Sukses

BRInita Kampung Bali: Kampung Sejuk di Tengah Pusat Kota Jakarta

Sebelum bertransformasi, Kampung Bali tak ubahnya kawasan padat penduduk di tengah himpitan gedung-gedung pencakar langit Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta "Kalau pagi pernah ada bule yang jalan mampir ke sini, terus foto-foto dia. Warga lain juga sekarang suka mampir ke sini, karena sudah enak tertata dan asri," kata M. Ikhsan Nur membuka cerita.

Lelaki berusia 40 tahun tersebut cerita bagaimana tempat tinggalnya yang bernama Kampung Bali kini menjadi lebih asri dan indah. Kawasannya begitu tertata. Sampai-sampai bikin banyak orang penasaran untuk melihat langsung perubahan kampungnya.

Namun, Kampung Bali yang ditinggali Ikhsan, tak benar-benar berada di Pulau Bali. Akan tetapi, kampung yang tampak asri ini justru berada di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Inilah yang bikin Kampung Bali bak oase mini di tengah pusat kota Jakarta. Lantas, apa yang bikin Kampung Bali bisa seperti saat ini?

2 dari 6 halaman

Wajah Kampung Bali Sebelum Bertransformasi

Sebelum bertransformasi, Kampung Bali tak ubahnya kawasan padat penduduk di tengah himpitan gedung-gedung pencakar langit Jakarta. Bahkan, Lurah Kampung Bali, Riska Handayani, menuturkan jika sisi-sisi sungai dI kawasan tersebut tak bisa dilalui dan dinikmati oleh masyarakat sekitar.

“Banyak sekali yang buang sampah sembarangan, barang-barang bekas, edukasi belum terlaksana di sini, masyarakatnya masih dengan pola hidup yang kurang bersih dan sehat. Sampai akhirnya kami dapat arahan dari Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan penataan kawasan. Kampung Bali lantas berusaha bersolek dengan anggaran seadanya, tetapi hasilnya belum optimal,” imbuh Riska.

3 dari 6 halaman

Kembangkan Urban Farming

Sampai pada awal 2023, BRI Peduli lewat Program BRInita memilih Kampung Bali. Bermula dari pemanfaatan lahan di sekitar bantaran Kali Krukut, Kampung Bali pelan tapi pasti berhasil mengembangkan pertanian dan perkebunan lewat metode urban farming.

“Program BRInita atau Program BRI Bertani di Kota memanfaatkan lahan sempit dan minimal, dengan hasil dan manfaat maksimal. Urban farming cocok diterapkan di kampung Bali, karena tidak membutuhkan lahan yang luas. Hasil sayurannya lebih segar dan banyak, serta minim hama karena tidak ditanam di tanah,” jelas Vina Arinal Haq, Pendamping BRInita Kampung Bali.

Hal ini pun dibenarkan oleh Lurah Kampung Bali, Riska Handayani, "Kami bersyukur datangnya BRI Peduli ke wilayah RW 03, Kampung Bali ini. Program BRInita dan penataan kawasan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.”

Bayangkan saja, di lahan yang terbatas warga tetap bisa merasakan manfaat dari hasil perkebunan yang ditanam di sekitar halaman RPTRA H. Hasbi. Rupanya, hal ini sejalan dengan program BRInita yang ditujukan untuk kebermanfaatan masyarakat.

Kerennya, lewat bantuan pembangunan fisik seperti greenhouse dan pelatihan yang telah diberikan, kini warga secara kolektif telah berhasil mengembangkan sejumlah model urban farming seperti metode veltikultur, metode hidroponik, sampai metode wall gardening.

4 dari 6 halaman

Terapkan Budaya Hidup Bersih dan Cinta Lingkungan

Tak hanya sukses menyulap kampungnya jadi asri dan teduh, program tersebut juga mampu mengubah pola kebiasaan warganya. "Pertama dengan mengubah budaya untuk hidup bersih, dan lebih mencintai lingkungan. Di program BRInita ini juga masyarakat telah diberikan edukasi tentang ketahanan pangan yang sudah digaungkan pemerintah," sambung Riska.

