Sukses

Ada Anggota KPPS Meninggal, Ketua KPU Kabupaten Tangerang Pastikan Rekrut dengan Pemeriksaan Kesehatan

Ketua KPU Kabupaten Tangerang Muhammad Umar mengaku, bila pada tahap perekrutan petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (petugas) KPPS di wilayahnya sudah dilengkapi dengan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi Pemilihan Umum atau Ketua KPU Kabupaten Tangerang Muhammad Umar mengaku, bila pada tahap perekrutan petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (petugas KPPS) di wilayahnya sudah dilengkapi dengan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu.

Selain itu, kata Umar, petugas KPPS juga sudah dilengkapi dengan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.

"Pada dasarnya, KPU dalam hal ini sudah melakukan berbagai upaya terkait petugas-petugas kita, baik di tingkatan PPK, PPS sampai KPPS. Kita juga sudah memastikan teman-teman ini semua masuk ke BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan, juga berkordinasi dengan Pemda agar menyiapkan vitamin dan lain sebagainya, artinya kembali lagi kita bicara ke takdir," ungkap Ketua KPU Kabupaten Tangerang Muhammad Umar, Kamis (15/2/2024).

Umar pun mengaku, dalam pelaksanaan rangkaian Pemilihan Umum atau Pemilu 2024, seluruh kewajiban KPU Kabupaten Tangerang sudah dilakukan sesuai aturan yang berlaku.

Termasuk, kata dia, kejadian salah satu anggota KPPS meninggal dunia di TPS 86 Sindangsari, Kecamatan Pasar Kemis pada saat penghitungan suara, dipastikan dicover segalanya.

"Namun secara kewajiban, kita sudah melakukan pendataan agar terkait dengan santunan dan sebagainya ini bisa dicover. Kita sudah mintakan data-data dari teman-teman PPK," jelas Umar.

Sementara itu, Ketua RW015, Kelurahan Sindangsari, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang Sandra Sulasman mengatakan, pihak keluarga korban menginginkan dapat perhatian dari pemerintah. Sebab, kata dia, kesehariannya, korban ini berprofesi sebagai driver online dan meninggalkan dua anak perempuan yang masih kecil.

"Iya ini tugas negara, saya berharap pihak pemerintah daerah atau pusat memberikan perhatian kepada keluarga korban yang kebetulan mempunyai anak masih kecil-kecil," tandas Sandra.

 

2 dari 4 halaman

Petugas KPPS di Koja Jakut Meninggal, Diduga Kelelahan Hitung Suara Pemilu 2024

Sebelumnya, Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) bernama Yos Rusli (52) meninggal dunia setelah diduga kelelahan saat mengikuti penghitungan suara Pemilihan Umum (Pemilu), Rabu 14 Februari 2024 kemarin.

Warga Rawabinangun VIII, Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara (Jakut) itu tercatat sebagai salah satu petugas KPPS di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 70 Kelurahan Rawa Badak Utara, Koja.

Kabar itu disampaikan Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan saat melayat ke rumah duka bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kota (Forkopimko) Jakut.

"Kami datang untuk melayat Bapak Yos Rusli (52) yang meninggal karena kelelahan semalam," kata Gidion dalam keteranganya, Kamis (15/2/2024).

Gidion bersama Dandim 0502/JU Kolonel Kav Tofan Tri Anggoro dan Asisten Pemerintahan Kota Jakarta Utara Iyan Sofian Hadi menyampaikan duka mendalam untuk keluarga almarhum yang ditinggalkan.

"Memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan," ucap Gidion.

Adapun kronologi meninggalnya Iyos Rusli, berawal saat sedang melaksanakan tugas sebagai KPPS di TPS 70 Kelurahan Rawa Badak Utara, Koja. Namun ketika sedang membacakan penghitungan surat suara, almarhum tiba-tiba merasakan tidak enak badan kemudian pamit pulang.

"Sesampai di rumahnya di atas, tidak berapa lama langsung pingsan," ucap Kapolres Jakarta Utara.

Selanjutnya, Aipda Sigit Kamseno selaku Petugas Bhabinkamtibmas Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja memanggil Dokter untuk mengecek kondisi Iyos Rusli namun tidak tertolong dan telah meninggal Dunia.

"Tidak ada tanda tanda kekerasan pada korban, dan info yang telah didapatkan bahwa korban memiliki riwayat penyakit Diabetes," jelas Gidion.

 

3 dari 4 halaman

Sempat Muntah Darah, Petugas KPPS Pemilu 2024 di Bogor Meninggal Dunia

Seorang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, meninggal dunia, Kamis (15/2/2024) pagi. Gadis bernama Shinta Maharani (19) mengembuskan napas terakhirnya saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Korban meninggal dunia sekitar pukul 06.00 WIB pagi tadi, setelah mengikuti melaksanakan penghitungan suara," kata Ketua KPU Kabupaten Bogor Muhammad Adi Kurnia.

Adi menjelaskan mulanya angota KPPS Shinta pulang ke rumah usai melakukan penghitungan surat suara Pemilu 2024 pada Kamis (15/2/2024) dini hari.

Shinta sempat mengeluhkan sakit di lambung. Tak lama kemudian dia mengalami muntah darah hingga terjatuh karena lemas. Selanjutnya korban dilarikan ke rumah sakit oleh keluarganya. Setiba di rumah sakit, Shinta dinyatakan sudah meninggal dunia.

Adi belum bisa memastikan penyebab korban meninggal. Menurut keterangan dari pihak keluarga bahwa Shinta memiliki riwayat asam lambung kronis. Selain itu, karena diduga faktor kelelahan.

"Karena diduga kelelahan, asam lambungnya kambuh. Karena yang bersangkutan punya riwayat lambung kronis sejak lama," ujarnya.

Kamis pagi, jenazah almarhumah Shinta sudah dimakamkan di tempat pemakaman umum tak jauh dari rumahnya.

 

4 dari 4 halaman

Anggota KPPS di Makassar Pingsan dan Kejang-kejang Saat Perhitungan Suara

Seorang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 046, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tiba-tiba pingsan dan kejang-kejang saat proses perhitungan suara masih berlangsung. Kejadian itu pun membuat masyarakat sekitar menjadi heboh.

Ketua KPPS TPS 046, Nojeng Daeng Tuppu menyebutkan anggota KPPS yang kejang-kejang tersebut bernama Annisa (18). Dia menjelaskan bahwa Annisa tiba-tiba tak sadarkan diri sekitar pukul 19.30 Wita.

"Kita semua kaget, Tiba-tiba anggota saya yang bertugas di bagian tinta itu, terjatuh lalu kejang-kejang dan tidak sadarkan diri saat penghitungan surat suara masih berlansung," kata Nojeng, Kamis (15/2/24).

Nojeng menduga Annisa mengalami kelelahan lantaran proses perhitungan suara yang cukup panjang. Saat itu, Annisa sempat berusaha ditolong oleh anggota KPPS lain, namun Annisa tak kunjung sadarkan diri.

"Sempat anggota KPPS lainnya mencoba memberikan pertolongan, namun tidak ada respon. Jadi kami panggil orang tuanya," ucap Nojeng.

Setalah orang tua Annisa datang, anggota KPPS itu kemudian dibawa menggunakan mobil. Nojeng mengaku tak tahu kemana Annisa dibawa.

"Diambil sama orang tuanya menggunakan mobil, tidak tau mau dibawa kemana, tapi sepertinya kerumah sakit," jelas dia.