Liputan6.com, Jakarta Beredar kabar Presiden Joko Widodo ingin bertemu dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Kabar pertemuan disinyalir sebagai langkah rekonsiliasi.
Bukan rahasia lagi bahwa hubungan kedua tokoh bangsa itu saat ini mengalami keretakan. Megawati dan Jokowi sudah tidak harmonis sejak lama. Puncaknya jelang pemilihan presiden 2024.
Baca Juga
Megawati sebagai pemimpin tertinggi PDIP yang memiliki kewenangan mutlak menentukan calon presiden dan calon wakil presiden, telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo-Mahfud Md untuk maju di pilpres 2024.
Advertisement
Sementara itu, Jokowi dipastikan mendukung Prabowo Subianto. Sebab, Prabowo yang merupakan mantan rivalnya di pemilu 2014 dan 2019 itu, kini berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi.
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, melihat rekonsiliasi Jokowi dengan Megawati memiliki beberapa variabel yang cukup sulit terjadi dalam waktu dekat ini, namun bukan tidak mungkin.
Salah satu faktor yang membuat rekonsiliasi sulit terwujud dalam waktu dekat adalah keduanya merupakan figur king maker dalam pilpres 2024.
"Karena memang kalau isu rekonsiliasinya hari ini, tentu cukup sulit, karena banyak tantangan yang dihadapi dua figur ini sebagai king maker di pilpres," ujar Arifki Chaniago kepada Liputan6.com, Senin, 22 Januari 2024.
"Dan saya rasa soal rencana pertemuan Bu Mega dan Jokowi sudah dibantah oleh Istana. Ternyata tidak ada keinginan dari Jokowi untuk bertemu dengan Bu Mega. Artinya, sinyal rekonsiliasi ini muncul dari berbagai isu," Arifki menambahkan.
Meski begitu, Arifki melihat, pertemuan kedua tokoh itu bisa saja terjadi dengan melihat konstelasi pilpres 2024. Pertemuan kedua king maker itu tentu bakal saling menguntungkan.
Arifki menggambarkan, misalnya ketika Jokowi sebagai king maker pasangan Prabowo-Gibran, di satu sisi Ganjar-Mahfud dianggap bakal gagal di putaran pertama, tentu peluang Megawati dan kubu paslon Ganjar-Mahfud harus mendukung Prabowo-Gibran atau Anies-Cak Imin di putaran kedua.
"Tentu semua kepentingan itu juga akan diambil oleh 01 maupun 02 untuk mendekati 03. Dan saya rasa yang akan menjadi penentu dalam 03 ke mana arah politiknya mendukung di pilpres putaran kedua, tentu Bu Mega," jelas Arifki.
"Saya rasa ini adalah upaya-upaya yang dimainkan, apakah ini isu yang dibentuk oleh bagian dari kelompoknya 03 atau 01, agar seolah-olah Jokowi ingin kembali ke Bu Mega, apa ingin dekat kembali dengan Bu Mega," kata Arifki.
Diakui Arifki, kemungkinan itu sulit karena pilihan politik Megawati dan Jokowi tegas berbeda. Apalagi prinsip Megawati dalam menentukan pilihan politik memiliki cara tersendiri dan sulit diintervensi siapa pun. Namun dalam politik, berbagai kemungkinan bisa saja terjadi.
"Dalam politik mungkin-mungkin saja ya, karena memang yang menyebabkan antara Bu Mega bertemu dengan Jokowi atau mendukung Prabowo-Gibran, yang pertama mungkin saja ini kembali untuk melanjutkan perjanjian Batu Tulis (antara Megawati dengan Prabowo)," kata Arifki.
Kedua, lanjut Arifki, bahwa akan sulit untuk menyatukan antara koalisi pasangan Anies-Cak Imin dengan Ganjar-Mahfud.
"Ibarat minyak dan juga air. Karena secara psikologi ini bukan hanya keterpisahan antara pendukungnya Ganjar dengan Anies, tapi juga ideologi dan juga kepentingan politik antara PDIP dengan PKS dan berbagai partai yang sangat berseberangan. Ini yang menjadikan kondisi ini akan susah antara 01 dengan 03. Jadi peluang 02 bertemu dengan 03 mungkin-mungkin saja," jelasnya.
Rekonsiliasi Megawati dan Jokowi Mungkin Terjadi Meski Sulit
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komaruddin, menilai rekonsiliasi Megawati dengan Jokowi merupakan sesuatu yang sangat positif di tengah tensi panas antara kedua tokoh tersebut. Meski Ujang menyadari rekonsiliasi akan sulit terwujud dalam waktu dekat karena perbedaan politik mereka saat ini begitu tajam.
"Permusuhannya sangat kencang antara Jokowi dan Megawati, sehingga mungkin ada pihak-pihak tertentu yang ingin mendamaikannya. Ada pihak-pihak tertentu yang ingin keduanya bersatu lagi, bersama lagi dalam satu bahtera politik yang sama. Bisa jadi ada kalangan elite tertentu yang menginginkan Jokowi dan Megawati bersatu lagi untuk kepentingan itu, sehingga dimunculkan isu pertemuan tersebut," ujar Ujang kepada Liputan6.com, Senin, 22 Januari 2024.
"Namun rekonsiliasi tergantung kebesaran hati keduanya. Kalau salah satunya tidak mau, ya tidak bisa," kata Ujang.
