Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Pembina Bappilu Golkar Idrus Marham membantah upaya mengajak PKS bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk menjegal pencalonan Anies Baswedan sebagai calon gubernur Jakarta.
Menurutnya, tak ada masalah dalam melakukan komunikasi politik.
Baca Juga
Terlebih, Idrus bercerita, hubungan Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan PKS sudah terjalin sejak lama. Sehingga, tidak ada niatan untuk menjegal Anies.
Advertisement
"Sebenarnya karena kita bicara tentang KIM, lebih khusus lagi dengan Prabowo, ya hubungan antara Prabowo dengan PKS tahun 2014, kebetulan saya ketua koalisinya itu, kita sangat dekat. Jadi tidak pernah ada masalah," katanya di kawasan Matraman, Jakarta, Rabu (26/6/2024).
"Sehingga kalau kita melakukan komunikasi politik iya tidak ada masalah meskipun pada waktu itu kalau kita lakukan komunikasi politik tiba-tiba muncul suatu respon lagi, wah KIM ini enggak benar nih ingin menjegal Anies," sambungnya.
Idrus menerangkan, komunikasi yang terjalin antara PKS dan KIM adalah sebuah strategi. Dia mempersilakan parpol-parpol lain juga saling lobi-lobi jelang perhelatan Pilkada Jakarta.
"Yang ada dari dunia politik praktis itu adalah adu strategi. Karena kita berkomunikasi dengan PKS, itu adalah strategi, silahkan berkomunikasi juga," ujar bekas Sekjen Golkar ini.
Idrus mengatakan, kini PKS telah menentukan pasangannya yang diusung yaitu Anies Baswedan dan Sohibul Iman. Idrus menyebut, koalisinya siap menghadapi.
"Jadi kita hadapi saja, ya kata Gus Dur gitu aja kok repot," pungkasnya.
PKB Jakarta Tawarkan Duet Anies Baswedan-Prasetyo Edi untuk Pilkada Jakarta 2024
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DKI Jakarta Hasbiallah Ilyas, mengatakan partainya bakal tetap mengusung Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) Jakarta 2024.
PKB Jakarta menawarkan duet Anies Baswedan dan Ketua DPRD DKI Jakarta sekaligus Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Prasetyo Edi Marsudi untuk Pilkada Jakarta 2024.
Selain Prasetyo Edi, Hasbiallah bilang Anies juga bisa dipasangkan dengan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep, hingga Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
"Kami Istiqomah usung Anies. Soal cawagub, kami juga akan komunikasi dengan PDIP. Bisa Anies-Prasetio Edi Marsudi Ketua DPRD DKI Jakarta, Kaesang Pangarep, dan P Heru Budi Hartono," kata Hasbiallah dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (26/6/2024).
Menurut Hasbiallah, partai manapun boleh mendorong kadernya sebagai cagub atau cawagub di Pilkada Jakarta 2024. Namun, kata dia dalam koalisi diperlukan pembahasan untuk menentukan pendamping Anies.
"PKS kan, sudah Ketua DPRD DKI. Masa mau ambil cawagub juga. Saya nilai Anies-Pras ideal," ucapnya.
Terlebih, lanjutnya hubungan antara Anies Baswedan dan Prasetyo sudah terbangun sejak Anies menjabat gubernur Jakarta periode 2017-2022.
Lebih lanjut, Hasbiallah berharap komunikasi antara PKB dengan PDIP bisa terbangun lebih cepat agar posisi cawagub untuk Anies bisa mengerucut.
Advertisement
Memasangkan Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta Blunder
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Syaiful Huda menyatakan, perubahan sikap PKS yang semula mengusung Sohibul Iman menjadi cagub lalu berubah menjadi cawagub Anies Baswedan, adalah bentuk kegalauan internal di PKS.
“Kegamangan temen-temen PKS internal yang semestinya ini konsumsi internal PKS sendiri lah, tapi terpublish,” kata Huda di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (26/6/2024).
Menurut Huda, kegamangan lain PKS adalah langsung memasangkan Anies-Sohibul dan itu menurutnya adalah blunder. “Problem ikutannya adalah lalu langsung memasangkan antara pasangan mas Anies dan mas Sohibul Iman. Di mata saya sih blunder,” kata dia.
Huda menyebut, dengan memasangakan Anies dengan Sohibul, hal itu menutup pintu agar partai lain mau bergabung mendukung Anies.
“Ini akan menutup pintu partai-partai lain untuk bisa bermitra dan poros koalisi ini,” kata dia.
Huda mengingatkan, Pilkada Jakarta anagat cair dan belum ada yang fix, termasuk PKS meski sebagai pemenang Pemilu Jakarta namun tidak bisa mengusung sendiri.
“Mengusung 2 sosok sekaligus baik sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, itu kan secara fatsun politik partai yang sudah mempunyai golden tiket, mempunyai 20 persen. Nah kita tahu temen-temen kita PKS memang menang di pemilu legislatif kemarin. Tapi belum melampaui 20 persen karena baru 18 kursi sementara 20 persennya 22 kursi,” kata dia.
“Jadi menurut saya model memborong begini, memborong figur untuk partai yang tidak memenuhi dan tidak punya golden tiket menurut saya bahaya itu, bahaya,” pungkasnya.
Reporter: Genantan Saputra/Merdeka.com