Liputan6.com, Jakarta - Rencana pertemuan Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terus menjadi perbincangan publik. Berbagai pihak mendorong agar kedua tokoh tersebut agar segera bertemu.
Menanggapi rencana pertemuan tersebut, Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menilai seharusnya pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati tak perlu dipaksan atau pun dihalang-halangi.
Baca Juga
"Mereka telah banyak mengabdi untuk negeri dan bangsa ini, janganlah kemudian kita dorong-dorong, kita paksa-paksa, harus bertemu, jangan bertemu, atau dihalang-halangi bertemu, tidak perlu lah, tidak perlu seperti itu. Biarkan saja," kata Herzaky, saat dikonfirmasi, Minggu (14/4/2024).
Advertisement
"Beliau-beliau ini kan tokoh panutan, banyak pengikutnya, kita biarkan saja. Tentu keduanya memiliki kebijaksanaan seperti apa seharusnya dalam berhubungan. Tentu komunikasi mereka, beliau-beliau baik yang dijalin, yang tanpa masyarakat umum tahu," sambung dia.
Lebih lanjut, Herzaky menyebut, di momentum Lebaran ini juga seharusnya dijadikan suasana yang damai. Tanpa perlu ada provokasi diantara silaturahmi yang terus berjalan saat ini.
"Suasana lebaran, suasana Idul fitri, di mana seharusnya yang menguat itu adalah persaudaraan, silaturahmi, kerukunan, kebersamaan, bukan pecah belah, bukan upaya-upaya atau ucapan provokatif gitu," tegas dia.
"Kalau kami sih mengharapkan kesejukan lah, masyarakat itu inginnya kesejukan kok. Kalau misalnya ada perbedaan pendapat, atau misalnya keadaan politik ya sah-sah saja silakan, ada waktunya, ada momentumnya. Kalau bagi kami, hari ini ayuk kita sedang lebaran, kita hormatilah, gitu, mari kita hormati momentum suci ini untuk silaturahmi dan kerukunan gitu," imbuh Herzaky.
Hasto Sebut Bertemu Anak Ranting Dulu
Pihak Istana, melalui Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan sedang mengatur waktu pertemuan Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Mendengar hal tersebut, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memberikan response singkat.
“Waktunya tanyakan saja Pak Ari,” ujar Hasto saat dikonfirmasi awak media, seperti dikutip Sabtu (13/4/2024).
Hasto kemudian menyinggung saat ini Megawati masih hendak bertemu anak-anak ranting. Menurut Hasto, anak-anak ranting kini menjadi benteng yang melindungi demokrasi Indonesia yang tengah digerogoti oleh penyalahgunaan kekuasaan.
“Lebaran kan memang merupakan momentum untuk melakukan silaturahim dan halal bihalal, tapi dalam konteks terkait dengan Pak Jokowi, anak ranting justru mengatakan sebentar dulu, biar (Ibu Mega) bertemu dengan anak ranting dulu karena mereka juga jadi benteng bagi Ibu Megawati,” ujar Hasto.
Hasto memastikan, belum terlaksananya pertemuan Megawati dan Jokowi bukan karena adanya konflik antara keduanya. Namun PDIP memandang Pemilu 2024 khususnya Pilpres yang didambakan menjadi legacy dari Presiden Jokowi justru merupakan puncak dari abuse of power yang kemudian terjadi akibat nepotisme kepentingan untuk memperpanjang kekuasaan.
“Sehingga anak ranting, ranting, justru yang jadi benteng Ibu Mega agar tetap kokoh berdiri di dalam pengabdian mengawal demokrasi itu,” Hasto menandasi.
Advertisement
Ekspresi Kekesalan PDIP kepada Jokowi
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), melalui Sekjennya Hasto Kritstiyanto menyinggung soal anak ranting ketika pihak Istana mewacanakan pertemuan antara Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri.
Membaca hal itu, Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago mengatakan pernyataan Hasto adalah sebuah ekspresi kekesalan.
“Ini lebih kepada narasi, kita membaca ruang kekesalan PDIP terhadap Pak Jokowi,” kata Arifki saat dimintai tanggapannya melalui pesan singkat, Minggu (14/4/2024).
Arifki meyakini, kekesalan PDIP ke Jokowi menunjukkan terjadi komunikasi dan pertemuan antara elite dengan anak-anak ranting. Kemudian, hasil lain dari pertemuan itu munculnya penolakan terhadap Bobby Nasution yang tidak diterima lagi oleh PDIP untuk Pilgub Sumut.
“Artinya, dalam kontestasi ini komunikasi politik antara PDIP dan Pak Jokowi melebar lebih jauh, ini menunjukkan bahwa dendam kekecewaan hasil Pilpres masih hal yang membuat renggang komunikasi keduanya,” Arifki menandasi.
Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com