Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto menanggapi pernyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut kini dunia politik penuh dengan drama dan membawa perasaan alias baper.
Menurut Hasto Kristiyanto, saat ini tidak ada drama yang terjadi sebagaimana pernyataan Jokowi, melainkan kesungguhan politik.
Baca Juga
“Bukan drama politik, ini kesungguhan politik, ini dedikasi politik. Ini komitmen terhadap masa depan tetapi politik ini harus keluar dari cerminan mata hati dr akal sehat dan nurani,” kata Hasto di Gedung High End, Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Advertisement
Menurut Hasto, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait usia capres-cwapres adalah cermin akal sehat telah dilanggar. Maka menurutnya, wajar apabila Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) membuat keputusan menghentikan Anwar Usman sebagai Ketua MK.
“Ketika hukum direkayasa MK, dikebiri, ya muncullah suatu gerakan untuk meluruskan. Apa diputuskan oleh MKMK itu menunjukkan kemenangan nurani. Itu menunjukkan kemenangan dari kekuatan kebenaran. Sehingga berbagai rekayasa hukum bisa dipatahkan,” kata Sekjen PDIP.
Pernyataan Jokowi di HUT Golkar
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut banyak drama dan sinetron yang terjadi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Padahal, kata Jokowi, seharusnya Pemilu 2024 harus diisi dengan pertarugan gagasan dan ide, bukan perasaan.
Hal ini disampaikan Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam HUT ke-59 Partai Golkar di DPP Partai Golkar Jakarta Barat, Senin (6/11/2023).
"Karena saya melihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya. sinetron yang kita lihat," kata Jokowi dalam sambutannya.
"Mestinya kan pertarungan gagasan, mestinya kan pertarungan pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan," sambungnya.
Menurut dia, pertarungan perasaan di Pemilu 2024 justru akan menyulitkan masyarakat. Jokowi sendiri tak menyebutkan sindiran tersebut ditujukan kepada siapa. "Kalau yang terjadi pertarungan perasaan repot semua kita. Tidak usah saya teruskan karena nanti kemana-mana," ujar Presiden Jokowi.
Tunjukkan Demokrasi yang Berkualitas
Menurut dia, kompetisi politik dan keinginan untuk menang dalam Pemilu adalah hal yang wajar. Namun, Jokowi menegaskan semua pihak harus menunjukkan demokrasi yang berkualitas, tak saling memecah, dan memfitnah dalam berkompetisi.
"Keinginan untuk menang itu juga boleh-boleh saja itu juga wajar. Bertanding untuk menang itu juga hal yang sangat wajar. Tetapi hal yang harus tetap kita tunjukkan adalah demokrasi yang berkualitas, dmeokrasi yang tidak memecah belah," jelas Jokowi.
"Demokrasi yang tidak saling menjelekkan dan saling memfitnah. Demokrasi yang ingin kita bangun adalah demokrasi yang membangun. Yang menghasilkan solusi terhadap masalah masalah bangsa. Yang menghasilkan strategi, strategi untuk kemajuan bangsa," imbuh dia.
Advertisement
Jokowi Minta Peserta Pemilu yang Menang Tidak Jemawa
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan semua peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tidak jemawa atau angkuh apabila menang. Jokowi juga meminta semua peserta berlapang dada apabila nantinya kalah dalam Pemilu 2024.
Hal ini disampaikan Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam acara HUT ke-59 Golkar di DPP Partai Golkar Jakarta Barat, Senin (6/11/2023) malam. Dalam acara ini, turut hadir Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga Calon Presiden Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto.
"Dan ingat mulai dari sekarang yang kita pegang betul nanti jika menang jangan jemawa, jika kalah juga jangan murka," kata Jokowi dalam sambutannya.
Jokowi Setuju dengan Prabowo, Usai Pemilu Harus Kembali Rukun
Dia sepakat dengan Prabowo Subianto agar semua masyarakat kembali rukun dan bersatu usai Pemilu 2024. Jokowi menyebut Pemilu 2024 merupakan pertandingan antar anggota keluarga sendiri yang ingin membangun Indonesia maju.
"Setelah berkompetisi saya setuju tadi Pak Prabowo bersatu kembali, rukun kembali. Ini adalah pertandingan antar anggota keluarga sendiri, antarsesama anak bangsa yang sama sama ingin membangun negara kita Indonesia," jelasnya.
Jokowi ingin semua masyarakat maupun tokoh politik memiliki pandangan yang sama bahwa kompetisi politik merupakan hal wajar dalam demokrasi. Menurut dia, keinginan seseorang untuk menang dalam kompetisi politik juga hal wajar.
Advertisement