Sukses

Jokowi: Hampir Semua Negara Gagal Panen, Harga Beras Naik

Jokowi menjelaskan bahwa kegagalan panen tersebut diakibatkan perubahan iklim. Hal tersebut menyebabkan 22 negara menghentikan kebijakan ekspor berasnya dan lebih memprioritaskan beras untuk kebutuhan di dalam negerinya.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut bahwa di semua negara mengalami gagal panen sehingga harga beras naik. Untuk itu, iapun mengucurkan bantuan pangan kepad masyarakat.

Salah satunya dengan menyerahkan bantuan pangan cadangan beras pemerintah (CBP) di Gudang Bulog Purwomartani, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin, 29 Januari 2024.

"Kenapa bantuan beras ini kita berikan? Karena memang di seluruh dunia, di semua negara itu harga berasnya terkerek naik semuanya, naik. Karena apa? Panennya banyak yang gagal, panennya banyak yang puso," kata Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Selasa (30/1/2024).

Dia menjelaskan bahwa kegagalan panen tersebut diakibatkan perubahan iklim. Hal tersebut menyebabkan 22 negara menghentikan kebijakan ekspor berasnya dan lebih memprioritaskan beras untuk kebutuhan di dalam negerinya.

"Oleh sebab itu, kita kesulitan untuk membeli beras di negara-negara lain karena beras mereka dipakai sendiri untuk rakyatnya," ujarnya.

Untuk itu, Jokowi selalu menekankan kepada para petani agar meningkatkan produktivitas padi. Dengan demikian diharapkan suplai beras menjadi melimpah sehingga harga beras bisa ditekan lagi.

"Kalau produktivitas padi kita turun seperti tahun kemarin, harga pasti otomatis naik karena suplainya tidak cukup, otomatis harga pasti naik. Itu kejadian di semua negara," ungkap Jokowi.

Pemerintah sendiri memberikan bantuan pangan berupa beras seberat 10 kilogram per bulan kepada sekitar 22 juta penerima manfaat. Bantuan tersebut akan diterima hingga bulan Juni 2024 dan bisa diperpanjang jika anggaran negara mencukupi.

"Yang paling penting bapak ibu, Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni diberikan bantuan. Juli malah keterusan. Sementara sampai Juni. Nanti kalau APBN kita hitung-hitung cekap (cukup) bisa dilanjutkan lagi," tutur Jokowi.

 

2 dari 3 halaman

Bos Bulog Bongkar Biang Kerok Harga Beras Naik Terus

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkap penyebab harga beras mahal beberapa waktu terkahir. Memang, terlihat tren kenaikan harga beras di awal tahun ini.

Bayu mengatakan salah satu faktor harga beras naik karena produksi dalam negeri yang belum kunjung terealisasi. Sebabnya, petani lokal terlambat melakukan tanam terimbas dari badai El Nino di tahun lalu.

"Situasi memang sedang dapat tekanan dari sisi produksi, sebagian petani kita terlambat tanamnya, baru mulai Januari mereka tanam, BPS (Badan Pusat Statistik) memperkirakan Januari-Februari itu defisit produksi kita sekitar 2,7 juta. Nanti baru mulai ada panen agak besar bulan Maret," jelas Bayu ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (29/1/2024)."Jadi sekarang sedang terjadi defisit, makanya harganya naik," sambung dia.

Harga Pupuk Punya Andil

Disamping itu, Bayu melihat ada dampak rentetan dari harga pupuk. Dia mencatat harga pupuk masih mahal imbas dari memanasnya geopolitik global dan penurunan suplai dunia.

Selain itu, Bos Bulog juga menilai memanasnya wilayah Laut Merah, Yaman atas serangan kelompok Houthi turut berpengaruh terhadap harga beras. Pasalnya, kapal-kapal logistik yang biasanya memotong jarak kini harus memutar melalui jalur yang lebih panjang.

"Tadi lewat terusan Suez lebih pendek, sekarang jadi panjang. Itu mendorong waktu dan harga menjadi naik," kata dia.

 

3 dari 3 halaman

Solusi

Dia mengamini situasi global dan dalam negeri saat ini masih menjadi tantangan. Bayu berharap upaya-upaya yang dilakukan bisa menekan juga tingkat inflasi.

"Jadi memang situasi sedang tidak mudah tapi mudah-mudahan dengan koordinasi yang tsdi dilakukan, kita masih tetap bisa mengendalikan inflasi," kata Bayu.

Sebagai upaya untuk menurunkan harga, Bayu mengambil langkah melalui penyebaram bantuan pangan beras. Hal ini dibarengi dengan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau operasi pasar.

"Oleh sebab itu bantuan pangan dan SPHP-nya Bulog, ini harus terus dilaksanakan paling tidak masyarakat punya alternatif, bisa mengurangi nantinya tekanan dari kenaikan harga," ucapnya.

Andalkan Operasi Pasar

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap strategi guna menekan harga beras di pasaran. Salah satunya melalui upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau operasi pasar.

Diketahui, mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga beras premium tercatat sebesar Rp 15.280 per kilogram (kg). Sementara itu, beras medium berada di Rp 13.430 per kg. Keduanya mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir.

Menko Airlangga bilang pihaknya mengandalkan operasi pasar. Menurutnya, ada peningkatan penyaluran beras dalam operasi pasar tahun ini dari 50-80 ribu ton menjadi 100 ribu ton per bulan.

"Tentu ada program SPHP yang sekarang satu bulan 100 ribu ya. 100 ribu itu ditingkatkan dari 50 ribu sampai 80 ribu, sekarang 100 ribu," ungkap Menko Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (29/1/2024).

Tingkatkan Produksi

Disamping itu, pemerintah juga mengupayakan dengan adanya penyaluran bantuan pangan beras. Harapannya hal ini bisa menurunkan permintaan atau demand beras dari masyarakat.

"Dan memang secara internasional ada kenaikan," kata dia.

Dari sisi hulu, Menko Airlangga berharap adanya peningkatan produksi panen dalam negeri.dengan begitu, bisa lebih banyak memenuhi kebutuhan konsumsi beras dalam negeri.

"Ya, tentu kita dorong juga nanti musim tanam dan juga jumlah produksi diharapkan meningkat, kalau di bulan kemarin itu kan di Desember sekitar 1,2 juta (ton produksi) dan demand nya bisa sampai 2,5 juta," bebernya.