Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Jakarta jelang akhir pekan hari ini, Jumat (15/3/2024), diprakirakan keseluruhannya berawan, kecuali Jakarta Selatan dan Jakarta Timur cerah berawan. Begitulah prediksi cuaca hari ini.
Untuk siang nanti, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, cuaca hujan ringan diprakirakan guyur Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara, sisanya berawan serta berawan tebal.
Baca Juga
Cuaca Jakarta diprediksi seluruhnya malam hari nanti diprediksi kembali berawan, tanpa ada hujan sama sekali.
Advertisement
Wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Jawa Barat langit pagi diprakirakan cerah berawan dan siang hingga malam nanti hujan berintensitas ringan. Sedikit berbeda di Depok dan Kota Bogor, Jawa Barat sepanjang hari ini diprediksi turun hujan dengan intensitas ringan.
"Waspada potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat/petir dan peningkatan kecepatan angin kencang yang dapat terjadi di sebagian wilayah Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Karawang," kata BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id.
Jauh berbeda di Kota Tangerang, Banten diprakirakan BMKG pada sepanjang harinya bakal berawan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Jakarta Barat |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Pusat |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Selatan |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Jakarta Timur |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Jakarta Utara |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Kepulauan Seribu |  Berawan |  Berawan Tebal |  Berawan |
 Bekasi |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |
 Depok |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |
 Kota Bogor |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |
 Tangerang |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
BRIN Ungkap Penyebab Hujan Awet di Wilayah Indonesia
Sebelumnya, hujan awet yang mengguyur sebagian wilayah Indonesia dipicu vorteks (091S) yang berubah jadi bibit siklon 18S cenderung bergerak lambat, karena tekanan rendah di timur yang kini telah menjadi dua vorteks.
Hal itu diungkapkan Periset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin.
"Inilah yang telah memicu propagasi hujan yang kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari, bahkan intensitas hujan bisa ekstrem yang disertai angin kencang," ujar Erma.
Erma mengungkapkan efek pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jawa Timur) menyebabkan hujan deras persisten di Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang. Hujan yang persisten dipicu oleh squall line efek dari vorteks.
Dia mengingatkan agar wilayah Semarang dan Kupang waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut.
Kemunculan bibit siklon 91S yang berada di Samudra Hindia bagian tenggara, tepatnya sebelah barat daya Banten telah menimbulkan hujan di Banten dan Jabodetabek.
Advertisement
Ada 3 Bibit Siklon Tropis
Menurut Erma, bibit siklon 91S yang kian mendekat ke Jabodetabek merupakan momen langka.
Fenomena itu mengulang penyebab banjir besar Jakarta 2002, karena vorteks telah menyebabkan hujan dini hari yang persisten selama berhari-hari alias hujan awet di Jakarta.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan ada tiga bibit siklon tropis di wilayah Indonesia.
"Bibit siklon tropis 91S yang berada di sebelah tenggara Samudera Hindia memiliki kecepatan angin maksimum 25-35 knots dan tekanan udara minimum 997 hPa bergerak ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia," ucap Erma.
Kemudian, bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor bagian selatan, tenggara Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1.000 hPa bergerak ke arah timur.
Ada pun bibit Siklon Tropis 93P masih terpantau di Teluk Carpentaria, bagian timur laut Australia, Tenggara Papua dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1004 hPa bergerak ke arah timur hingga tenggara.
Kemunculan tiga bibit siklon tropis sekaligus itulah yang menyebabkan cuaca basah masih menyelimuti Indonesia.
Potensi Cuaca Jabodetabek
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan, secara umum wilayah Jabodetabek akan didominasi kondisi cuaca hujan ringan hingga sedang.
Potensi hujan dengan intensitas hingga sedang dapat terjadi terutama di wilayah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang, dan Kab. Tangerang.
"Penurunan potensi intensitas hujan di Jabodetabek akan terjadi mulai tanggal 17 Maret 2024," ujar dia.
Peningkatan curah hujan hingga kategori lebat pada wilayah tersebut memicu potensi dampak bencana hidrometeorologi untuk tanggal 14 - 16 Maret 2024 dengan Kategori siaga di wilayah Banten, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur.
"Kategori waspada Bengkulu- Lampung - Jawa Barat- Jawa Tengah- DI Yogyakarta- Jawa Timur- Bali- Nusa Tenggara Barat- Kalimantan Tengah- Sulawesi Selatan - Maluku- Papua," kata dia.
Potensi Gelombang Tinggi dan Banjir Pesisir Bibit Siklon Tropis 91S di selatan Jawa dan Bibit Siklon Tropis 94S di Laut Timor - tenggara NTT memberikan dampak signifikan berupa peningkatan kecepatan angin hingga mencapai 35 knot.
"Kondisi itu mempengaruhi peningkatan tinggi gelombang di beberapa wilayah perairan Indonesia. Kemudian fenomena Super New Moon atau fase Bulan Baru yang bersamaan dengan Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) memberikan dampak pada peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum, sehingga berpotensi mengakibatkan terjadinya banjir pesisir (rob) di beberapa wilayah pesisir Indonesia," terang Guswanto.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak panik terkait dengan informasi Bibit Siklon Tropis 91S 94S, dan 93P namun tetap waspada akan kemungkinan potensi cuaca ekstrem yang ditimbulkannya.
"BMKG terus melakukan pemantauan berkelanjutan secara 24/7 untuk perkembangan kondisi cuaca serta potensi pembentukan bibit siklon tropis di dekat/sekitar wilayah Indonesia. Masyarakat juga diimbau terus melakukan monitoring perkembangan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG," tandas Guswanto.
Advertisement