Liputan6.com, Jakarta - Melonjaknya harga beras jadi sorotan. Apalagi, Bulan Ramadan kian dekat. Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan pemerintah sudah menyiapkan impor beras untuk memastikan stok aman jelang bulan suci umat islam.
“Kalau beras itu kan, memang ada defisit kita karena itu pemerintah mengimpor beras, panen terlambat, jadi ada defisit, panen terlambat kemudian mengimpor,” kata Ma’ruf di Selandia Baru, dikutip dari Youtube Setwapres, Jumat (1/3/2024).
Baca Juga
Menurut Ma’ruf, memastikan impor beras juga tidak mudah dan bukan hanya Indonesia yang mencari cadangan impor beras.
Advertisement
“Beberapa pertemuan yang dulu bahwa diperkirakan cadangan beras cukup. Jadi penyediaan, ketersediaan beras cukup melalui (impor) ini. Memang impor ini karena impor juga tidak mudah kan, negara-negara lain juga mengalami hal yang sama,” kata dia.
Apalagi, lanjut Ma’ruf, kenaikan harga beras ini disebabkan fenomena seluruh dunia yakni El Nino.
“Nah kalau harga beras naik itu memang itu gejala kenaikan harga pangan di seluruh dunia yaitu apa gejala Global akibat El Nino,” ujarnya.
Selain impor, Ma’ruf juga memastikan pemerintah mengambil langkah lain yakni mengendalikan harga beras di tanah air.
“Oleh karena itu pemerintah kita melakukan langkah dua hal, pertama ketersediaan barangnya ada dan kedua pengendalian harga. Jadi pengendalian harga ini ternyata tidak mudah ya tapi kita harapkan seperti dikatakan oleh Presiden sebentar lagi karena diharapkan ada panen bisa turun, mudah-mudahan kita ikuti saja,” pungkasnya.
Kemandirian
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya kemandirian pupuk dalam menghadapi situasi krisis pangan saat ini. Lantaran, banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya, semisal beras.
"Dunia sekarang ini sedang mengalami krisis pangan, semua negara sangat berhati-hati terhadap pangan. Dulu kalau kita impor yang namanya beras, gandum, itu begitu sangat mudah kita cari," ujar Jokowi dalam acara peresmian pabrik amonium nitrat di Kawasan Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (29/2/2024).
"Sekarang semua negara, 22 negara yang gampang dibeli berasnya ngerem semuanya. Bahkan ada yang setop bisa dibeli berasnya," tegas Jokowi.
RI 1 lantas mendorong Indonesia bisa mandiri secara pupuk. Sehingga tingkat produksi beras dan pangan nabati lainnya bisa naik dan tidak lagi mengandalkan impor.
"Artinya pangan ke depan sangat penting sekali bagi semua negara. Dan, produktivitas pangan kita perlukan yang namanya pupuk," seru Jokowi.
Advertisement
Masih Impor
Secara hitung-hitungan, ia buka-bukaan, beberapa komponen dan bahan baku pupuk Indonesia masih impor 21 persen. Sehingga, Indonesia dinilainya belum bisa memiliki kemandirian terkait itu.
"Oleh sebab itu, saya apresiasi dan hargai upaya keras pembangunan industri amonium nitrat ini. Ini penting karena 21 persen amonium nitrat kita masih impor. Dengan dibangunnya pabrik amonium nitrat ini akan kurangi 21 persen impor kita, dikurangi 8 persen. Artinya masih 13 persen kita impor," terangnya.
Jokowi lantas meminta ekspansi ini diteruskan, sehingga substitusi barang impor bisa dilakukan. Ia pun meminta bantuan kepada Kementerian BUMN, khususnya dalam melanjutkan peluasan untuk produksi barang-barang lainnya.
"Bukan hanya urusan amonium nitrat, namun produk lainnya yang impor. Harus semuanya diproduksi dalam negeri karena kita memiliki kekuatan untuk itu," pinta Jokowi.