Sukses

Ketum PBNU Serukan Gencatan Senjata di Timur Tengah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyerukan gencatan senjata atas serangan Iran atas Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyerukan gencatan senjata atas serangan Iran atas Israel. Serangan ini merupakan balasan atas serangan Israel ke Kedubes Iran di Suriah yang menewaskan 13 orang, termasuk jenderal Iran. 

“Kalau soal eskalasi konflik di Timur Tengah, ini kan kelanjutan dari konflik yang terjadi sejak Oktober 2023 yang lalu. Makanya Nahdlatul Ulama sama dengan pemerintah Indonesia, menuntut mendesak gencatan senjata segera,” jelas Gus Yahya dalam acara jumpa pers di Gedung PBNU, Jakarta Pusat pada Kamis (18/04/2024). 

Ia menegaskan, gencatan senjata ini harus dilakukan segera, bila perlu saat ini juga. “Mendesak dihentikannya kekerasan segera. Saat ini juga!” tegasnya. 

Gus Yahya mengungkapkan bahwa sejak awal mulanya konflik, pihaknya terus menyuarakan agar konflik tidak terjadi berkelanjutan. 

“Kami membuat pernyataan. Di samping itu, kami juga meminta PBB segera bertindak dan kami meminta agar anggota tetap Dewan Keamanan PBB tidak menggunakan veto demi membela salah satunya. Kami sudah nyatakan itu sejak awal,” ungkapnya. 

Menurut Gus Yahya, ini adalah upaya NU dalam menunjukkan concern terhadap kemanusiaan, meskipun beberapa pihak dianggap masih belum menghentikan konflik. Hal ini merujuk pada hak veto Amerika Serikat yang memungkinkan Amerika Serikat menolak resolusi perdamaiam dalam pendudukan Israel terhadap Palestina.

“Nah, tapi kita semua tahu bahwa memang pihak-pihak yang kami sebutan untuk menghentikan kekerasan, kami serukan untuk lebih adil demi kebaikan semua, masih belum mau mengikuti seruan-seruan itu. Amerika misalnya, sampai terakhir masih memveto resolusi PBB untuk gencatan senjata di Gaza,” jelasnya.

 

2 dari 2 halaman

Konsekuensi dari Konflik Panjang

Tak lupa, Gus Yahya juga menjelaskan bahwa eskalasi ini merupakan konsekuensi dari konflik panjang yang sudah terjadi sebelumnya. Apabila tidak dihentikan, maka akan semakin banyak pihak yang terlibat. 

“Setiap kali terjadi konflik, apalagi dengan kekerasan, pasti makin lama makin banyak pihak yang terlibat,” ungkapnya. 

“Kalau tidak segera dihentikan, stop yang lain juga pasti akan ikut-ikutan, misalnya membuka ruang kemungkinan bahwa nanti kelompok-kelompok radikal dan kelompok-kelompok teroris di Timur Tengah akan bangkit lagi, punya alasan punya momentum untuk melakukan sesuatu. Berbahaya sekali, sangat-sangat berbahaya. Tidak ada jalan untuk mencegah kerusakan lebih besar selain berhenti sekarang juga!” pungkasnya.