Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan suhu udara maksimum di beberapa wilayah DKI Jakarta bisa mencapai 35 derajat pada hari ini, Sabtu (28/10/2023).
BMKG melalui laman resmi di Jakarta, merinci seluruh wilayah DKI Jakarta cerah berawan pada pagi hari.
Kemudian pada siang hari, sebagian besar wilayah DKI Jakarta berawan, seperti Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sementara Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu cerah berawan hingga sore hari.
Advertisement
Beralih pada malam hari, seluruh wilayah DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu berawan, kemudian pada dini hari cerah berawan.
Suhu udara di Jakarta diperkirakan berada pada kisaran minimum 23 derajat hingga 35 derajat celsius. Suhu hingga 35 derajat celsius diperkirakan terjadi di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Tingkat kelembaban udara diperkirakan berada pada kisaran 50-80 persen, seperti dilansir Antara.
Efek Udara Panas
Suhu udara panas rupanya juga mempengaruhi kemampuan orang untuk fokus atau berkonsentrasi. Bahkan beberapa individu mengaku mengalami brain fog.
Beberapa waktu lalu, para peneliti di Boston mempelajari orang dewasa muda yang tinggal di asrama kampus selama musim panas dan suhu udara meningkat.
Beberapa mahasiswa memiliki alat pendingin (AC) sentral dan tidur dengan suhu 71 derajat Fahrenheit atau sekitar 21 derajat Celsius. Sementara beberapa di antara para mahasiswa itu tidur dalam kamar tanpa alat pendingin ruangan, di mana suhu ruangan berkisar pada 80 derajat Fahrenheit (26 derajat Celsius).
Sulit Fokus
Setiap pagi, selama hampir dua pekan, para mahasiswa itu menjalani sejumlah tes yang dilakukan melalui ponsel mereka. Diketahui, para mahasiswa yang tidur di kamar asrama dengan suhu ruang lebih panas memiliki hasil yang jauh lebih buruk.
Materi tes yang diberikan mencakup matematika yang memerlukan penjumlahan dan pengurangan sederhana. Sementara tes kedua merupakan tes Stroop, mencampurkan warna dan kata.
"Jadi, jika saya menunjukkan kata 'merah' dalam warna biru, partisipan harus menjawab 'biru'," ungkap penulis studi Joese Guillermo Cedenio Laurent yang juag asisten profesor di Rutgers School of Public Health, dilansir NPR.
Sangat mudah untuk terkecoh jika fokus atau waktu reaksi Anda melambat, ujar Cedeno Laurent. Dan tampaknya itu merupakan dampak dari panas.
"Besaran dampaknya sungguh menakjubkan," kata Cedeno Laurent.
"Kami melihat waktu respons dan akurasi yang berkurang sekitar 10 persen," lanjutnya.
Advertisement
Ganggu Kualitas Tidur
Sebagian dari efek tersebut bisa jadi disebabkan oleh gangguan tidur. Istirahat malam yang baik sulit didapat bila Anda tidak terbiasa dengan panas, sementara kondisi kurang tidur bisa mengganggu fokus dan kecepatan reaksi. Meski demikian ada sejumlah bukti yang menunjukkan jika panas itu sendiri mungkin mengganggu kognisi.
Studi serupa yang dipublikasikan pada 2021 juga mendokumentasikan adanya penurunan kinerja kognitif pada suhu udara 79 derajat Fahrenheit atau 26 derajat Celsius.
Para peneliti mendapati bahwa ketika suhu udara meningkat, aktivitas sistem saraf parasimpatis, sistem anti-stres yang bisa membantu kita tetap tenang dan rileks menurun. Ditambah lagi, tingkat saturasi oksigen dalam darah pun ikut terpengaruh. Pada suhu udara tinggi, saturasi oksigen jadi lebih rendah. Hal ini, menurut para peneliti diperkirakan akan mengakibatkan penurunan kinerja kognitif.
Sementara penelitian lain menemukan pengaruh panas terhadap karyawan kantoran dan kinerja nilai tes standar mereka. Hal tersebut disampaikan dotker emergensi yang juga menjabat sebagai direktur solusi perawatan kesehatan di Harvard Chan Center for Climate, Health and Global Environment.
Salah satu dari sejumlah penelitian tersebut menunjukkan bahwa produktivitas di tempat kerja paling tinggi saat suhu udara berkisar di 22 derajat Celsius. Produktivitas mulai menurun ketika suhu udara berada pada pertengahan 20-an derajat Celsius. Lalu, penelitian terhdap siswa sekolah menunjukkan, mereka yang mengikuti tes standar di hari yang panas dikaitkan dengan kinerja belajar yang lebih buruk.
Dresser mengatakan, bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa panas bisa mempengaruhi kita dengan cara yang terkadang tidak dapat dipahami.
"Semua (studi) ini tampaknya menunjukkan berkurangnya kemampuan berpikir jernih, cepat dan efisien ketika tubuh dalam kondisi terlalu panas," ujarnya.
Ganggu Mental
Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa panas bisa membuat individu lebih murung atau jengkel, sebagiannya mungkin disebabkan oleh hormon kortisol yang meningkat dan memicu respons stres.
Setelah beberapa hari terpapar suhu udara panas, tentu saja Anda akan bisa menyesuaikan diri. Tubuh kita memiliki beberapa mekanisme penanggulangan yang membantu mendinginkan suhu tubuh. Sebagai contoh, tubuh akan mulai berkeringat dan aliran darah ke kulit meningkat yang bisa membawa panas keluar dari inti tubuh.
Namun, jika mengingat gelombang panas ekstrem yang semakin sering terjadi, minat untuk lebih memahami mekanisme panas yang bisa memperburuk suasana hati atau memicu kecemasan menjadi pun semakin meningkat. Untuk ini, Dresser merujuk pada penelitian yang diterbitkan di JAMA Psychiatry pada 2022 yang menemukan adanya peningkatan kunjungan ke UGD rumah sakit karena masalah kesehatan mental pada hari-hari dengan panas ekstrem.
“Saya pikir ini konsisten dengan apa yang akan diberitahukan oleh banyak dokter kepada Anda jika mereka bekerja dalam kondisi panas,” kata Dresser.
Kesehatan mental selalu menjadi perhatian, “tetapi hal ini bisa menjadi kekhawatiran yang lebih besar saat kondisi sangat panas,” katanya.
Advertisement