Sukses

Kurikulum Merdeka Dinilai Bebas dan Terarah, Guru SDI Pelibaler NTT Buat Pojok Curhat bagi Murid

Guru Sekolah Dasar Inpres (SDI) Pelibaler, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) Stefanus Padeng menceritakan soal Kurikulum Merdeka yang dinilai membuat guru lebih bebas, namun tetap terarah. Seperti apakah?

Liputan6.com, Jakarta - Guru Sekolah Dasar Inpres (SDI) Pelibaler, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) Stefanus Padeng menilai Kurikulum Merdeka membuat guru lebih bebas, namun tetap terarah dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik.

"(Kurikulum Merdeka) bebas tetapi tetap terarah. Murid dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya," ujar Stefanus dalam acara Gelar Wicara Sesi 1 Festival Kurikulum Merdeka, Jakarta Convention Center (JCC), Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (5/7/2024).

Stefanus bercerita, menciptakan 'Pojok Curhat Tirta' bagi muridnya sebagai salah satu upaya implementasi Kurikulum Merdeka di SDI Pelibaler, Sikka, NTT. Pada program tersebut, kata dia, para peserta didik dapat menyampaikan curahan hati (curhat).

"Sebagai guru kita memang harus melaksanakan pembelajaran itu sesuai dengan kebutuhan murid. Di sini saya melaksanakan pembelajaran diferensiasi dan salah satu upaya saya untuk mengetahui pengetahuan awal murid itu adalah dengan Pojok Curhat Tirta," ucap Stefanus.

Dia mengatakan, kegiatan itu bisa membantunya untuk mendapatkan pengetahuan awal para murid. Ada pun Tirta, kata Stefanus, merupakan singkatan.

"T itu adalah tujuan, I itu adalah identifikasi, R rencana tindak lanjut, Ta itu adalah tanggung jawab komitmen dari guru dalam melaksanakan rancangan kegiatan," terang dia.

Menurut Stefanus, dari hasil curhatan murid di 'Pojok Curhat Tirta', didapat beberapa hasil semisal minat hingga bakat para murid. Hal itu, ia jadikan dasar untuk merancang pembelajaran berdiferensiasi.

 

2 dari 2 halaman

Pembelajaran Diferensiasi

Stefanus menjelaskan, adapun pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran di mana guru menggunakan berbagai metode untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa sesuai dengan kebutuhan berupa pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.

Dia mengaku menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan mengajak siswanya bernyanyi di kelas. Dengan sebuah gitar kecil, Stefanus kerap merubah lirik dari lagu anak-anak dengan lirik bahan ajar.

"Saya sering mengajak murid saya di kelas untuk bernyanyi bersama di awal pembelajaran atau pun saat ice breaking dengan lagu anak yang liriknya telah saya ubah sesuai dengan tone tone pembelajaran," papar dia.

Stefanus mengatakan, cara itu memberikan banyak manfaat ke peserta didiknya. Selain memperkuat ingatan, para murid juga menjadi lebih termotivasi dalam belajar.

"Ini manfaatnya banyak loh, bisa memperkuat ingatan, bisa meningkatkan motivasi, memfasilitasi pemahaman materi yang sulit itu itu bisa menjadi lebih mudah kalau dinyanyikan," pungkas Stefanus.