Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra sekaligus Presiden terpilih Republik Indonesia periode 2024-2029 Prabowo Subianto telah bertemu Ketum Partai Nasdem Surya Paloh di Tower NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat 22 Maret 2024 lalu.
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin, mengatakan hal tersebut sebagai upaya Prabowo untuk merangkul lawan politik dengan harapan mau bergabung menjadi koalisi di pemerintahan. Sebab, Ujang mengungkapkan Prabowo menyadari posisi partai politik di Koalisi Indonesia Maju (KIM) tak cukup kuat di parlemen.
Baca Juga
"Kenapa senang merangkul lawan politik? Karena untuk memperkuat kekuatan di parlemen. Kalau Pak Prabowo bersandar pada Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu nggak cukup kuat," kata Ujang kepada Liputan6.com, dikutip Minggu (24/3/2024).
Advertisement
"Kalau dikonversi nanti itu hasilnya kelihatannya tidak akan lebih dari 50 persen jumlah kursi kekuatan Koalisi Indonesia Maju di parlemen itu," sambung Ujang.
Oleh sebab itu, mau tidak mau Prabowo harus merangkul rival politiknya agar mau bergabung sebagai koalisi di pemerintahan. Tidak hanya Nasdem, Ujang menyebut Prabowo juga akan segera menyambangi dan merangkul parpol lain.
"Makanya suka tidak suka, senang tidak senang harus merangkul pihak yang kalah. Merangkul Nasdem, PPP, PKB, PKS, bahkan PDIP. Nanti siapa yang bergabung siapa yang tidak akan kelihatan nanti," ucap Ujang.
Prabowo Amankan Pemerintahan
Menurut Ujang, dengan merangkul parpol yang kalah dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024, Prabowo tengah berusaha mengamankan jalannya pemerintahan yang bakal ia pimpin ke depan. Sehingga, janji kampanye dapat dijalankan tanpa hambatan.
"Yang jelas ya tadi agar pemerintahan Prabowo ini aman agar kekuatan parlemennya mayoritas, sehingga ketika kuat di parlemen, menjadi kekuatan mayoritas koalisinya, artinya kebijakan-kebijakan Prabowo-Gibran, janji-janji kampanye akan mudah direalisasikan," kata dia.
Advertisement