Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting di Kalimatan Timur mencapai 23,9%. Angka tersebut menempatkan provinsi 'Benua Etam' di peringkat ke-16 tertinggi secara nasional.
Permasalahan stunting yang tinggi itu pun menjadi concern seluruh instansi atau pihak di Kalimantan Timur, salah satunya Forikan (Forum Peningkatan Konsumsi Ikan).
Ketua Forikan Provinsi Kaltim, dr. Yulia Zubir Akmal mengungkapkan, pihaknya akan memperkuat koordinasi lintas dinas yang dalam hal ini adalah Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) di seluruh kabupaten/kota untuk menekan angka stunting.
Advertisement
"Jadi kami akan mensinergikan semuanya dan kekuatan Ketua PKK sebagai Ketua FORIKAN, karena keduanya memiliki struktur hingga ke desa dan memiliki kader yang sampai sekarang terbukti bersinggungan langsung dengan masyarakat," ungkapnya usai Rakornas Forikan di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (20/11/2023).
"Kami akan bekerja sama dengan instansi pemerintahan yang ada di Kaltim, jadi benar-benar melibatkan lintas sektor," jelas dr. Yulia.
Selain itu, dirinya mengatakan bahwa langkah tersebut juga bertujuan untuk mencapai target angka prevalensi stunting menjadi 19% di tahun 2024 mendatang.
Melibatkan Posyandu
Di sisi lain, istri dari Pj Gubernur Kalimantan Timur tersebut pun menyebut bahwa ke depan, pihaknya akan memperkuat koordinasi lapangan untuk meningkatkan angka konsumsi ikan dengan melibatkan peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
"Tadi sudah dibicarakan, saat ini ada Posyandu lalu kemudian ada masyarakat yang rentan dan butuh peningkatan gizi, terutama pada ibu hamil, balita, lansia dan semua itu mereka bertemu sekali sebulan di Posyandu," sebut dr. Yulia.
Ia pun mengatakan, seharusnya Posyandu menjadi ajang untuk melakukan promosi seputar gizi, berbagi resep, dan berbagi pengetahuan terkait dengan pengolahan sumber protein, terkhusus ikan.
"Harusnya Posyandu yang ideal seperti itu dan saya berharap agar Posyandu tidak hanya sebagai tempat menimbang balita saja, harus ada inovasi untuk meningkatkan kualitas sarana guna mendorong peningkatan konsumsi ikan di masyarakat," jelas dr. Yulia.
Â
(*)
Advertisement