Sukses

BRI Grow & Green Ubah Nasib Dua Kelompok Tani di Sulawesi Selatan, Jadikan Lahan Kritis Lebih Produktif

BRI kembali mengambil inisiatif dalam melestarikan lingkungan lewat aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) BRI Peduli melalui program BRI Menanam Grow & Green yang berkolaborasi dengan Yayasan Bakau Manfaat Universal.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia saat ini masih harus dihadapkan dengan polemik lahan kritis yang cukup banyak. Hingga saat ini saja, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat ada sekitar 14 juta hektar area lahan terdegradasi di Indonesia dan kemungkinan angka tersebut akan meningkat jika dibiarkan begitu saja. 

Seturut dengan permasalahan ini, BRI kembali mengambil inisiatif dalam melestarikan lingkungan lewat aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) BRI Peduli melalui program BRI Menanam Grow & Green yang berkolaborasi dengan Yayasan Bakau Manfaat Universal dengan melakukan penanaman tanaman produktif.

Program ini melibatkan 6 (enam) Kelompok Tani (KT) dan Kelompok Tani Hutan (KTH) yaitu KTH Harapan Jaya, KTH Mappagangkae, KT Bina Lestari, KT Sarre Indah, KT Bura Soppeng, dan KT Pa'bentengan yang tersebar di Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Sebanyak 15 ribu bibit tanaman produktif disalurkan berupa tanaman durian, tanaman kopi dan tanaman pala.

Selain mampu melestarikan kembali lahan yang telah rusak dan tak terpakai, program ini juga dinilai dapat meningkatkan taraf kesejahteraan para petani, serta masyarakat di sekitarnya dengan memanfaatkan potensi yang ada. 

2 dari 3 halaman

Selamatkan Lahan Kritis dengan Tanaman yang Menghasilkan

Abdullah sebagai Ketua KTH Harapan Jaya menjelaskan, kelompok tani tersebut didirikan pada 2021 dan terletak di Desa Kaseralau, Kecamatan Batulappa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Hingga saat ini, KTH Harapan Jaya memiliki jumlah anggota sekitar 30 orang. Program BRI Menanam Green & Grow ini sangat membantu kelompoknya dalam berbagai aspek, mulai dari biaya penanaman dan pemeliharaan hingga pemberian 2.500 bibit kopi.

Sebelumnya, lahan yang dimiliki oleh kelompok tani ini dimanfaatkan untuk menanam jagung saja. Namun, mengingat potensi kerusakan yang disebabkan karena proses penanaman jagung yang rumit, akhirnya KTH Harapan Jaya memutuskan untuk melakukan sejumlah kegiatan dalam memulihkan lahan yang rusak dan beralih secara perlahan ke tanaman kopi yang lebih produktif.

“Saya bersyukur dan berterima kasih kepada pihak BRI karena telah membantu kelompok kami dalam penyediaan dana dan bantuan lainnya seperti bibit kopi. Dari awal, saya memang memiliki ketertarikan yang besar terhadap kopi, karena ragam potensi yang dimiliki. Mulai dari mengolahnya menjadi produk kopi berkualitas untuk dijual ke pasar hingga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitar desa,” tuturnya.

Kedepannya, Abdullah berharap bahwa tanaman kopi yang ditanamnya ini bisa semakin diperluas dan anggota tani serta masyarakat di sekitar bisa fokus sepenuhnya dengan pohon produktif tersebut.  

3 dari 3 halaman

Bantuan untuk Para Petani yang Kekurangan Modal

Di lain pihak, terdapat pula KTH Mappagangkae yang mendapatkan bantuan berupa bibit kopi (1.000 pcs) dan tanaman pala (1.500 pcs). Kelompok tani yang diketuai oleh Sanda ini, memiliki anggota sebanyak 36 orang.

Sanda menjelaskan bahwa sebelum digunakan, lahan seluas 5 (lima) hektar yang dimiliki oleh kelompok tani tersebut hanyalah hutan belantara yang tak terpakai dan dibiarkan begitu saja. Hingga, pada akhirnya kelompok tani Mappagangkae memutuskan untuk menanam kopi dan pala agar hasilnya nanti bisa membuat masyarakat menjadi lebih sejahtera.

“Sebelumnya, kami sangat kesulitan untuk mendapatkan bibit tanaman kopi dan pala yang berkualitas. Tapi, kami bersyukur bisa mendapatkan bantuan dari BRI. Para anggota kelompok juga menyambut bantuan tersebut dengan senang hati. Kami mendapat pembinaan eksklusif dari BRI, seperti cara menanam pohon produktif dan jenis perawatan seperti apa yang dibutuhkan,” ungkap Sanda.

Pada kesempatan berbeda, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menambahkan bahwa kegiatan penanaman pohon produktif merupakan upaya nyata BRI dalam membantu Pemerintah mengurangi dampak buruk dari lahan kritis seperti banjir, longsor, dan kekeringan, serta berkontribusi dalam pengurangan emisi dan adaptasi perubahan iklim.

“Penanaman pohon produktif juga diharapkan mampu mendorong perekonomian masyarakat. Kami juga memastikan bahwa pohon-pohon produktif yang ditanam tersebut mendapat perawatan dan pendampingan sehingga pada akhirnya bisa dipanen dan membantu perekonomian anggota kelompok” ungkap Catur.

Sebagai informasi, BRI Menanam Grow & Green yang dimulai sejak tahun 2023 telah menanam 42.800 pohon produktif dan mangrove, men-transplantasi 600 fragmen terumbu karang, memberdayakan 14 Kelompok Tani dan Nelayan atau 607 Kepala Keluarga (KK), dengan estimasi serapan karbon sebesar 9.653,51 ton CO2e/Tahun.