Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada hari ini, Jumat (22/2/2024) keseluruhannya diprakirakan cerah berawan. Demikian prediksi cuaca hari ini.
Pada siang hari nanti, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, seluruh wilayah Jabodetabek juga diprediksi bakal cerah berawan. Kecuali Tangerang yang diprakirakan akan berawan.
Baca Juga
Sementara untuk malam hari, dua wilayah Jakarta diprediksi bakal turun hujan, di antaranya Jakarta Selatan dan Jakarta Utara. Sedangkan yang lainnya termasuk Bekasi, Depok dan Bogor dan masih tetap cerah berawan. Kemudian di Tangerang, Banten diprakirakan juga masih berawan.
Advertisement
"Waspada potensi hujan sedang hingga lebat/sangat lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang (dapat terjadi pada skala lokal dan durasi singkat) pada rentang waktu antara siang hingga malam hari di sebagian wilayah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten dan Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kota Banjar, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta," terang BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:Â
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Jakarta Barat |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Jakarta Pusat |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Jakarta Selatan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Jakarta Timur |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Jakarta Utara |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Kepulauan Seribu |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Bekasi |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Depok |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Kota Bogor |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Tangerang |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
Hasil Kajian Iklim BRIN Periode 2021-2050, Cuaca Ekstrem Alami Peningkatan Signifikan
Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan perubahan iklim menunjukkan cuaca ekstrem mengalami peningkatan signifikan khusus wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI).
Pernyataan BRIN itu mengacu kepada hasil kajian perubahan iklim periode 2021-2050 dengan teknik dynamic downscaling resolusi tinggi dari tim periset, menunjukkan kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan.
Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, menjelaskan bahwa kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan, berdampak pada wilayah Sumatra bagian tengah dan selatan.
"Untuk Pulau Jawa, sebagian besar wilayah terancam mengalami suhu maksimum yang lebih tinggi dan suhu minimum yang lebih rendah khususnya untuk pantura Jawa Timur," ujar Erma dalam keterangan tertulisnya, Bandung, 1 Februari 2024.
Erma mengatakan kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan (termasuk IKN). Sedangkan Kalimantan bagian barat diproyeksikan mengalami hari-hari yang lebih basah.
Advertisement
Ada Variasi Fase Hujan
Selain kajian proyeksi perubahan iklim tersebut, Erma menjelaskan kajian klimatologis terkini mengenai karakteristik hujan tahunan dan musiman di Indonesia juga diperlukan.
Hal ini sebagai bentuk validasi agar indikasi perubahan iklim yang terjadi secara aktual saat ini di Indonesia dapat dipetakan dengan lebih baik, khususnya dalam hal perubahan pada pola musim dan cuaca ekstrem.
"Kajian mengenai indikasi perubahan hujan diurnal menjadi kunci penting untuk memahami pola cuaca ekstrem yang terjadi di BMI selama dekade terkini sebagai dampak dari pemanasan global," kata Erma.
Pada dasarnya terang Erma, pola hujan diurnal di BMI mengikuti pola umum hujan di darat yang dipengaruhi oleh angin darat-laut dan gelombang gravitasi sehingga fase kejadian hujan adalah sore hari di atas darat dan pagi hari di atas laut.
Namun demikian, lanjut Erma, terdapat variasi fase hujan diurnal sehingga hujan maksimum di darat terjadi pada dini hari dengan frekuensi yang signifikan setara dengan 20 persen untuk wilayah di utara Jawa bagian barat termasuk DKI Jakarta.
Hujan dini hari yang turun dengan intensitas tinggi atau ekstrem (P99th) tersebut bahkan telah dibuktikan merupakan penyebab banjir besar di Jakarta pada 2007, 2013, 2014, 2020.
"Hasil kajian kami menunjukkan karakteristik utama hujan dini hari yang terjadi di utara Jawa bagian barat, yaitu pertama, hujan mengalami propagasi yang kuat dari laut menuju darat maupun sebaliknya. Kedua, keacakan dalam hal fase terjadinya hujan pada rentang waktu dini hari antara 01.00–04.00 WIB. Ketiga, hujan dini hari memiliki keterkaitan yang kuat dengan hujan ekstrem yang memicu banjir besar di DKI Jakarta," ucap Erma.
Dengan adanya kajian ini, Erma Yulihastin mengusulkan agar Indonesia membentuk Komite Cuaca Ekstrem.