Riska menambahkan, "Ibu-ibu di sini tua, muda dilatih yang tadinya ibu rumah tangga kini punya keahlian yang bermanfaat bagi mereka. Hasilnya bisa dimanfaatkan masyarakat.” Apa yang disampaikan Riska ini pun bukan isapan jempol belaka.

5 dari 6 halaman

Sukses Budidaya Sayuran Hingga Ikan Air Tawar

“Sehari-hari kami melakukan penyiraman dan pemupukan secara rutin. Kebetulan beberapa tanamannya siap panen. Ada bayam yang bisa dibikin keripik. Terus ada selada dan kangkung,” ungkap Lorin, Kelompok Kerja (Pokja) Kampung Bali.

Perkebunan di Kampung Bali telah menghasilkan sekitar 20 kilogram sayuran seperti kangkung, pakcoy, sawi, selada, dan lain-lain setiap kali panen. Hal tersebut sudah termasuk budidaya tanaman obat keluarga (Toga) mulai dari jahe, kunyit, kencur, sereh dan lain-lain yang bisa dimanfaatkan warga.

Bukan hanya tanaman, tranformasi Kampung Bali kian terlihat dengan budidaya ikan nila dan lele. Tak tanggung-tanggung, sektor budidaya ikan air tawar tersebut mampu menghasilkan 30 kilogram setiap kali panen.

6 dari 6 halaman

Berhasil Turunkan Stunting di Kampung Bali

Transformasi Kampung Bali makin perlu diapresiasi dan bisa dijadikan percontohan bagi kampung lainnya, karena program urban farming mereka turut sukses menurunkan angka stunting di wilayah tersebut. Betapa tidak, setiap kali panen, setiap rumah mendapatkan minimal 500 gram sayuran.

“Kemudian, anak-anak di Kampung Bali juga dibuatkan menu-menu bergizi hasil panen oleh Pokja Kampung Bali. Angka stunting di Kampung Bali berhasil turun dari 47% menjadi 25%, lumayan hampir 50%,” imbuh Vina Arinal Haq, Pendamping BRInita Kampung Bali.

Melihat transformasi nyata pada lingkungan dan kebiasan hidup warganya, Ikhsan pun mengaku sangat bangga dengan kondisi Kampung Bali saat ini, "Alhamdulillah dari warga sendiri sudah tidak ada lagi yang membuang sampah. Sepanjang kali ini ditanam tanaman dari BRI, sehingga menggerakkan secara komunal bagi warga.”

Sementara Riska berharap keasrian dan keindahan Kampung Bali yang sekarang dapat tetap lestari dalam waktu lama. "Saya berharap program penataan kawasan indah dan bersih, serta edukasi pelatihan bagi masyarakat ini bisa dilestarikan dan dijaga agar tidak putus, sehingga akan menanamkan pola cinta lingkungan pada masyarakat di Kampung Bali,” pungkasnya.

Agustya Hendy Bernadi, Corporate Secretary BRI menambahkan, BRI terus mewujudkan komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan menyalurkan program-program yang secara yang secara nyata dapat mendorong perbaikan ekosistem lingkungan. Program BRInita menjadi merupakan salah komitmen nyata BRI bagi pelestarian lingkungan di tengah kota yang memanfaatkan lahan sempit di wilayah padat pemukiman.

“Program ini tidak hanya di satu lokasi saja, tetapi di 21  di Indonesia. Dengan bantuan infrastruktur yang kami berikan, harapannya program ini secara kontinyu terus berjalan sehingga menjadi wadah positif bagi masyarakat. Semoga cerita di Kampung Bali Jakarta menjadi kisah inspiratif yang dapat ditiru masyarakat di kota-kota lainnya” tegas Hendy.

Video Terkini