Sukses

Kemenkominfo Gelar Forum Literasi Demokrasi di Pekanbaru, Ini yang Dibahas

Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas demokrasi di ruang digital dengan menyebarkan konten-konten positif, Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Forum Literasi Demokrasi.

Liputan6.com, Pekanbaru Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas demokrasi di ruang digital dengan menyebarkan konten-konten positif, Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Forum Literasi Demokrasi. Pasalnya, dengan tingkat kualitas demokrasi yang baik, hal itu dapat mereduksi narasi hoaks yang kerap memenuhi ruang digital, khususnya saat kontestasi pemilihan umum lima tahunan.

Ketua Tim Kerja Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan, Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Keamanan, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Agus Tri Yuwono mengajak kepada semua elemen untuk bersama-sama menjaga demokrasi Pancasila di ruang digital agar pesta demokrasi lima tahunan dapat berlangsung secara damai, meriah, dan sehat.

"Tanggung jawab kualitas demokrasi Pancasila tidak hanya di pundak Pemerintah saja, melainkan juga seluruh elemen masyarakat termasuk generasi muda," ungkapnya dalam Diskusi “Tingkatkan Literasi Demokrasi di Media Sosial” di Karambia Café & Hang Out, Pekanbaru, Riau, Kamis (19/10/2023).

Agus juga mengajak pemilih muda agar dapat menggunakan gunakan hak suaranya pada Pemilu 2024 dengan damai, bijak, dan cerdas.

“Inilah pentingnya kerja sama antara pemerintah beserta seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, internet, dan media sosial,” ujarnya.

"Tantangan selanjutnya adalah popularitas media sosial dan ruang digital yang cenderung dipenuhi hoaks, ujaran kebencian, dan kejahatan siber,” jelas Agus.

2 dari 3 halaman

Tingkatkan Kualitas Demokrasi

Dekan FISIP Universitas Riau Meyzi Heriyanto memaparkan empat cara untuk meningkatkan kualitas demokrasi melalui saluran media sosial. Dirinya menyebut bahwa pertama, cermati dan pahami informasi di ruang digital secara baik dan menyeluruh.

"Kedua, waspadai dan hindari berita-berita yang isinya provokatif, ketiga jangan menyampaikan ujaran kebencian, dan terakhir, mampu check and recheck atau tabayyun untuk mengambil sikap,” paparnya.

Selain itu, kreator konten Rian Fahadhi Risyad atau yang kerap dikenal Presiden Gen Z mengatakan, untuk menyampaikan pendapat melalui media sosial diperlukan koridor nilai-nilai yang baik.

”Konten atau informasi yang berkualitas mengedepankan nilai-nilai atau etika jurnalisme, bertanggung jawab atas yang kita sampaikan,” katanya.

Presiden Gen Z ini lantas mengungkapkan cara menyaring informasi untuk konten media sosial dengan menggunakan metode filsuf Yunani Socrates, yakni truthfullness, goodfullness, dan usefullness.

“Cek kebenarannya, cek kebaikannya, dan cek kebermanfaatannya. Kalau tidak sesuai dengan ketiga hal itu, ngapain di-share,” ungkap Rian.

“Selalu sadar dengan pikiran meragukan informasi biarpun itu dibagi oleh akun-akun yang pengikutnya jutaan atau centang biru,” jelasnya.

Ia pun mengajak kepada masyarakat terutama generasi muda untuk membatasi diri dengan meragukan semua informasi yang disebar melalui media sosial agar terhindar dari hoaks.

"Gen Z harus jadi penggagas yang menyebarkan narasi atau informasi yang bermutu. Jangan jadi penerima informasi saja, bukan cuma sekedar jadi penonton lalu cuma komentar, tapi bikin juga konten yang positif,” ujar Rian.

3 dari 3 halaman

Cek Kebenarannya

Meyzi mengatakan bahwa tahapan terpenting untuk terhindar dari hoaks adalah verifikasi kebenaran berita atau hoaks dengan mengecek situs atau website yang membuat atau menyebar berita tersebut.

“Cek dulu terpercaya atau tidak,” katanya.

"Bahkan untuk cek keaslian sebuah konten digital, seperti foto dan video, sudah tersedia aplikasi yang terpercaya untuk mengecek," imbuh Meyzi.

Meyzi memebeberkan bahwa data dari Kemenkominfo terkini terdapat 34.000 situs berita di mana hanya 10% atau 300 situs yang layak dipercaya.

"Maka dari itu, menghadapi tahun politik ini, generasi muda diharapkan selalu berhati-hati terhadap konten-kenten yang provokatif," bebernya.

 

(*)