

Selain gandum, Jokowi juga menyinggung komoditas pangan berupa beras yang bernasip sama. Akibatnya, bangsa Indonesia masih mengimpor hingga 1,5—2 juta ton beras.

“(Impor) karena produksi dalam belum mencukupi, karena penduduk terus bertambah jadi 278 juta tahun ini, sebelumnya 270 juta. Sehingga, produksi beras harus nambah. Begitu India dengan 22 Negara lainnya lagi stop tidak ekspor beras, di semua negara naik semua harga beras,” ungkap Jokowi.

“Ini masalah yang harus saya sampaikan. Karena imbasnya ke negara lain," imbuh Jokowi.

2 dari 4 halaman

Tak Berani Jamin

Jokowi menyebut, harga beras di Indonesua masih dalam level tidak lebih tinggi dari negara tetangga lain yaitu Rp10.800-Rp13.000. Sebab, di negara terdekat, harga beras sudah tinggi seperti di Singapura rata-rata RP 21.600, Brunei Darussalam R 37.000, dan Timor Leste Rp 20.000.

Jokowi tidak menjamin bisa menahan harga beras di bawah standar rata-rata dunia seperti sekarang. Sebab pada saatnya, kenaikan harga menjadi keharusan. Meski begitu, Jokowi memastikan tetap akan mencari jalan supaya harga beras tetap bisa terjangkau.

“Kita berusaha akan terus menekan harga agar turun dan kembali normal. Sebab (selain beras dan gandum) masalah ditambah  dengan perubahan iklim.  cuaca panas, kemarau panjang, produksi akhirnya menurun. Masalah ini harus mengerti kenapa ada sebuah kejadian pasti ada masalahnya,” Jokowi menandasi.

3 dari 4 halaman

Mendagri Tito Karnavian Ajak Masyarakat Tinggalkan Makan Beras

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengajak masyarakat untuk beralih ke sumber pangan karbohidrat selain beras atau diversifikasi pangan. Hal ini merespon kenaikan harga beras seiring menipisnya stok akibat El Nino.

"Tolong ditekankan betul, diversifikasi pangan, jadi tidak hanya mengandalkan beras sebagai makanan pokok," ujar kepada awak media di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (3/10/2023).

Mendagri Tito mengungkap, bahwa terdapat sumber pangan kaya akan karbohidrat selain beras. Ini karena beras mengandung banyak gula yang dapat menyebabkan penyakit diabetes jika dikonsumsi berlebih.

Sebaliknya, sumber pangan karbohidrat selain beras seperti sagu, ketela, jagung, sorgum justru memiliki kandungan lebih rendah gula dibandingkan beras. Selain itu, sumber pangan kaya karbohidrat tersebut juga banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

"Kita banyak sekali potensi, saya pernah tugas di Indonesia bagian Tengah dan Timur, saya paham. Jadi ada papeda sagu, ada jagung, ada talas, itu semua enak-enak itu," imbuhnya.

Terlebih, diakuinya saat ini sejumlah negara tengah kesulitan dalam mengamankan pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini akibat dampak dari El-Nino yang membuat produktivitas panen padi menurun akibat kekeringan.

"Sekali lagi ini semua negara juga kan banyak yang mereka kena El Nino juga, kekeringan juga. India misalnya, lebih panas dari kita. Semua negara sedang berjuang utk bisa mendapatkan pasokan untuk rakyatnya masing-masing. Kita juga sedang berjuang," pungkas Tito Karnavian.

4 dari 4 halaman

Harga Beras Naik Terus

Diberitakan sebelumnya, sejumlah konsumen mengeluhkan harga beras yang masih terus mengalami kenaikan di Kota Serang, Banten. Konsumen tersebut berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.

Salah seorang konsumen, Muhammad Somi mengatakan, harga beras terus mengalami kenaikan setiap harinya. Sedangkan beras ini menjadi makanan pokok yang dikonsumsi setiap harinya.

"Kalau bisa harga beras jangan naik, stabil saja. Karena ekonomi sudah cukup sulit, tidak naik saja masih banyak yang kekurangan, apalagi yang ekonomi bawah," katanya pula.

Sementara itu, penjual beras di Pasar Induk Rau, Bahrudin mengungkapkan, harga beras saat ini untuk kualitas medium Rp15.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp13.000 per kilogram.

Sedangkan untuk beras kualitas sedang berada pada kisaran Rp14.000 per kilogram dari sebelumnya Rp12.000 per kilogram, dan kualitas standar Rp13.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp10.000 per kilogram.

Video Terkini