Sukses

5 Penjelasan Badan Geologi Kementerian ESDM soal Gempa Magnitudo 5,7 di Bayah Banten

Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) turut angkat bicara usai terjadinya gempa bumi yang mengguncang wilayah Bayah Banten.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) turut angkat bicara usai terjadinya gempa bumi yang mengguncang wilayah Bayah Banten.

Gempa tersebut menggetarkan sekitar pukul 20:07:03 WIB pada Minggu malam 25 Februari 2024 dengan kekuatan magnitudo 5,7.

Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid menjelaskan, endapan kuarter dan batuan tersier yang mengalami pelapukan memperkuat efek guncangan gempa di perairan selatan Banten.

"Wilayah bagian selatan Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Sukabumi tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus lebih ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non-struktural," kata Wafid dalam keterangannya, Senin 26 Februari 2024.

Menurut Wafid, berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman dengan mekanisme sesar naik berarah relatif barat laut–tenggara.

"Lokasi terdekat dengan pusat gempa bumi adalah daerah selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Provinsi Banten serta Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat," ucap dia.

Wafid menerangkan kondisi (morfologi) daerah yang dilanda gempa bumi tersebut pada umumnya merupakan dataran, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal. Wilayah pantai daerah tersebut secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah lunak (kelas E).

"Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen (batupasir, batulempung, batulanau, batugamping) dan batuan rombakan gunungapi, serta endapan Kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunungapi muda dan setempat aluvial rawa," kata Wafid.

Berikut sederet penjelasan dari Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) usai terjadinya gempa bumi yang mengguncang wilayah Bayah Banten dihimpun Liputan6.com:

 

2 dari 6 halaman

1. Sebut Endapan Kuarter dan Batuan Tersier Perkuat Guncangan Gempa Banten

Endapan kuarter dan batuan tersier yang mengalami pelapukan memperkuat efek guncangan gempa di perairan selatan Banten.

Hal itu diungkapkan Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) usai terjadi rentetan gempa di Banten, Minggu malam 25 Februari 2024.

"Wilayah bagian selatan Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Sukabumi tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus lebih ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non-struktural," kata Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid dalam keterangannya, Senin 26 Februari 2024.

Sebelumnya, pada 25 Februari 2024, dua gempa bumi cukup kuat mengguncang pesisir selatan Provinsi Banten. Gempa pertama terjadi pukul 20.07 WIB dengan kekuatan 5,6 magnitudo pada kedalaman 23 kilometer. Kemudian, gempa kedua mengguncang dengan kekuatan 5,1 magnitudo pada pukul 22.04 WIB.

 

3 dari 6 halaman

2. Lokasi Terdekat Gempa

Lokasi terdekat dengan pusat gempa bumi adalah daerah selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Provinsi Banten, serta Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

Morfologi daerah tersebut pada umumnya merupakan dataran, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal. Wilayah pantai secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah lunak (kelas E).

Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh batuan berumur tersier berupa batuan sedimen (batu pasir, batu lempung, batu lanau, batu gamping) dan batuan rombakan gunung api, serta endapan kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda dan setempat aluvial rawa.

Sebagian batuan berumur tersier dan batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan.

Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman dengan mekanisme sesar naik berarah relatif barat laut hingga tenggara.

 

4 dari 6 halaman

3. Daerah Rawan Tsunami

Badan Geologi mengungkapkan sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi.

Kejadian gempa bumi itu tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, dan diperkirakan tidak mengakibatkan terjadinya deformasi bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.

Menurut data Badan Geologi, wilayah pantai selatan Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Sukabumi tergolong rawan tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari tiga meter.

Badan Geologi menyebutkan bangunan di tiga daerah itu harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari risiko kerusakan. Bangunan juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.

 

5 dari 6 halaman

4. Kondisi Daerah Gempa

Menurut Wafid, berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman dengan mekanisme sesar naik berarah relatif barat laut–tenggara.

"Lokasi terdekat dengan pusat gempa bumi adalah daerah selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Provinsi Banten serta Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat," ujar Wafid.

Wafid menerangkan kondisi (morfologi) daerah yang dilanda gempa bumi tersebut pada umumnya merupakan dataran, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal. Wilayah pantai daerah tersebut secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah lunak (kelas E).

"Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen (batupasir, batulempung, batulanau, batugamping) dan batuan rombakan gunungapi, serta endapan Kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunungapi muda dan setempat aluvial rawa," kata Wafid.

Sebagian batuan berumur tersier dan batuan rombakan gunungapi muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan berumur tersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

"Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di Samudera Hindia pada koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dengan magnitudo (M5,7) pada kedalaman 10 km," ungkap Wafid.

 

6 dari 6 halaman

5. Minta Masyarakat Tetap Tenang

Wafid meminta agar masyarakat tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Serta, tetap mewaspadai kejadian gempa bumi susulan, dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

"Bangunan di Kabupaten Pandeglang, Lebak dan Sukabumi harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," tukas Wafid.

Wafid mengingatkan wilayah bagian selatan Kabupaten Pandeglang, Lebak dan Sukabumi tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus lebih ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural.

Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) yaitu retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.

"Hingga laporan ini dibuat, belum ada informasi korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat kejadian gempa bumi ini," ungkap Wafid.

Guncangan gempa bumi dirasakan di bagian selatan Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Palabuhanratu pada skala intensitas III-IV MMI (Modified Mercally Intensity).

Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi.

"Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, namun diperkirakan tidak mengakibatkan terjadinya deformasi bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami," terang Wafid.

Menurut data Badan Geologi wilayah pantai selatan Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Sukabumi tergolong rawan tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 3 meter.