Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno menyatakan, perubahan iklim menjadi salah satu isu global yang membutuhkan perhatian dan tindakan segera. Pasalnya, dampaknya juga semakin terasa di Indonesia, khususnya masalah polusi di Jakarta.
Menurutnya, selama beberapa tahun terakhir Indonesia telah mengalami lonjakan suhu yang luar biasa. Sebagaimana data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Oktober 2023, Jakarta dan Semarang mencatat rekor terpanas dalam 30 tahun terakhir.
Baca Juga
"Seperti kemarin isu polusi Jakarta, kementerian terkesan tidak siap dan tidak satu suara tentang penyebabnya. Jika tidak satu suara tentang penyebabnya maka bagaimana anda mau satu suara dan sinergis untuk solusinya? Inilah yang menjadi concern kami terhadap pemerintah," ujar Eddy dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/2/2024).
Advertisement
Dengan situasi tersebut, upaya kolaboratif dari semua pihak baik pemerintah, legislatif, dan juga pelaku usaha sangat diperlukan dalam rangka melawan perubahan iklim dan melindungi lingkungan.
Eddy menegaskan, PAN telah menginisiasi gerakan Birukan Langit Indonesia, dengan tujuan membangun kesadaran menyelamatkan lingkungan.
Pihaknya pun terus berupaya membangun kesadaran dengan kampanye secara terus menerus termasuk lewat media sosial, dengan mengajak para mahasiswa untuk membangun gerakan bersama menyelamatkan lingkungan.
Tidak ketinggalan, dia terlibat merumuskan dan memperjuangkan inisiatif RUU Energi Baru dan Terbarukan, sebagai dasar hukum yang kuat untuk upaya transisi energi di Indonesia.
Â
Libatkan Sains dan Ilmu Pengetahuan
Eddy meminta Presiden Jokowi memberikan perhatian penuh pada isu perubahan iklim. Terlebih, mantan gubernur DKI Jakarta itu memiliki komitmen kuat untuk melakukan akselerasi terhadap upaya Indonesia bebas emisi karbon dan sekaligus mewujudkan energi hijau.
Pemerintah dapat mengikuti kebijakan negara lain jika itu memang bisa memberikan dampak yang bermanfaat untuk Indonesia. Seperti Cooling Singapore yang dilakukan oleh Singapura, di mana semua pihak terlibat dalam gerakan ini baik pemerintah, swasta dan bahkan universitas serta lembaga riset.
"Yang mengalami masalah perubahan iklim bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Sesuatu yang sangat bisa untuk kita tiru dan lakukan di Indonesia. Karena bagaimanapun penting untuk melibatkan sains dan ilmu pengetahuan menghadapi dampak perubahan iklim ini," jelas dia.
Hal yang perlu dibenahi menurutnya adalah sinkronisasi kebijakan antar kementerian. Transisi energi sendiri membutuhkan biaya yang sangat besar untuk investasi.
Lebih lanjut, peningkatan kesadaran juga bergantung pada kolaborasi individu yang semakin banyak dan meluas.
"Harapannya tentu semakin banyak lagi yang terlibat dalan gerakan menyelamatkan lingkungan dan menghadapi dampak perubahan iklim ini. Baik secara individu maupun kelembagaan. Kalau kesadaran dan penegakan hukum ini seiring sejalan, saya yakin kita akan mampu mencegah dampak perubahan lingkungan," Eddy menandaskan.
Â
Advertisement