Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Parta Golkar Airlangga Hartarto menegaskan bahwa partainya dekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putranya Gibran Rakabuming Raka. Hal ini dikatakan oleh Airlangga usai keduanya tak dianggap kader oleh PDIP.
Apalagi, kata dia, partainya juga mengusung Gibran sebagai calon wakil presiden saat Pilpres 2024 lalu.
Baca Juga
"Saya bilang Pak Jokowi, dekat dengan partai Golkar, dan Mas Gibran diputuskan di dalam rapimnas partai Golkar. Jadi bagi Partai Golkar sudah jelas," kata Airlangga di Wisma Laena, Jakarta Selatan, Kamis (23/4).
Advertisement
Sebelumnya, Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun menegaskan bahwa Jokowi dan Gibran bukan lagi kader PDIP.
"Gibran itu sudah bukan kader partai lagi. Saya sudah bilang sejak dia ambil putusan itu," kata Komarudin, di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (22/4).
Saat ditanya terkait status Presiden Joko Widodo (Jokowi) di PDIP, Komarudin pun menegaskan bahwa mantan Wali Kota Solo itu bukan lagi bagian partai di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.
Komarudin beralasan Presiden Jokowi sudah berpihak kepada kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Ah orang sudah di sebelah sana bagaimana mau dibilang bagian masih dari PDI Perjuangan, yang benar saja," imbuh dia.
Reaksi Airlangga Ketika Jokowi Dikabarkan Incar Kursi Ketum Golkar
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto enggan berkomentar soal pernyataan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengincar kursi Ketua Umum PDIP dan Golkar.
Airlangga justru melempar kembali pernyataan ke Hasto. “Tanyakan kepada yang memberi statement,” kata Airlangga di Kantor DPP Golkar, Rabu (3/4/2024).
Sementara Presiden Jokowi menegaskan tindakan seperti itu tidak patut dilakukan. “Jangan seperti itu,” singkat Jokowi kepada awak media saat ditemui di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Rabu (3/4/2024).
Jokowi lantas menganggap pernyataan Hasto sebagai sebuah candaan. Namun saat ditegaskan apakah benar pernyataan yang disampaikan Hasto, Jokowi hanya terkekeh dan bertanya balik kepada awak media.
“Bukannya (Ketum) Golkar?,” tanya presiden.
Jokowi lantas memastikan, tindakan rebut merebut adalah tidak baik. Sehingga dia meminta hal tersebut jangan dilakukan.
“Katanya mau ngerebut Golkar? Katanya mau ngerebut? Masak semua mau direbut semuanya? Jangan, jangan seperti itu,” Jokowi menandasi.
Advertisement
Hasto Sebut Jokowi Incar Kursi Megawati
Sebelumnya, Hasto Kristiyanto mengungkapkan ada upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengincar kursi ketua umum PDIP yang diduduki Megawati Soekarnoputri.
Menurut Hasto, Jokowi ingin mempertahankan kekuatan politik dengan menguasai parpol, yakni Golkar dan PDIP.
"Rencana pengambilalihan Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Jadi, jauh sebelum pemilu, beberapa bulan, antara lima-enam bulan. Ada seorang menteri power full," kata Hasto dalam keterangannya, Selasa (2/4/2024).
Hasto juga mengungkapkan, dalam kabinet Jokowi, ada menteri power full dan menteri superpower full. Jokowi lantas menugaskan menyeri power full untuk menjembatani pengambilalihan kursi ketum PDIP
"Supaya enggak salah, ini ditugaskan untuk bertemu Ryaas Rasyid oleh Presiden Jokowi. Pak Ryaas Rasyid ditugaskan untuk membujuk Bu Mega, agar kepemimpinan PDI Perjuangan diserahkan kepada Pak Jokowi. Jadi, dalam rangka kendaraan politik. Untuk 21 tahun ke depan," kata Hasto.
Upaya pengambilalihan parpol yang dipimpin Megawati ini pun pernah terjadi para era Soeharto yang ingin mempertahankan kekuasaan lewat Pemilu 1971.
"Nah, ini harus kita lihat, mewaspadai bahwa ketika berbagai saripati kecurangan Pemilu 71, yang menurut saya 71 saja enggak cukup, ditambah 2009, menghasilkan 2024, kendaraan politiknya sama," kata Hasto.
Hasto juga menyampaikan ada juga upaya dari kubu Jokowi untuk membentuk koalisi partai politik yang besar.
"Sekarang ada gagasan tentang soal koalisi besar permanen seperti ada barisan nasional," kata Hasto.
Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka