Sukses

Benarkah Gen Z Kecanduan Zodiak, Pertanda Apa?

Terdapat 12 tanda zodiak yang mengacu pada rasi bintang. Umumnya zodiak tersebut diberi nama hewan sesuai dengan mitologi Romawi dan Yunani.

Liputan6.com, Jakarta - "Oh kamu zodiaknya Sagitarius ya kak," celetuk Keisha beberapa waktu lalu. Setelah itu, dia menyebutkan sejumlah karakter orang-orang dengan zodiak Sagitarius. Dia hafal betul dan mampu menjelaskan secara detail berbagai kelebihan dan kekurangan zodiak tersebut. 

Dia mengaku memang sering membaca berbagai karakter zodiak seseorang dari media sosial. Perempuan berusia 22 tahun itu sering menjadikan karakter zodiak sebagai acuan ketika bersosialisasi dan memahami orang-orang baru di lingkungannya. 

Meskipun tidak 100 persen benar, tapi Keisha mempercayai berbagai karakter yang ada tersebut. Kendati begitu dia mengaku tidak memilih teman melalui zodiaknya. 

"Karena sejuah ini karakter yang aku temuin sama zodiak yang pernah dibaca. Jadi sesuai," kata Keisha kepada Liputan6.com.

Sebagai anak Gen Z, Brenda juga mengaku mempercayai berbagai karakter zodiak yang seringkali ramai di media sosial. Bahkan dia tidak percaya mengenai ramalan zodiak mingguan atau bulanan. 

Perempuan berusia 22 tahun itu hanya mempercayai hal-hal yang bagus dari beberapa ramalan zodiak. Kata dia, hal tersebut membantu menumbuhkan cara berpikir yang positif.

"Aku itu ngeliatnya di media sosial kan. Terus kadang-kadang ada yang sesuai dengan karakterku, kadang-kadang enggak ada yang sesuai. Jadi percaya saya yang sesuai aja," kata Brenda kepada Liputan6.com.

Untuk persoalan pertemanan dia mengaku jarang sekali melihat karakter seseorang dari zodiaknya. Hanya, hal tersebut dilakukan ketika dia merasa tidak cocok atau sefrekuensi dengan orang lain. 

"Kalau misalnya aku merasa, oh aku cocok nih sama dia, aku enggak bakal ngecek zodiaknya. Tapi kalau misalnya aku enggak cocok, aku baru ngecek zodiaknya juga. Tapi kalau misalnya di awal pertemanan aku enggak ngecek zodiak dia apa," papar dia.

Percaya Karakter

Hal yang sama juga disampaikan oleh Nataniel. Dia mengaku mempercayai karakter dari zodiak. Namun bagi pria berusia 31 tahun tersebut mempercayai karakter zodiak untuk dirinya sendiri.

"Lebih ke arah zodiak gue percaya untuk mengenal karakter gue sendiri aja sih. Karena banyak hal kan, maksudnya Sagitarius, banyak hal yang di kepala gue itu terlalu random gitu ya. Terus kenapa gue ngelakuinnya ini, kenapa gue ambil pilihan yang ini, hal-hal kayak gitu itu," ujar dia kepada Liputan6.com.

Menurut Nataniel, karakter zodiak yang ada di berbagai media sosial merupakan penjabaran permukaan seseorang saja. "Itu sih lebih ke arah mengenal karakter gue aja. Kalau buat di luar itu, biasa aja sih. Enggak pakai zodiak-zodiakan," jelas dia.

Saat ini masyarakat masih banyak yang menggunakan perhitungan versi astrologi dengan 12 zodiak. Kepercayaan akan zodiak juga masih kuat untuk para generasi atau Gen Z. Khususnya dalam menilai karakter seseorang.

Terdapat 12 tanda zodiak yang mengacu pada rasi bintang. Umumnya, zodiak tersebut diberi nama hewan sesuai dengan mitologi Romawi dan Yunani. Dalam astrologi gerak matahari, bulan, planet, dan rasi bintang diamati untuk menilai berbagai karakteri hingga nasib seseorang.

2 dari 4 halaman

Zodiak untuk Atribut Diri, Bukan Acuan Mutlak

Saat ini zaman telah modern dan serba digital. Namun kepercayaan pada zodiak masih kuat, khususnya generasi muda atau Gen Z. Beberapa di antaranya untuk lucu-lucuan untuk mengikuti tren di media sosial. 

Banyak pula Gen Z yang meyakini zodiak untuk menilai karakter seseorang. Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana menyatakan masyarakat harus menyikapi zodiak sebagai masukan saja. Atau hanya dijadikan atribut untuk mengindentifikasi diri.

Vera menyebut pada usia remaja atau saat ini pada Gen Z membutuhkan adanya rasa memiliki atau kesamaan dengan orang lain dalam sebuah kelompok. Sehingga sering menjadikan berbagai karakter zodiak sebagai acuan.

