Liputan6.com, Jakarta - Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini, menyayangkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang menyoal kembali Surat Edaran (SE) Menteri Agama yang terbit 18 Februari 2022 soal aturan pengeras suara (toa) dalam menyambut ramadhan tahun ini.
Menurutnya, Menag sehatusnya memotivasi umat Islam untuk meningkatkatkan kualitas ibadah di bulan suci, bukannya malah fokus kepada SE tersebut.
Baca Juga
"Menag gagal fokus. Menjelang ramadhan, mestinya Menag memotivasi dan membesarkan hati umat Islam agar menyemarakkan ramadhan sehingga kualitas iman dan amal semakin meningkat. Mengapa justru fokus pada pengeras suara?" kata Juwaini dalam keterangannya, Sabtu (9/3/2024).
Advertisement
Menurut Juwaini, selama ini penggunaan toa salah satu bentuk toleransi umat Islam dan umat-umat lain dalam menjalankan ibadah yang sudah baik sejak dulu dan tidak ada masalah.
“Jadi, Menag jangan salah paham tentang toleransi bangsa ini. Semarak ramadhan dengan aktivitas tarawih, tadarus al-Qur'an, pengajian, itu semua bagian dari semangat beribadah dan syiar komitmen beragama yang baik untuk pembangunan bangsa. Dan itu sudah berlangsung lama, bukan hanya saat Yaqut jadi Menteri Agama, dan selama ini tidak ada masalah," katanya.
Bukan Masalah Toleransi
Sehingga, lanjut Jazuli, semarak syiar melalui pengeras suara di bulan suci ini bukan masalah toleransi. Waktunya pun bukan waktu orang istirahat. Takmir masjid dan umat Islam juga pasti punya kontrol sosial yang baik agar syiar itu diterima dengan baik dan tidak mengganggu orang.
Ia meminta Menag tidak salah paham hakikat toleransi. Jazuli Juwaini mengibaratkan tradisi di negara Barat, lonceng berbunyi keras tiap jam, selama tidak mengganggu ketertiban umum dan membuat kerusuhan.
Advertisement
Sejalan dengan Sila Pertama Pancasila
"Sementara syiar beragama itu justru bagus dan sejalan dengan sila pertama Pancasila. Karena Indonesia bukan negara demokrasi liberal, tetapi negara demokrasi yang ber-Tuhan sesuai pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa," pungkasnya.