Sukses

Tekan Angka Stunting, Pemkab Kutai Timur Gelar Pelatihan Budi Daya Jamur di 4 Desa

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan RI, prevalensi balita stunting di Kutai Timur terbilang tinggi, yakni mencapai 24,7%.

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan RI, prevalensi balita stunting di Kutai Timur terbilang tinggi, yakni mencapai 24,7%.

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur pun menjalankan beberapa strategi guna menurunkan angka stunting, salah satunya dengan budi daya jamur tiram di Desa Segoi, Sumber Sari,Sumber Agung, dan Giri Agung.

Analis kebijakan, Bagian Sumber Daya Alam (BSDA) Kutai Timur, Ita Ika Luciana mengatakan bahwa masalah tengkes dan gizi buruk masih menghantui wilayah pedalaman dan daerah terpencil di Kutai Timur. Baginya, walaupun Kutai Timur adalah daerah penghasil ikan, namun jamur tiram juga memiliki kandungan protein pelengkap gizi seimbang.

"Memerangi tengkes kan bukan ikan, daging dan telur saja. Kandungan protein lain juga dibutuhkan. Salah satunya jamur tiram," katanya.

"Dengan memaksimalkan sumber daya alam yang ada, kami dibantu oleh para peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Kutai Timur, Forum DAS dan pendamping desa Konsorsium Yasiwa - yayasan Ulin," jelas Ita.

Dirinya pun mengungkapkan, selain masalah tengkes, budi daya jamur di pedalaman Kutai Timur untuk peningkatan ekonomimasyarakat sekitar hutan. Ita menyebut, tujuannya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat dengan hasil hutan di Kutai Timur.

"Selain masalah penanggulangan tengkes, budidaya jamur juga diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat desa," ungkap Ita.

 

 

2 dari 2 halaman

Pelatihan Budi Daya Jamur

Pemkab Kutim mengadakan pelatihan budi daya jamur dan sebanyak 90 warga desa hadir serta dilatih oleh dua peneliti, yakni Aliri dan Muli Edwin.

"Jamur tiram memiliki kandungan protein nabati yang tinggi. Selain masalah kebutuhan gizi, jamur juga mudah dikembangkan dan banyak dicari di pasaran," ujar Ali.

"Jamur adalah hasil hutan bukan kayu yang banyak ditemukan di Kutai Timur. Diharapkan pelatihan ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat," imbuhnya.

Ali juga menegaskan, jika pengelolaannya tepat, maka masalah tengkes dan ekonomi masyarakat di pedalaman bisa diatasi.

"Kita manfaatkan limbah gergaji untuk media tanam. Warga dilatih mulai dari cara pembibitan hingga penanaman," tegasnya.

Di sisi lain, Staf Desa Konsorsium Yasiwa - Yayasan Ulin, Audina menjelaskan bahwa warga di desa-desa pedalaman Kutai Timur antusias menerima pelatihan.

"Terutama untuk penanggulangan tengkes dan pemulihan ekonomi, warga sangat tertarik berlatih," jelasnya.

"Para peserta rata-rata ibu rumah tangga, kita berharp budi daya ini juga mampu mendongkrak ekonomi masyarakat," imbuh Audina.

 

(*)