Liputan6.com, Jakarta Pada acara Open Mic Merdeka Vol. 1, Novita Hardini, istri Bupati Trenggalek banyak membahas tentang perempuan dan kesetaraan gender. Wanita yang juga Ketua Tim Penggerak PKK (TP-PKK) Kabupaten Trenggalek itu pun menyinggung peran perempuan yang didomestikasi hingga bagaimana mengembangkan sumber daya manusia, terkhusus perempuan.
Selain itu, Novita juga menuturkan bahwa istri merupakan status yang mulia, apa lagi sebagai istri bupati. Ia menambahkan bahwa ini adalah posisi yang strategis, apa lagi bagi mereka yang bercita-cita menjadi simpanan pejabat.
Baca Juga
“Tapi ngomong-ngomong soal simpanan, saya tuh nggak setuju loh kalau perempuan selalu didomestikasi. Kenapa perempuan tuh selalu bangga sih menjadi simpanan pejabat? Kita sebagai perempuan bisa bercita-cita apa saja dengan satu syarat, yaitu jangan terbuai oleh buaya darat,” tuturnya.
Advertisement
Novita pun berpesan untuk seluruh perempuan agar terus percaya diri dalam menggapai cita-cita dan tujuan, jangan mengandalkan untuk menjadi simpanan.
Tugas Novita di PKK
Di sisi lain, Novita juga sering mengadakan acara ataupun forum yang terbuka untuk masyarakat. Dari banyaknya curhatan yang masuk ke tim PKK, Novita menyimpulkan bahwa masyarakat masih kurang akan pengembangan SDM-nya.
“Berangkat dari situ, di tahun 2019 saya mendirikan wadah pendidikan bernama ‘Sepeda Keren’, Sekolah Perempuan, Anak, Disabilitas, dan Kelompok Rentan,” ujarnya.
“Banyak kaum bapak-bapak yang melihat ibu-ibu jika sedang kumpul kalau nggak nyanyi ya hore-hore gitu. Padahal, tugas kita di PKK itu tidak mudah, seperti mengimplementasikan program dan mengukur optimal atau tidaknya gerakan PKK yang ada di setiap desa,” jelas Novita.
Dirinya menyebut, selain pembangunan yang berkaitan dengan mur dan jalanan, penting untuk meningkatkan SDM yang ada di wilayah Trenggalek khususnya.
"Saya berharap agar masyarakat dapat terus berkembang terutama dalam mengeliminasi budaya patriarki," sebut Novita.
Advertisement
Kena Bully Karena Cantik
Istri Cak Ipin yang berparas cantik ini mengatakan bahwa menjadi perempuan cantik itu ada nggak enaknya. Pasalnya, saat duduk di bangku SD dan mendapat nilai tinggi, dirinya justru di-bully oleh teman-temannya.
“Banyak yang mengatakan nilainya bagusnya karena fisik yang cantik dan disukai oleh guru, padahal itu adalah hasil kerja keras sendiri,” ujar Novita.
“Ini tantangannya tuh jadi lebih besar, setiap kali saya dapat nilai 90-100 selalu kena diskriminasi dari teman-teman saya. Hal ini malah bikin saya takut untuk belajar, sampe besok-besoknya pun saya jadi nggak mau belajar,” jelasnya.
Novita melanjutkan bahwa sampai saat ini ketika diakui menjadi perempuan cantik, beban dan tanggung jawabnya justru lebih banyak.
“Diam kena fitnah, kerja kena fitnah, dan berusaha kena fitnah. Jadi, sebagai perempuan Indonesia, saya percaya bahwa bukan karena cantik, tapi karena pantas menerima takdir yang baik dari Tuhan,” jelasnya.
(*)