Sukses

OIKN: Keberlangsungan Pembangunan IKN Tidak Lepas dari Peran Masyarakat Lokal

Keberlangsungan pembangunan IKN tidak lepas dari peran masyarakat lokal, termasuk masyarakat adat di Kaltim.

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Sosial, Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat (Sosbudpemas), Alimuddin mengungkapkan bahwa keberlangsungan pembangunan IKN tidak lepas dari peran masyarakat lokal, termasuk masyarakat adat di Kaltim. Dirinya pun menyebut, Kaltim merupakan provinsi dengan suku, budaya dan adat yang sangat beragam.

“Itulah mengapa penting untuk membangun komunikasi dengan masyarakat adat Kaltim untuk terlibat serta dalam pembangunan IKN dan kami mengupayakan perekatan budaya," ungkapnya beberapa waktu lalu.

"Ini karena kita akan kedatangan banyak orang dan banyak budaya yang akan masuk. Kalau kita tidak dekatkan, nanti budaya tergerus," jelas Alimudin.

Dirinya pun melihat bahwa pembangunan IKN tak dapat lepas dari kebudayaan. Bagi Alimudin, kebudayaan Nusantara ini salah satunya yang berasal dari Kalimantan yang juga sebagai tuan rumah IKN, warga lokal pun harus solid.

“Tapi IKN bukan hanya milik Kaltim saja, ini milik Indonesia. Tapi budaya lokal Kalimantan ini adalah bagian dari budayanya Kaltim, terlebih hingga seperti sekarang, Kaltim tak bisa lepas dari sejarah, termasuk budaya," ujar Alimudin.

"Jika ada yang tidak sesuai maka kita berusaha eliminir, kita kembalikan seperti semula. Budaya jadi wahana pembauran sosial,” jelasnya.

Alimudin pun mengatakan, jika budaya dan pembauran ini berjalan dengan baik, maka akan berdampak baik terhadap pembangunan IKN.

2 dari 2 halaman

Perlu Dukungan Banyak Pihak

Alimudin mengungkapkan bahwa pembangunan IKN perlu dukungan banyak pihak. Dirinya menyebut, selama ini Kaltim hidup dalam keberagaman.

“Jadi supporting item dalam pembangunan Nusantara,” ungkapnya.

Di sisi lain, Alimudin menjelaskan, berdasarkan penelitian dari Balai Bahasa Kaltim salah satunya menyatakan bahwa Paser sebagai salah satu suku di Kaltim yang bahasanya terancam punah. Ia menyebut, walau pemerintah daerah sudah melakukan muatan lokal di sekolah, tidak cukup efektif.

"Penerapan muatan lokal bahasa daerah ini memang dapat menghambat dari kepunahan. Namun, harusnya bahasa ini dihidupkan kembali di masing-masing rumah sebagai bahasa ibu," jelasnya.

“Karena kalau tidak nanti jadi cerita saja. Nah, untuk ini para pelaku budaya harus bersama kita, stakeholder jadi satu,” imbuh Alimudin.

Ia mengatakan, Otorita IKN melakukan berbagai kegiatan mencegah punahnya budaya asli Kaltim, antara lain kegiatan rembuk budaya atau penyelenggaraan kegiatan lain dengan kementerian.

“Ke depan, kami akan bentuk sekolah vokasi seni budaya," kata Alimudin.

 

(*)