Liputan6.com, Jakarta - Polisi menemukan riwayat pekerjaan dari satu keluarga yang bunuh diri di apartemen daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka diketahui sempat memiliki usaha bisnis kapal ikan.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Siagian mengatakan bisnis tersebut bangkrut ketika pandemi Covid-19 lalu. Kondisi itu diduga yang membuat ekonomi keluarga tersebut menurun.
Baca Juga
"Dulu yang bersangkutan ini punya kapal ikan. Saya kurang paham pemilik atau apanya. Tapi pas covid usahanya ini bangkrut. Di situlah mulai yang bersangkutan ekonominya mulai kacau. Usaha menangkap ikan," tutur Hady dikutip, Selasa (19/3/2024).
Advertisement
Meski begitu, kata Hady, pihaknya masih mendalami aksi bunuh diri ini dipicu motif ekonomi atau bukan. Termasuk, dugaan keluarga itu terjerat utang pinjaman online (pinjol) yang masih didalami oleh penyidik.
"Itu belum bisa saya jawab. Pinjolnya pinjol apa. Handphonenya saja nggak bisa dibuka," sebutnya.
Sampai saat ini polisi masih berupaya menyelidiki dugaan motif kematian dari satu keluarga yang terdiri dari empat orang diduga tewas bunuh diri di Apartemen Teluk Intan Tower Topaz, Penjaringan, Jakut pada Sabtu 9 Maret 2024.
Keempatnya adalah pria berinisial EA (50), perempuan AIL, laki-laki JWA (13), dan perempuan JL (16). Salah satunya dengan menunggu hasil DNA dari satu keluarga tersebut.
Karena dengan DNA yang diperiksa pada tali yang dipakai mengikat tangan satu keluarga sebelum melompat. Diharapkan penyidik mengetahui, apakah ada orang lain di lokasi sebelum mereka ditemukan tewas.
"DNA yang ada di tali ya, yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara). Satu melekat pada korban dan satu masih satunya terlepas dari korban. Itu yang kami lakukan pemeriksa intinya itu," ucap Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, Senin 18 Maret 2024.
Polisi Sebut 4 Orang Bunuh Diri di Apartemen Jakut Sudah 2 Tahun Tak Komunikasi dengan Keluarga
Kepolisian masih terus mengusut kasus dugaan bunuh diri satu keluarga di sebuah apartemen kawasan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut). Penyelidikan dilakukan dengan menelusuri latar belakang mereka.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengungkapkan, sebanyak 12 orang saksi telah dimintai keterangan terkait kasus dugaan bunuh diri ini. Para saksi berasal dari lingkaran keluarga besar korban, termasuk warga yang berada di kawasan apartemen saat kejadian.
Dari hasil pemeriksaan, terungkap fakta bahwa satu keluarga tersebut mempunyai kepribadian tertutup terhadap lingkungan sekitar, termasuk dengan keluarga besarnya.
"Kita sudah melakukan pemeriksaan terhadap kurang lebih 12 orang ya, 12 orang memang ada ketertutupan atau bisa dikatakan introvert ya antara keluarga yang empat ini dengan keluarga besarnya," kata dia kepada wartawan, Senin (18/3/2024).
Menurut informasi saksi dari keluarga dekat, diketahui bahwa korban juga sudah lama tidak menjalin komunikasi dengan mereka.
"Itu sudah enggak komunikasi ya, enggak komunikasi lama, sudah ada 2 tahun enggak komunikasi dengan keluarganya," ujar Kapolres.
Dia menambahkan, si anak korban dugaan bunuh diri juga sudah lama tidak bersekolah. Namun, Gidion belum mengetahui informasi secara detail mengenai hal ini. "Tidak terdaftar di sekolah dan juga sudah tidak melanjutkan. Dua-duanya sudah satu tahun nggak sekolah. (Alasan) belum kita temukan," ujar dia.
Advertisement
Mencari Aktor Intelektual Kasus Satu Keluarga Bunuh Diri di Apartemen Jakut
Polisi masih menyelidiki penyebab tewasnya satu keluarga di Apartemen kawasan Pejagalan, Penjaringan Jakarta Utara. Korban diduga meninggal akibat bunuh diri. Namun, hingga kini belum diketahui penyebab mereka nekat melakukan aksi bunuh diri secara bersamaan.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan beralasan, penyidik masih menunggu proses pengumpulan data yang dilakukan oleh sejumlah ahli, dalam hal ini ahli forensik, ahli psikologi forensik dan ahli kinetis. Karena, penyidik akan menggunakan metode scientific investigation dalam pengungkapan kasus dugaan bunuh diri ini
"Ada sebuah peristiwa apakah bunuh diri ataukah ada pihak lain. Nah itu yang kemudian nanti harus kita jawab menggunakan scientific investigation menunggu hasil pemeriksaan dari labfor tentang DNA," kata Gidion kepada wartawan, Senin (18/3/2024).
Gidion mengatakan, tim dari forensik sedang menganalisis barang bukti yang ditemukan di lokasi. Salah satu barang bukti itu adalah tali. Nanti, tim forensik akan mencocokan tiap DNA yang menempel di tali tersebut.
"DNA yang di mana? DNA yang ada di tali ya yang ditemukan di TKP satu melekat pada korban dan satu masih satunya terlepas dari korban. Itu yang kita lakukan pemeriksa intinya itu," ucap dia.
Gidion mengatakan, pencocokan DNA untuk membuktikan adakah jenis DNA lain yang ada di tali itu. Karena Gidion meyakini, ada seseorang yang menjadi aktor intelektual untuk merencanakan aksi bunuh diri ini.
"Nah di mereka ini ada tali, siapa sih yang menentukan si Ibu berpasangan dengan anak laki-laki kemudian si bapak berpasangan dengan anak perempuan. Pasti kan ada aktor iya kan, tapi apakah aktor ini ada orang lain atau dari empat itu orang yang mengalami yang kemudian meninggal itu ya kan," ujar dia.
Gidion mengatakan, kecil kemungkinan inisiator bunuh diri merupakan inisiator yang merencanakan aksi bunuh diri. Dia sepakat dengan keterangan ahli yang menyatakan anak-anak sebagai korban.
Kontak Bantuan
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.icreativelabs.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka.com
Advertisement