Sukses

Pakar: Ada Mismatch Kebutuhan Dunia Kerja dan Kualifikasi Lulusan SMK

Terjadi mismatch antara kebutuhan industri dengan apa yang disuplai oleh dunia pendidikan khususnya di pasar terbesar tenaga kerja di level operator yang dipasok lulusan SMA/SMK

Liputan6.com, Jakarta - Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) salah satu penyumbang pengangguran terbesar Gen Z di Indonesia. Hal itu berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2024.

Pengamat Pendidikan Vokasi, Farkhan, menjelaskan jika menyandingkan Data Sakernas BPS 2023 dengan Dapodik SMK terungkap bahwa memang terjadi mismatch antara kebutuhan industri dengan apa yang disuplai oleh dunia pendidikan khususnya di pasar terbesar tenaga kerja di level operator yang dipasok lulusan SMA/SMK. Namun, stigma bahwa lulusan SMK menjadi kontributor terbesar pengangguran tidak sepenuhnya benar.

Farkhan mengatakan, kalau dibandingkan dengan SMA yang lulusannya banyak melanjutkan ke pendidikan tinggi, jumlah lulusan SMK yang masuk pasar kerja jauh lebih banyak. Jadi kalau data statistik menyebutkan bahwa lulusan SMK menjadi kontributor terbesar penganggur hal yang wajar, karena secara populasi memang lulusan SMK yang masuk pasar kerja jauh lebih banyak dari SMA.

“Hal ini justru membuktikan program wajib belajar 12 tahun pemerintah cukup berhasil menurunkan angka putus sekolah khususnya di tingkat dasar hingga menengah,” kata Farkhan.

“Salah satu solusi mengatasi permasalahan mismatch, seharusnya buka/tutup kompetensi keahlian di SMK adalah hal yang wajar terjadi mengikuti dinamika pasar kerja,” tambahnya.

 

2 dari 2 halaman

Mismatch

Berdasarkan data Sakernas BPS 2023 bahwa 29,36 persen mayoritas lapangan pekerjaan di Indonesia didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.

Namun kenyataannya berdasarkan data Dapodik, jumlah siswa SMK terbanyak saat ini justru di bidang keahlian TIK, disusul Teknologi dan Rekayasa, dan Bisnis Manajemen dengan total persentase 80 persen.

Sedangkan SMK di bidang keahlian Agribisnis dan Agroteknologi yang mewadahi kompetensi keahlian Pertanian jumlah siswanya hanya sekitar 4 persen saja.