Sukses

Polda Kalteng Usut Tewasnya Warga Seruyan, Diduga Ditembak Polisi saat Demo

Satu dari tiga orang dikabarkan meregang nyawa diduga akibat tertembak polisi saat aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di kebun sawit Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng), Sabtu (7/10) kemarin.

Liputan6.com, Jakarta Satu dari tiga orang dikabarkan tewas diduga akibat tertembak polisi saat aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di kebun sawit Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng), Sabtu (7/10) kemarin.

Kabid Humas Polda Kalteng Kombes Erlan Munaji membenarkan adanya kejadian itu. Ia mengatakan pihaknya saat ini tengah melakukan proses investigasi terkait insiden penembakan tersebut.

"Untuk berkaitan dengan penembakan nanti kita sedang melakukan investigasi tim dari Propam. Tim Irwasum sedang melakukan investigasi, tunggu hasilnya nanti kita sampaikan," jata Erlan saat dihubungi, Minggu (8/10/2023).

Erlan memastikan pihaknya akan transparan dalam mengusut kasus seorang warga yang diduga tertembak polisi. Pihaknya akan menjatuhkan sanksi apabila benar anggotanya menyalahi prosedur pengamanan.

"Apabila ada pelanggaran anggota tentu nanti kita tindak tegas. Tim sedang melakukan investigasi apabila nanti ada kesalahan, baik itu personel ataupun ada oknum kita lakukan penindakan terhadap personel tersebut," ujar Erlan.

Sementara itu, terkait warga yang dikabarkan tewas tertembak, kata Erlan, pihaknya masih melakukan investigasi. Sehingga, perihal identitas dan kronologi kericuhan masih belum bisa disampaikan.

"Kita belum tahu, kita lagi investigasi dulu apakah warga sini. Informasinya sih warga sini, cuma kita belum tahu apakah ikut aksi atau tidak," kata Erlan.

"(Kericuhan) itu kan, pada saat itu kita tidak tahu kalau masyarakat bawa-bawa sajam dan seperti bom molotov, ada ketapel dan seterusnya. Setelah kita suruh mundur tiba-tiba ada korban," tambah dia.

Pascaaksi unjuk rasa, kondisi di Desa Bangkal, Seruyan Raya, telah berangsur kondusif.

"Sementara untuk situasi saat ini telah aman terkendali," ujar Erlan.

2 dari 2 halaman

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kecam Aksi Represif Polisi

Sebelumnya, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) dan Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN) menyoroti tindakan represif aparat yang berujung adanya korban jiwa.

"Hari ini kembali kita menyaksikan brutalitas aparat kepolisian dalam melakukan penanganan konflik ketika komunitas masyarakat adat berhadapan dengan perusahaan. Satu nyawa melayang dan dua lainnya terluka akibat peluru senjata pihak kepolisian," kata Ketua Badan Pelaksana PPMAN, Syamsul Alam Agus dalam keteranganya.

Menurut Syamsul, selain ada korban akibat tindakan represif aparat, puluhan orang yang menuntut atas lahan adat kepada PT Hamparan Masawit Bangun Persada (HMBP) I pun turut ditangkap.

"Polisi tak segan menembaki masyarakat adat yang seharusnya mereka lindungi. Pihak kepolisian telah mengetahui bahwa konflik antara masyarakat adat dan perusahaan adalah akumulasi sikap perusahaan yang tidak tunduk pada sebuah proses perjanjian," kata Syamsul.

"Pihak kepolisian juga mengetahui bahwa masyarakat adat di Desa Bangkal Seruyan mayoritas merupakan masyarakat adat Dayak Temuan dan Kuhin. Akan tetapi, sepertinya pihak kepolisian lebih berpihak ke perusahaan, bukan menjadi pihak netral dalam melakukan pengamanan," tambah dia.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka.com