Liputan6.com, Jakarta Peringatan Hari Santri dapat dijadikan momentum kebangkitan santri terlibat dalam pembangunan Indonesia.
Peringatan hari santri salah satunya di ramaikan dengan jalan sehat yang diikuti 100 ribu peserta di depan gedung negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur.
Baca Juga
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, jalan santai digelar dalam semarak Hari Santri yang dilaksanakan di Surabaya. Menurutnya, jalan santai merupakan bentuk ikhtiar menjaga kesehatan dan memberi nuansa kegembiraan kepada peserta peringatan hari santri.
Advertisement
"Ini menunjukkan bahwa negara mengakui perjuangan para santri dengan memberikan kado istimewa yakni Hari Santri," ujar Yaqut kepada Liputan6.com, Sabtu (21/10/2023).
Dia menegaskan, santri turut terlibat menjadi bagian dalam berbagai momentum penting di Indonesia. Yaqut turut antusias mengikuti jalan santai pada peringatan hari santri sebagai bentuk dukungan terhadap para santri.
"Momentum Hari Santri menunjukkan bahwa setiap episode sejarah negeri ini, selalu melibatkan santri," tegas Yaqut.
Di lokasi yang sama, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, peran santri sangat penting dalam membangun negeri. Semangat santri sudah terwujud sejak zaman kemerdekaan dengan terwujudnya kemerdekaan Indonesia.
“Peran itu antara lain dari terwujudnya semangat jihad fi sabilillah yang sudah digelorakan sejak zaman perang kemerdekaan,” ujar pria yang kerap disapa Gus Yahya.
Kepahlawanan
Gus Yahya mengungkapkan, Indonesia tidak akan berjaya tanpa jihad dari warganya, salah satunya santri.
Jihad yang dilandasi semangat kepahlawanan sebagaimana diteladankan para pahlawan demi tegaknya Indonesia.
Gus Yahya mengingatkan, santri berperan dalam jihad fii sabilillah mempertahankan NKRI, menjaga Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan UUD 1945.
“Mari kita berjihad. Sebab negara ini didirikan dengan jihad. Masa depannya juga harus diperjuangkan dengan jihad. Jihad santri, jayakan negeri,” terang Gus Yahya.
Advertisement
Resolusi Jihad
Gus Yahya memilih peringatan Hari Santri dipusatkan di Surabaya, sebagai tempat yang tidak lepas dari sejarah Resolusi Jihad digaungkan para ulama pada 22 Oktober 1945.
Pada masa itu para ulama berkumpul di Surabaya dan meminta Pemerintah memobilisasi warganya untuk jihad fii sabilillah, mempertahankan NKRI dari Belanda dan sekutu untuk menjajah kembali.
“Surabaya menjadi pusat dari pertarungan mempertahankan NKRI. Peristiwa itu menjadi titik penting sebagai pondasi keberlangsungan proklamasi,” ungkap Gus Yahya.
Gus Yahya mengajak santri maupun masyarakat untuk mempertahankan semangat kejayaan perjuangan para pahlawan. Semangat para santri dapat membantu mendorong Indonesia semakin maju di masa depan.
"Mari jangan sampai kejayaan yang telah diperjuangkan para pahlawan itu batal di masa depan karena kita tidak mampu meneladani kepahlawanan mereka," pungkasnya.