Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara (Jubir) Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla, Hussein Abdullah mengklarifikasi video @KBNNusantara yang menyebut Jusuf Kalla adalah buyut dari Kahar Muzakkar Pemimpin DI/TII Sulawesi Selatan.
"Perlu meluruskan video @KBNNusantara ini mengarah pada fitnah serta pembunuhan karakter terhadap bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden RI ke 10 dan 12," ucapnya dalam keterangan yang diterima, Rabu (20/3/2024).
Baca Juga
Pria yang akrab disapa Uceng ini menyebut, akun @KBNNusantara telah menyampaikan informasi bohong. Ia juga menegaskan bahwa keduanya tidak memiliki hubungan keluarga.
Advertisement
"Perlu kami jelaskan bahwa tidak ada kaitan apalagi hubungan keluarga antara M. Jusuf Kalla dengan Kahar Muzakkar," kata dia.
Keduanya, kata Uceng, berasal dari dua daerah yang berbeda, Jusuf Kalla berasal dari Bone sedangkan Kahar Muzakkar berasal dari Luwu Sulawesi Selatan.
"Secara logika pun tidak masuk akal Jusuf Kalla sebagai dianggap buyut Kahar Muzakkar, karena usia keduanya hanya terpaut 21 tahun untuk menjadi buyut jarak usia seharusnya terpaut 50 atau 60 tahun," ujarnya.
"Oleh karena itu informasi yang digunakan akun @KBN Nusantara, adalah sumbernya BOHONG dan tidak dapat dipartenggungjawabkan. Tanggapan ini semata untuk menghentikan kebohongan berantai tersebut," sambungnya
Profil Jusuf Kalla
Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla atau sering ditulis Jusuf Kalla saja atau JK (lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 adalah Wakil Presiden Indonesia yang menjabat sejak 20 Oktober 2014. JK pernah menjabat sebagai Wakil Presiden pada periode 2004–2009 dan Ketua Umum Partai Golongan Karya pada periode yang sama. JK menjadi capres bersama Wiranto dalam Pilpres 2009 yang diusung Golkar dan Hanura.
Pada 19 Mei 2014, JK secara resmi dicalonkan sebagai cawapres mendampingi Joko Widodo dalam deklarasi pasangan capres-cawapres Jokowi-JK, di Gedung Joang '45, Jakarta Pusat. Pasangan ini diusung oleh lima partai yaitu PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, dan PKPI.
Masa Kecil
Menghabiskan masa kecil, kehidupan Jusuf Kalla tak jauh beda dengan kehidupan anak-anak kecil lain yang seumuran dengannya. Belajar di sekolah dasar, bermain, dan belajar mengaji dari sang ibu. Sesekali laki-laki kelahiran 15 Mei 1942 di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan itu membantu ayahnya berdagang di sebuah kios di Pasar Bajoe.
Secara keseluruhan kehidupan anak sulung dari pasangan H Kalla dan Athirah ini terbilang tak banyak mengalami kesulitan. Ayahnya seorang pedagang sukses dan terkenal. Pada 1952, Jusuf Kalla yang karib disapa JK dan keluarganya pindah ke Kota Makassar dan mendirikan perusahaan dagang bernama NV Hadji Kalla Trading Company.
Kehidupan yang serba ada tak lantas membuat JK hidup santai dan bermewah-mewahan. Sejak duduk di bangku SMA, dia sudah aktif berorganisasi. Aktivitas organisasi ini terus dilakukan selama kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar pada 1960-1967.
Advertisement
Pimpin Sejumlah Organisasi
Ia memimpin Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Dewan Mahasiswa.
Kendati menjadi aktivis, JK juga sempat menjadi asisten dosen dan menjadi juru tulis kuliah mantan Wakil Presiden Muhammad Hatta atau Bung Hatta di kampusnya, Universitas Hasanuddin Makassar. JK juga sibuk berbisnis.
Lulus kuliah, JK fokus berbisnis menjadi CEO NV Hadji Kalla. Dari bisnis bengkel sederhana, ia berani mengambil keputusan untuk mengimpor mobil Toyota pertama Indonesia, yang dipeloporinya dari Makassar.
Di bawah kepemimpinan JK, perusahaan berkembang kian pesat hingga meluas ke bidang perhotelan, konstruksi, penjualan, kendaraan, kelapa sawit, perkapalan, real estate, transportasi, dan banyak sektor lainnya.
Pada 1977, JK melanjutkan kuliah di the European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis.
Aktif di Dunia Politik
Suami Mufidah ini mulai memasuki dunia politik dengan menjadi kader Partai Golkar. Di sini karir politiknya moncer. Menjadi orang penting di Golkar, mengantarkan JK mendapat sejumlah posisi penting di pemerintahan. Pada 1988, JK menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI).
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, 1999-2001, JK pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan merangkap Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog).
Lalu, pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, 2001-2004, JK menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat atau Menko Kesra. JK kemudian mengundurkan diri untuk mengikuti Pemilihan Presiden 2004. Pada tahun ini juga JK diangkat sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, pada Oktober 2004, JK memenangi Pilpres 2004 sehingga mengantarkan SBY sebagai Presiden ke-6 RI dan JK sebagai Wakil Presiden ke-10 RI. SBY-JK merupakan pasangan presiden dan wakil presiden yang pertama dipilih langsung oleh rakyat.
Advertisement