Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk menjaga ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim ekstrem yang belum usai.
Tak hanya soal peningkatan produktivitas pertanian, menjaga stabilitas harga pangan di pasaran menjadi tantangan bagi insan pertanian saat ini.
Baca Juga
Untuk itu, Kementan menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian dengan mengoptimalkan sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) serta memanfaatkan teknologi mutakhir, mekanisasi dan korporasi dari hulu hingga hilir.
Advertisement
Fokus Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam satu tahun masa jabatannya adalah memperkuat produksi berbagai komoditas strategis seperti padi dan jagung sesuai arahan Presiden, untuk menekan impor agar dapat swasembada.
"Krisis pangan sama dengan krisis keamanan dan politik. Pangan adalah senjata kita, dan kita harus menekan impor bahkan harus bisa menyetop impor, kita harus ekspor," ujar Amran, Kamis, 28 Desember kemarin.Â
Amran mengungkapkan pihaknya optimisme bahwa dalam dua sampai tiga tahun ke depan, Indonesia akan kembali mencapai swasembada pangan, terutama dalam produksi padi dan jagung.
"Kita optimis bahwa target peningkatan produksi pertanian dapat tercapai seperti yang pernah dilakukan pada tahun 2017 dan 2021 yang lalu", tegas Amran.
Amran mengatakan swasembada yang pernah diraih harus kembali dicapai dengan melanjutkan program-program yang baik. Salah satunya, Kementan menargetkan produksi beras pada tahun 2024 mencapai 35 juta ton, meningkat dibanding tahun 2023 yang berjumlah 31 juta ton.
Langkah Kementan Jaga Ketahanan Pangan
Di sisi SDM, Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) terus melakukan kegiatan pembinaan penyuluh pertanian dan petani diberbagai wilayah di Indonesia, terutama dalam peningkatan produksi padi dan jagung.
Kementan juga sudah mempermudah penyuluh pertanian dan petani untuk membantu peningkatan produksi padi dan jagung. Yang terbaru, menghapuskan kartu tani untuk mempermudah petani memperoleh pupuk bersubsidi digantikan dengan kartu tanda penduduk (KTP).
"Penyuluh dan para petani harus bergerak cepat mengambil bagian menjaga ketahanan pangan. Krisis pertanian akan menjadi krisis politik dan membuat pemerintah sulit berkembang, karena itu kita harus jaga bersama," ujar Amran.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan Kementan berkomitmen menyiapkan SDM pertanian yang berjiwa wirausaha. Oleh karenanya salah satu program utama Kementan dalam menjamin produktifitas, kontiyuitas dan ketahanan pangan adalah penumbuhan 2,5 juta pengusaha pertanian millenial sampai dengan tahun 2024.
"Tantangan yang semakin Kompleks seperti El Nino yang berdampak terhadap penurunan produksi konflik geopolitik yang menyebabkan terganggunya distribusi pangan dan adanya restriksi ekspor dari negara-negara produsen pangan," ungkap Dedi saat evaluasi kinerja BPPSDMP tahun 2023 dengan tema Kesiapan SDM Pertanian Mendukung Peningkatan Produksi Padi dan Jagung di Bogor, Kamis (28/12/2023).Â
Â
Advertisement
Solusi untuk Mengatasi El Nino
Dedi menjelaskan solusi dari permasalahan tersebut adalah peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.
"Ada tiga faktor pengungkit produktivitas pertanian. Pertama, inovasi teknologi dan sarana prasarana pertanian, kebijakan peraturan perundangan termasuk kearifan lokal, serta SDM Pertanian. Ketiga, SDM pertanian menyokong 50 persen peningkatan produktifitas pertanian, sisanya masing-masing berimbang menyumbang 25 persen," beber Dedi.
Dedi mengajak seluruh SDM pertanian untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi dan jagung. Sebab, padi dan jagung merupakan bahan pangan pokok masyarakat di Indonesia. Sudah sepatutnya SDM pertanian harus bergerak bersama untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian.
"Di akhir tahun 2023, kita kembalikan mindset, tujuan utama kita yakni peningkatan SDM pertanian untuk menggenjot produktivitas dan produksi pertanian. kita evaluasi sejauh mana sasaran optimalisasi yang sumber daya manusia yang kita miliki, sebaik apa pemanfaatan teknologi yang dilakukan, dan seberapa manfaat yang dirasakan oleh petani Indonesia," tutup Dedi.