Liputan6.com, Jakarta - Re:Invent 2023 yang berlangsung di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, menyuguhkan pelbagai keputusan kerjasama penting antara Amazon Web Service (AWS) dan perusahaan bergerak di bidang teknologi. Salah satunya, Aerodyne sebagai perusahaan drone berbasis kecerdasan artifisial atau artificial intelligence ternama dunia asal Malaysia.
Berbicara kepada Tim Liputan6.com dalam sesi group interview bersama jurnalis asal Indonesia, Malaysia dan Thailand dan Singapura, Ceo Aerodyne, Kamarul A Muhamed menuturkan Aerodyne kini tengah menjalankan layanan perangkat lunak atau software as a service (SaaS) bernama Dronos untuk AWS.
“DRONOS akan bekerja sebagai operator bagi drone di seluruh dunia untuk mengembangkan bisnis mereka,” kata Kamarul di Venetian Convention Center, Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, Rabu 29 November 2023.
Advertisement
Kamarul menjelaskan, DRONOS adalah platform layanan drone inovatif dan menyeluruh yang memungkinkan penggunanya melakukan onboarding, menganalisis, dan memahami data drone untuk mengoptimalkan operasi, mendorong efisiensi, dan melakukan inspeksi udara dan menjaga keselamatan pekerja di lapangan.
“Kami mengoperasikan kehebatan drone untuk industri telekomunikasi, pertanian, pengawasan, logistik, dan energi yang saat ini tersebar di 45 negara, termasuk Indonesia,” ujar Kamarul.
Berbicara tentang Indonesia, Kamarul mengaku sudah ada dua perusahaan swasta yang bekerjasama dengan Aerodyne seperti di Jakarta dan Yogya. Mereka bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.
“Kami membantu dalam untuk mengidentifikasi masalah tanaman dengan cepat, seperti masalah irigasi atau penyakit dan hama yang menyerang. Data intelijen kami juga membuat penggunaan pupuk atau pestisida menjadi lebih efisien, menghemat sumber daya dan pada akhirnya mendorong ketahanan pangan dan membuat hasil tani lebih baik,” jelas Kamarul.
Antusias Jalin Kerjasama dengan Indonesia
Kamarul mengaku, Aerodyne sangat antusias dalam menjalin kerjasama dengan Indonesia. Sebab, bukan sekedar memberi pemahaman teknis tentang cara kerja Drone tetapi jua memberi nilai tambah agar mampu mengembangka sistem intelegensi di bidang pertanian yang berdampak positif terhadap hasil bumi yang lebih baik.
“Jadi bisa semakin optimal apa yang dihasilkan, kemudian juga soal bagaimana kami dapat menyampaikan sistem dari perkebunan yang baik dengan menggunakan drone, dengan data yang terpusat dan bisa melihat lebih dalam tentang deteksi dini bila ada bahaya yang mengancam hasil taninya,” jelas Kamarul.
Kamarul berharap, kerjasama dengan Indonesia bisa kisah sukses seperti yang sudah dilakukan Aerodyne dengan Brasil dan Malaysia, dimana penghasilan tahunannya dapat meningkat 50 hingga 60 persen.
“Uang yang dapat dihasilkan pun bisa lebih banyak dengan dan memangkas modal produksi. Saya sangat membuka pintu bila bisa bekerjasama dengan Indonesia secara lebih luas lagi,” harap dia.
Secara khusus, Kamarul mengaku saat ini belum ada kerjasama antara Aerodyne dengan pemerintah. Hanya saja, rekan kerja Aerodyne di Indonesia kerap membuka komunikasi akan hal itu. Sejauh ini, komunikasi dijalin tentang bagaimana pengoperasian drone untuk bidang keamanan dalam menjaga perbatasan.
“Kita sudah pernah memberi pelatihan juga, dan saya harap kita bisa segera meresmikan kerjasama tersebut,” dia menandasi.
Advertisement