Sukses

Fenomena Pelajar Sakiti Diri Sendiri, Ketua Komisi X: Mental Health Harus Jadi Isu Prioritas

Pemerintah diminta memberikan perhatian serius terhadap fenomena ancaman kesehatan mental (mental health) di kalangan peserta didik.

Liputan6.com, Jakarta - Maraknya pelajar dan mahasiswa menyakiti diri sendiri hingga memicu bunuh diri menjadi keprihatinan banyak kalangan. Pemerintah pun diminta memberikan perhatian serius terhadap fenomena ancaman kesehatan mental (mental health) di kalangan peserta didik.

“Munculnya fenomena puluhan siswa yang menyakiti diri sendiri di SMP Ngariboyo Magetan dan tren bunuh diri di kalangan mahasiswa yang terus terjadi harus menjadi perhatian serius pemerintah. Tentu kita tidak ingin fenomena ini terus berlanjut sehingga menjadi tren di kalangan peserta didik,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Selasa (24/10/2023).

Huda mengatakan kasus menyakiti diri sendiri di kalangan pelajar bukan hal baru. Sebelum ditemukan kasus adanya 76 siswa mayoritas perempuan SMP 1 Ngariboyo Magetan, Jawa Timur, fenomena serupa juga terjadi di Bengkulu Utara pada Maret 2023 di mana ada sekitar 52 pelajar yang menyayat lengan mereka dengan berbagai benda tajam.

“Kejadian menyakiti diri sendiri ini seolah terus berulang, maka harus dicari pemicunya sehingga bisa dirumuskan langkah penanggulangannya,” ujarnya.

Dia mengungkapkan berdasarkan keterangan pihak terkait pemicu pelajar menyakiti diri sendiri beragam. Mulai dari persoalan depresi, mencari jati diri, hingga meniru dari media sosial.

“Berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan Magetan pemicu melukai diri sendiri pelajar SMP Ngariboyo mayoritas karena depresi persoalan percintaan dan persoalan keluarga. Sedangkan di Bengkulu Utara akibat dimarahin orang tua, meniru konten tiktok, hingga biar diakui teman sebaya,” ujarnya.

 

2 dari 4 halaman

Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

Di level perguruan tinggi, lanjut masalah kesehatan mental juga menjadi ancaman nyata. Pada awal bulan ini saja ada dua kasus bunuh diri mahasiswa yang mencuat di media. Satu terjadi di perguruan tinggi di Semarang, Jawa Tengah. Satu lagi terjadi di kampus di Yogyakarta.

“Fenomena bunuh diri di kalangan mahasiswa seperti fenomena gunung es yang terlihat kecil di atas namun besar di bawah. Bahkan dalam beberapa penelitian, bunuh diri kerap kali dipikirkan sebagai solusi atas berbagai masalah yang menjerat mahasiswa,” ujarnya.

Politisi PKB ini berharap Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) bersama stakeholder terkait mencermati fenomena menyakiti diri sendiri di kalangan peserta didik. Pemerintah misalnya bisa menyediakan hotline layanan psikolog bagi peserta didik yang alami depresi.

“Di masa depan kita berharap persoalan mental health ini menjadi program serius bagi pasangan kandidat dalam Pemilu Pemilihan Presiden (Pilpres 2024),” pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Puluhan Pelajar Sayat Lengan

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Rohmat Hidayat menyatakan, pihaknya menemukan  puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Magetan, menyayat lengan bagian bawah tangannya menggunakan penggaris, jarum dan pecahan kaca.

Temuan tidak sengaja tersebut didapatkan setelah melakukan screaning rutin tahunan terhadap siswa sekolah. Pihaknya curiga dengan tanda-tanda tidak wajar dan menemukan sayatan pada lengan bawah siswa. 

“Kebanyakan siswi perempuan, ada 76 siswa yang kita dapati ada sayatan pada lengan bagian bawah. Screaning ini kegiatan rutin setiap tahun dari screaning mereka mengaku menyayat lengan dengan penggaris, jarum kita belum tahu jenis jarumnya dan pecahan kaca. Pengakuan mereka tidak sakit,” ujarnya dikutip dari Youtube Rasi Magetan, Kamis (19/10/2023).

Rohmat Hidayat menambahkan, dari keterangan siswa mereka mengaku menyayat lengan bagian bawah mereka karena dipengaruhi oleh rasa depresi, permasalahan keluarga permasalahan dengan pacar dan permasalahan dengan teman mereka.

 

4 dari 4 halaman

Lakukan Pendampingan Psikolog

Dari temuan tersebut Dinkes Magetan telah melakukan koordinasi dengan sejumlah dinas terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas KB, Pihak Sekolah dan Kemenag untuk dilakukan pendampingan psikolog untuk menggali permaslalahan yang menyebabkan puluhan siswa melakukan hal tersebut.

“Dari pengakuan mereka ada permasalahan dengan orang tua, pacar dan teman mereka.Kita telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan, Dinas KB, pihak sekolah dan kenag untuk ada pendampingan psikolog untuk mengetahui permasalahan yang terjadi,” ujar Rohmat Hidayat.