Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto hadiri acara pengukuhan Guru Besar Kehormatan Prof HC Dr H Ali Masykur Musa di Universitas Islam Malang (UNISMA), Malang, Jawa Timur, Minggu (19/11/2023).
Pada kesempatan itu, Prabowo tampak hadir bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.Â
Baca Juga
"Pertama tama, tentunya saya mengucapkan terima kasih atas kehormatan diberikan kepada saya ini untuk hadir di acara yang mulia ini," kata Menhan Prabowo pada pidato sambutannya seperti dikutip Minggu.Â
Advertisement
Prabowo kemudian mengucapkan selamat kepada Prof HC Dr H Ali Masykur Musa yang baru saja menerima penganugerahaan sebagai Guru Besar di UNISMA.Â
"Saya ingin menyampaikan ucapan selamat kepada Professor HC Dr H Ali Masykur Musa hari ini menerima suatu anugrah yang penuh arti sebagai professor HC. Kalau professor, dalam suatu bangsa, suatu negara yang harus diakui adalah cendekia yang tingkatnya tertinggi, kalau di tentara itu jenderal," pesan Prabowo.Â
Sebagai putera profesor yaitu almarhum Prof Dr Soemitro Djojohadikoesoemo, Prabowo mengatakan sosok professor akan selalu menjadi panutan banyak orang untuk dimintai pandangan dan ilmunya.Â
Prabowo merasa beruntung mendapatkan ilmu dari materi yang disampaikan Prof Ali Masykur Musa pada kesempatan tersebut. Sebab sebelumnya, dirinya mengaku hampir tidak dapat datang dalam acara ini.Â
"Terus terang saja, saya hampir tidak datang hari ini karena biasa proses politik begitu banyak undangan dan kadang-kadang begitu masuk. Saya sudah kasih komitmen tempat lain, tapi saya diyakinkan oleh hati saya, harus hadir hari ini," bangga Prabowo.Â
“Saya hadir di sini, saya merasa sangat nyaman. Saya merasa mendapat ilmu lagi di usia saya sekarang ini, saya masih belajar tiap hari. Dan hari ini pun saya mendapat suatu tambahan ilmu apa yg disampaikan oleh Prof HC Dr H Ali Masykur Musa," dia menandasi.Â
Jubir Sebut Prabowo Sudah Menemukan Dugaan Korupsi Sejak Awal Jadi Menhan
Di sisi lain, Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyebut, terdapat kasus korupsi di Kementerian Pertahanan (Kemhan) di masa awal Prabowo Subianto menjabat.
Terkait hal tersebut, Juru Bicara Prabowo, Dahnil Simanjuntak, mengatakan, Prabowo menemukan dugaan korupsi di Kemhan pada awal-awal menjabat sebagai menteri.
"Hal (dugaan korupsi) itu terungkap setelah mengutus orang ke luar negeri untuk menelisik ke produsen alat utama sistem persenjataan (alutsista)," kata Dahnil di Jakarta, seperti dilansir dari Antara, Minggu (19/11/2023).
Dia menuturkan, saat Prabowo menjabat sebagai Menhan, terdapat dugaan penggelembungan (mark up) anggaran yang cukup signifikan.
Berdasarkan dugaan tersebut, lanjut Dahnil, Prabowo memutuskan untuk membatalkan sejumlah kontrak demi mengamankan keuangan negara senilai triliunan rupiah.
"Pak Prabowo sudah melibatkan BPK, juga sudah melibatkan KPK untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan," tambah Dahnil.
Dengan demikian, dia menilai saat ini ada banyak pemotongan dalam proses belanja anggaran di Kemhan guna memutus dan mencegah upaya untuk menaikkan harga alutsista.
Dia juga menuturkan, dugaan mark up di lingkungan Kemhan yang ditemukan Prabowo itu mencapai hingga 1.000 persen.
Oleh karena itu, pada awal masa jabatan Prabowo sebagai menhan, pengeluaran anggaran di kementerian tersebut mengalami penurunan setelah diambil sejumlah langkah pencegahan.
Advertisement
Sudah Komunikasi dengan KPK
Terkait langkah hukum, Dahnil menegaskan bahwa dugaan penggelembungan anggaran di Kemhan menjadi wewenang aparat penegak hukum, seperti KPK dan Kejaksaan.
Namun demikian, dia menyoroti bahwa Prabowo telah mengambil langkah tegas dari segi administrasi sebagai menhan.
"Jadi, broker sedemikian rupa tidak diberikan ruang, sehingga praktik-praktik mark up itu sekarang agak sulit dilakukan," ujar Dahnil.
Sebelumnya, Hashim juga mengungkapkan, bahwa terdapat kasus korupsi di Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di masa awal Prabowo Subianto menjabat.
Kala itu, cerita Hashim, Prabowo harus menandatangani kontrak senilai Rp51 triliun. Angka tersebut ternyata sudah dinaikkan dari nilai yang sebenarnya.
"Waktu Pak Prabowo diangkat sebagai Menteri Pertahanan, bulan-bulan pertama, di atas meja dia ada kontrak yang harus dia tanda tangani senilai Rp51 triliun. Ini korupsi mark up-nya gila," ujar Hashim saat memberikan sambutan di depan anggota Relawan Jokowi (REJO) Prabowo Gibran Milenialz di Jakarta Pusat pada Rabu (15/11/2023).
Hashim berujar, kontrak tersebut terkait dengan pembelian senjata. Untuk harga satu senjata, seharusnya dibanderol 800 dolar tetapi ditulis 10.800 dolar.
"Mark upnya 1.250 persen. Bisa dihitung, harga asli 800, yang datang ke meja menteri pertahanan, 10.800 dollar, mark up-nya saya hitung," ujar Hashim.