Sukses

Cuaca Hari Ini Selasa 5 Desember 2023: Pagi Berawan, Sebagian Jabodetabek Siang Hujan

Langit pagi Jakarta hari ini, Selasa (5/12/2023) hampir keseluruhannya diprediksi berawan, kecuali Jakarta Barat hujan sedan dan Kepulauan Seribu berawan tebal. Begitulah prakiraan cuaca hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Jakarta hari ini, Selasa (5/12/2023) hampir keseluruhannya diprediksi berawan, kecuali Jakarta Barat hujan sedan dan Kepulauan Seribu berawan tebal. Begitulah prakiraan cuaca hari ini.

Tak jauh berbeda di siang nanti berdasarkan laporan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hampir seluruh langit Jakarta diprediksi berawan, kecuali Jakarta Barat hujan ringan, Jakarta Selatan hujan berintensitas sedang, dan Kepulauan Seribu cerah berawan.

Untuk malam hari nanti, sebagian cuaca Jakarta diprakirakan bakal berawan dan hujan dengan intensitas ringan.

"Waspada potensi hujan disertai petir/kilat dan angin kencang di sebagian wilayah Jaksel dan Jakbar pada sore dan malam hari," papar BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id.

Wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Jawa Barat pada pagi hari ini diprediksi cerah berawan, siang berawan, dan malam nanti hujan ringan. Sedangkan di Depok dan Kota Bogor, Jawa Barat diprakirakan pagi ini cerah berawan, lalu hujan berintensitas ringan siang hingga malam hari nanti.

"Waspada potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada rentang waktu antara menjelang siang hingga malam hari di sebagian wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Cirebon," jelas BMKG.

Tak jauh berbeda di Kota Tangerang, Banten pagi hari ini diprediksi berawan, kemudian siang hingga malam nanti turun hujan dengan intensitas ringan.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Hujan Sedang  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Jakarta Pusat   Berawan  Berawan   Berawan
 Jakarta Selatan   Berawan  Hujan Sedang  Hujan Ringan
 Jakarta Timur   Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Jakarta Utara   Berawan  Berawan  Berawan
 Kepulauan Seribu   Hujan Ringan  Cerah Berawan  Berawan
 Bekasi   Cerah Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Depok   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Tangerang  Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
2 dari 4 halaman

NASA dan IBM Berkolaborasi Kembangkan Model AI untuk Aplikasi Cuaca dan Iklim

Sebelumnya, NASA dan IBM bekerja sama membangun model dasar AI (kecerdasan buatan) untuk aplikasi cuaca dan iklim. 

Mereka menggabungkan pengetahuan dan keterampilan masing-masing di bidang ilmu kebumian dan AI untuk model tersebut.

Mengutip Engadget, Senin 4 Desemebr 2023, mereka mengklaim bahwa model tersebut akan menawarkan 'keunggulan signifikan dibandingkan teknologi yang sudah ada'.

Model AI saat ini, seperti GraphCast dan Fourcastnet, bisa menghasilkan prakiraan cuaca lebih cepat daripada model meteorologi tradisional. Namun, IBM mencatat bahwa ini adalah emulator AI (bukan model dasar). 

Seperti namanya, model dasar adalah teknologi dasar yang mendukung aplikasi AI generatif. 

"Emulator AI dapat membuat prediksi cuaca berdasarkan kumpulan data pelatihan, tetapi tidak memiliki aplikasi lebih dari itu. Mereka juga tidak dapat mengkodekan fisika yang menjadi inti prakiraan cuaca," kata IBM.

NASA dan IBM berharap model dasar AI yang mereka bangun memiliki aksesibilitas lebih luas, waktu inferensi lebih cepat, dan keragaman data lebih besar. Selain itu juga meningkatkan keakuratan perkiraan untuk aplikasi iklim lainnya.

3 dari 4 halaman

Harapan pada Model Dasar NASA dan IBM

Model ini juga diharapkan mampu memprediksi fenomena meteorologi, menyimpulkan informasi beresolusi tinggi berdasarkan data beresolusi rendah, dan "mengidentifikasi kondisi yang kondusif untuk segala hal mulai dari turbulensi pesawat hingga kebakaran hutan."

Ini mengikuti model dasar lain miliki NASA dan IBM yang dikerahkan pada bulan Mei lalu. Dengan memanfaatkan data dari satelit NASA untuk kecerdasan geospasial, IBM berpendapat bahwa ini merupakan model geospasial terbesar pada platform AI sumber terbuka Hugging Face.

Sejauh ini, model AI tersebut telah digunakan untuk melacak dan memvisualisasikan aktivitas penanaman dan pertumbuhan pohon di kawasan menara air (lanskap hutan yang menahan air) di Kenya.

Tujuannya adalah untuk menanam lebih banyak pohon dan mengatasi masalah kelangkaan air. Model ini juga digunakan untuk menganalisis pulau panas perkotaan di Uni Emirat Arab.

Sebelumnya, tim peneliti DeepMind Google telah menciptakan algoritma prediksi cuaca berbasis pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan (AI), yang dikenal sebagai GraphCast. Alat ini dilaporkan menjadi sebuah terobosan baru di dunia pelaporan cuaca

Dalam waktu kurang dari satu menit, GraphCast mampu memprediksi variabel cuaca untuk kurun waktu 10 hari, mengungguli teknologi prediksi pola cuaca tradisional dengan tingkat kebenaran mencapai 90 persen.

4 dari 4 halaman

GraphCast, AI Milik Google Mampu Prediksi Cuaca Kurang dari Semenit

Cara kerja GraphCast melibatkan pengambilan dua kondisi cuaca terkini dari Bumi, termasuk variabel dari waktu pengujian dan enam jam sebelumnya.

Dengan memanfaatkan data ini, program artificial intelligence dapat memprediksi kondisi cuaca dalam enam jam ke depan, memberikan keunggulan dalam kecepatan dan akurasi prediksi.

Dilansir Engadget, Rabu 15 November 2023, GraphCast telah membuktikan kemanjurannya dalam praktik, seperti memprediksi pendaratan Badai Lee di Long Island 10 hari sebelum terjadi.

Kecepatan prediksi ini menjadi unggul karena GraphCast tidak harus mengatasi kompleksitas fisika dan dinamika fluida seperti model prediksi cuaca tradisional.

Kelebihan GraphCast tidak hanya terbatas pada kecepatan dan skala prediksi. Program ini juga dapat memprediksi peristiwa cuaca buruk, seperti siklon tropis dan gelombang suhu ekstrem. 

Dengan kemampuan untuk dilatih ulang menggunakan data terbaru, GraphCast diharapkan semakin meningkat dalam memprediksi osilasi pola cuaca yang terkait dengan perubahan iklim.