Meski begitu, menurut Ujang, peluang Megawati membuka pintu untuk Jokowi dan keluarganya kembali ke partai, sangat kecil. Mengingat 'pengkhianatan' Jokowi dan keluarganya terhadap Megawati.
Ujang menilai Megawati merupakan politikus senior yang sangat kuat pendiriannya. Apalagi ketika sudah dikecewakan, maka akan sangat sulit menyentuh hati Megawati.
"Selama ada Megawati yang teguh pendiriannya, teguh sikapnya terkait dengan prinsip di partai, saya sih melihatnya sulit PDIP membuka untuk Jokowi dan Gibran. Saya sih melihatnya seperti itu. Karena kekecewaan Megawati sudah memucak," kata Ujang.
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyambut baik kabar pertemuan Megawati dengan Jokowi.
"Tinggal beliau berdua saja. Biasanya beliau berdua sering temu-temuan. Mungkin kalau sekarang enggak pernah bertemu justru kita bertanya, 'kok enggak pernah bertemu ya', kan begitu," ujar Ganjar Pranowo saat menghadiri hajatan rakyat di Expo GWH Kalianda, Lampung Selatan, Senin, 22 Januari 2024.
"Pasti kan di antara beliau-beliau bisa berkomunikasi, dan masing-masing pasti punya waktu sendiri, cara sendiri untuk berkomunikasi," kata Ganjar.
Advertisement
Megawati Buka Pintu untuk Pemimpin yang Pikirkan Rakyat Jauh di Atas Kepentingan Keluarga
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto buka suara soal kabar pertemuan Megawati dengan Jokowi.
"Kalau seseorang sebelumnya, kalau bertemu dengan Ibu kan selalu terbuka. Ketika untuk bertemu Ibu kemudian harus disampaikan kepada media, itu kan artinya ada sesuatu," ujar Sekjen PDIP Hasto kepada wartawan di lapangan Tegalega, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu, 21 Januari 2024.
Hasto menegaskan, Megawati tidak keberatan untuk bertemu siapa pun, termasuk dengan Jokowi. Sebab, kata Hasto, Megawati merupakan seorang pemimpin rakyat yang digerakkan oleh mata hati.
"Digerakkan oleh nilai-nilai kebenaran, Satyam Eva Jayate (kebenaran pasti menang). Maka namanya pemimpin rakyat, tidak ada persoalan untuk bertemu," kata Hasto.
Kalaupun benar Jokowi ingin bertemu Megawati, menurut Hasto, pintu rumah sang ketua umum selalu terbuka.
"Pintu Bu Mega kan selalu terbuka bagi pemimpin yang selalu memikirkan rakyat, bangsa dan negara. Jauh di atas kepentingan pribadi dan keluarga, pintu Bu Mega selalu terbuka," kata Hasto.
"Maka kalau mau bertemu biar dikawal, biar didampingi Ibu Sri Mulyani, Pak Basuki dan Pak Ahok," imbuhnya.
Sementara itu, salah satu politikus senior PDIP, Aria Bima, membantah ada pertemuan antara Ketua Umum Megawati dengan Jokowi.
"Enggak ada (pertemuan itu). Enggak ngerti info (pertemuan) itu dari mana," kata Aria Bima kepada Liputan6.com, Senin, 22 Januari 2024.
Soal apakah pintu Megawati masih terbuka untuk Jokowi, Aria Bima tidak mau mencampurinya. "Itu urusan Ibu, masa kita ikut-ikut urusan Ibu," ujar Aria Bima.
Istana Bantah Jokowi Inisiatif Minta Bertemu Megawati
Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana, secara tegas membantah kabar yang menyebut Presiden Jokowi akan menggelar pertemuan dengan Megawati Soekarnoputri. Apalagi pertemuan itu dikabarkan atas permintaan dari Jokowi dan dikaitkan dengan pemilu 2024.
"Terkait dengan narasi yang dikembangkan seolah-olah ada permintaan dari Bapak Presiden untuk bertemu (Megawati), apalagi dihubungkan dengan pemilu 2024, itu sama sekali tidak benar," ujar Ari Dwipayana di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 22 Januari 2024.
Ari menambahkan kabar itu juga sudah diklarifikasi oleh Sekjen PDIP Hasto Krsitiyanto. Sehingga kabar akan ada pertemuan Jokowi dengan Megawati terbantahkan. Ari justru mengaku aneh dengan kabar yang berkembang itu.
"Aneh juga narasi yang dikembangkan oleh sebuah media yang seolah-olah mendapatkan informasi dari internal PDI Perjuangan dan dipersepsikan sebagai sebuah fakta, tapi sesungguhnya hal itu tidak pernah terjadi, tidak ada permintaan untuk bertemu. Bahkan sudah dikonfirmasi oleh Sekjen PDI Perjuangan," tuturnya.
Menurut Ari, pertemuan antartokoh bangsa, apalagi untuk kebaikan bangsa, adalah sesuatu yang sangat baik, sehingga perlu didukung oleh siapa pun.
Selama ini, kata Ari, Presiden Jokowi sudah menjalin komunikasi dan bertemu tokoh bangsa dan ulama demi membangun negeri. Bahkan dengan para tokoh daerah, Jokowi pun rajin berkomunikasi. Utamanya dengan rakyat.
"Jadi tidak mungkin sesuatu itu dibangun oleh sendiri, tapi harus berdasarkan kolaborasi antar tokoh-tokoh bangsa yang saya kira sudah dijalankan oleh Bapak Presiden," kata Ari.
Advertisement