"Jadi itu boleh-boleh saja sepanjang itu hanya dijadikan sebatas masukan. Jadi sebagai masukan saja dalam menjalani kehidupan, tidak sebagai acuan yang mutlak," kata Vera kepada Liputan6.com.

Meskipun banyak mempercayai karakter zodiak, Vera meminta agar masyarakat tetap harus berfokus pada realita dan fakta yang ada. Karena hal itu seseorang dapat menerima karakter orang lain seperti yang ditemuinya secara langsung.

"Jadi tetap fokusnya adalah apa yang kita lihat secara langsung, apa yang kita rasakan, apa yang kita dengar secara langsung. Apa yang kita baca atau dapatkan dari tadi ramalan atau bahasan-bahasan tentang zodiak itu jadikan masukan saja," ucapnya.

Dalam proses menjalani hidup, Vera memandang jika setiap orang membutuhkan berbagai acuan atau pedoman. Misalnya ucapan dari kedua orang tua, keyakinan agama yang dianut, hingga acuan pada karakteristik sebuah zodiak.

Sedangkan dalam pembentukan karakter seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bukan hanya dari zodiak saja. Namun juga berhubungan dengan cara pengasuhan orang tua. 

"Tidak hanya karena dia bintangnya apa, zodiak nya apa, tapi juga bagaimana pengasuhan, pengalaman dia gimana, stimulasi di masa kecil seperti apa, jadi banyak faktor tidak itu saja. Tapi itu kita sebutnya parapsikologi, jadi itu ilmu-iilmu yang ada di pinggir-pinggirnya psikologi, ada kaitannya, tapi tidak berkaitan secara scientific secara ilmiahnya memang masih perlu ditelaah lebih lanjut," dia menjelaskan.

3 dari 4 halaman

Tak Selamanya Prediksi Zodiak Menyenangkan

Indonesia menjadi negara tiga terbesar yang gemar mencari informasi mengenai zodiak di internet. Mulai dari karakternya hingga persoalan asmara.

Sudah sekitar lima tahun, astrologist, Godvin Triastama mulai belajar astrologer. Awalnya dia belajar dari membaca dari pelbagai informasi dari media massa tentang rubrik zodiak.

Hingga akhirnya dia mendapatkan panggilan dan mulai mendalami dengan mengambil sekolah astrologi di Denver, Colorado, Amerika Serikat selama setahun hingga mendapatkan sertifikat.

Setelah itu pada tahun 2020, Godvin mulai mengisi rubrik zodiak di sejumlah media. Untuk sumber datanya dia menganalisa berdasarkan beberapa teori dan pergerakan planet di angkasa. 

"Dia ada zodiak apa, sebenarnya ada teorinya, ada pembelajarannya. Jadi kita enggak sembarang menuliskan sesuatu tapi berdasarkan fakta yang terjadi di alam semesta ini, atau tata surya saya sebutnya," kata Godvin kepada Liputan6.com.

Untuk rubrik zodiak dia media, pria berusia 30 tahun tersebut menyatakan menggunakan perspektif modern astrologi. Atau cenderung untuk membahas karakter seseorang berdasarkan rasi bintangnya. Kemudian juga menitikberatkan pada perspektif keberuntungan dan nasib. 

"Di mana kita bisa melihat seseorang itu lebih detail lagi tentang garis hidupnya, kurang lebih gambaran tentang hidupnya yang akan dijalani ke depannya," ucapnya.

Godvin menyebut jika hasil ramalan zodiak sebenarnya tidak 100 persen benar. Namun hasil tersebut sebenarnya dapat digunakan sebagai petunjuk kehidupan. Sehingga seseorang dapat melakukan sejumlah antisipasi.

Bahkan dari hasil zodiak tersebut, dia menilai seseorang dapat mengembangkan kelebihan dirinya dalam bidang tertentu. "Itu bisa dilihat dari astrologi, sehingga nanti yang tidak baiknya, apa yang kurang-kurangnya itu bisa kita minimalisir," ujar dia.

Dia juga tidak mempermasalahkan ketika seseorang tidak percaya atau menganggap ramalan zodiak hanya sebuah hiburan. Kehadiran sebagai astrologer hanya sebagai pihak yang memberitahukan kepada audiens untuk mengenal adanya hal yang mempelajari garis kehidupan seseorang.

Tradisional astrologi kata Godvin dapat diketahui nasib seseorang berdasarkan lokasi dan waktu kelahiran. Setelah itu nanti dilihat juga berdasarkan pergerakan planet, rasi bintang, dan kemudian dianalisis.

"Nanti kita bisa mengetahui nih orang lain ini kelemahannya di mana, kelebihannya di mana. Kalau misalnya modern astrologi dia lebih kayak buat pop culture, bermain fun aja," paparnya.

