Liputan6.com, Jakarta - Anak muda harus kritis melihat fenomena politik hari ini. Itulah yang disampaikan Koordinator Nasional Kawan Gibran Ali Muthohirin dalam Dialog Para Pendukung: Berbeda Pilihan, tapi Tetap Satu Indonesia yang dilaksanakan Cangkir Opini di Kampung Mahasiswa, Dau, Kabupaten Malang (22/11/2023).
”Dalam melihat politik elite ini, jangan sampai terbawa arus. Kaum muda harus mampu melihat pola politik yang terjadi hingga sekarang,” terang mantan ketua umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tersebut.
Dia menambahkan, sudah saatnya anak muda bukan hanya objek politik, melainkan juga memainkannya peran-perannya. ”Prabowo-Gibran merupakan pasangan yang ideal. Juga bisa menyuarakan isu-isu anak muda,” lanjut Ali Muthohirin.
Advertisement
Selain Ali, dalam dialog tadi malam tersebut hadir pula dr. Gamal Albinsaid. Ketua Bidang Kepemudaan Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) itu menilai, masalah anak muda saat ini adalah lapangan kerja, sembako, dan juga korupsi.
”Kalau menurut survei CSIS, pemimpin yang diinginkan pada 2019 lalu sebanyak 38 persen, adalah pemimpin yang merakyat. Sekarang, tren pemimpin yang diinginkan, sebesar 37 persen, adalah pemimpin yang jujur dan antikorupsi,” kata pendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar itu.
Menurut dia, saat ini selain ingin menghadirkan perubahan, pasangan Anies-Muhaimin punya komitmen yang besar untuk membuka lapangan kerja dan pengembangan ekonomi. ”Ide besarnya adalah keadilan dan perubahan,” terang Gamal.
Tidak Bersikap Negatif Terhadap Perbedaan
Sementara itu, akademisi Dr Wahyudi Winarjo yang dihadirkan sebagai pengamat politik menyatakan, sebaiknya publik tidak bersikap negatif dengan perbedaan, khususnya perbedaan pilihan politik. ”Jangan tercuci otak dengan satu dimensi pemikiran,” katanya.
Dia berpesan kepada peserta yang memadati pendopo Kampung Mahasiswa Malang agar mencoba memahami dan dengarkan semua informasi dari berbagai pihak. ”Setelah itu baru dipilah dan dipilih untuk menjadi keputusan,” papar dosen sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
Terlepas dari semua perbedaan politik yang mungkin akan terjadi pada Pemilu 2024, semua pembicara dalam dialog tersebut bersepakat bahwa sangat penting untuk tetap menjaga persatuan. ”Beda pilihan, tapi tetap satu Indonesia,” ujar Nur Alim, moderator dalam dialog tadi malam.
Advertisement