"Jadi misal kamu ini Gemini ya, cenderungnya orang Gemini mayoritasnya seperti ini, mungkin talkative, mungkin orang juga agak bilang mereka genit atau something. Menurut saya itu sesuatu yang berbeda perspektifnya. Namun demikian ini malah yang populer di kalangan anak muda Gen Z saat ini," imbuh dia.

Godvin menegaskan jika prediksi ramalan zodiak tidak selamanya menyenangkan. Karena hal itu dia menghimbau agar orang yang mempercayai hal tersebut dapat memilih secara bijak.

"Keep positive, tahu kelebihan kita apa, dan kita bisa memaksimalkan hal itu untuk kebaikan kita di masa depan," dia menegaskan.

4 dari 4 halaman

Jangan Terbuai Prediksi Zodiak yang Menyenangkan

Selebgram Furi Harun mengaku telah mempelajari astrologi sejak tahun 2015. Tak hanya zodiak, namun juga shio, hingga perhitungan weton khas Jawa. Menurut dia, waktu kelahiran seseorang sangat berpengaruh dalam proses kehidupan.

Untuk astrologi barat seperti zodiak dia mempelajari secara otodidak dengan berbagai buku. Sedangkan untuk hitungan Bali ataupun Jawa dia belajar dari beberapa guru.

"Kalau zodiak itu kan secara umum ya, general, supaya kita enggak kecolongan. Minimal saat kita ketemu dengan klien atau teman kita sudah secara umum tahu sifat dasarnya dia," kata Furi kepada Liputan6.com.

Menurut dia, berbagai ilmu astrologi sangat berkaitan dengan berbagai ilmu lainnya seperti tarot ataupun garis tangan meskipun cara perhitungannya berbeda. 

Untuk konten prediksi zodiak yang seringkali disampaikan Furi, hanya mengupas sesuatu secara umum.

Furi menilai hasil dari astrologi sebenarnya dapat digunakan sebagai masukan atau referensi seseorang. Sebab hasilnya tak selama buruk ataupun menyenangkan.

"Jadi meski pun ramalan kamu bagus, kamu jangan terbuai. Tapi kalau ramalan kamu jelek pun, kamu jangan jadi desperate atau putus asa karena ada beberapa hal yang bisa diperbaiki kok," papar dia.

Sementara itu, dilansir dari Very Well Mind, Minggu (20/1/2024) disebut jika terdapat sejumlah cara untuk mengetahui kepribadian seseorang lewat bahasa tubuh. Bahasa tubuh mengacu pada sinyal nonverbal yang kita gunakan untuk berkomunikasi. Sinyal nonverbal ini merupakan bagian besar dari komunikasi sehari-hari. Faktanya, bahasa tubuh mencakup antara 60 hingga 65 persen dari seluruh komunikasi.

Contoh bahasa tubuh antara lain ekspresi wajah, tatapan mata, gerak tubuh, postur, dan gerakan tubuh. Dalam banyak kasus, hal-hal yang tidak kita ucapkan dapat menyampaikan banyak informasi.

- Gesture Tubuh

Gestur dapat menjadi salah satu sinyal bahasa tubuh yang paling langsung dan jelas. Melambaikan tangan, menunjuk, dan menggunakan jari untuk menunjukkan jumlah adalah isyarat yang sangat umum dan mudah dipahami.

Namun, beberapa isyarat mungkin bersifat budaya, jadi mengacungkan jempol atau tanda perdamaian di negara lain mungkin memiliki arti yang sangat berbeda dibandingkan di Amerika Serikat.

- Tangan dan Kaki 

Lengan dan kaki juga berguna dalam menyampaikan informasi nonverbal. Menyilangkan tangan dapat menunjukkan sikap defensif. Menyilangkan kaki menjauh dari orang lain mungkin menunjukkan ketidaksukaan atau ketidaknyamanan terhadap orang tersebut.

Sinyal halus lainnya seperti melebarkan lengan mungkin merupakan upaya untuk terlihat lebih besar atau lebih berwibawa, sementara menjaga lengan tetap dekat dengan tubuh mungkin merupakan upaya untuk mengecilkan diri atau menarik diri dari perhatian.

- Postur Tubuh 

Cara kita mengatur tubuh juga bisa menjadi bagian penting dari bahasa tubuh. Istilah postur mengacu pada cara kita menahan tubuh serta bentuk fisik seseorang secara keseluruhan.

Postur tubuh dapat menyampaikan banyak informasi tentang perasaan seseorang serta petunjuk tentang karakteristik kepribadian, seperti apakah seseorang percaya diri, terbuka, atau patuh.

Duduk tegak, misalnya, mungkin menunjukkan bahwa seseorang sedang fokus dan memperhatikan apa yang sedang terjadi. Sebaliknya, duduk dengan tubuh membungkuk ke depan dapat menyiratkan bahwa orang tersebut bosan atau acuh tak acuh. Saat Anda mencoba membaca bahasa tubuh, cobalah memperhatikan beberapa sinyal yang dapat dikirimkan oleh postur tubuh seseorang.