Liputan6.com, Lhokseumawe: Hingga kini TNI mengaku belum dihubungi wartawan asal Amerika Serikat William Nessen yang dikabarkan berada di wilayah konsentrasi kelompok Gerakan Aceh Merdeka di Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara. Padahal, telepon genggam Panglima Koordinator Operasi TNI Brigadir Jenderal Bambang Dharmono siap dihubungi setiap saat. "Sampai pagi ini saya belum menerima kontak [dari Nessen]," kata Bambang saat berdialog dengan reporter SCTV Arief Suditomo lewat videoconference dari Lhokseumawe, NAD, Jumat (13/6) pagi.
Bambang menambahkan, TNI tak akan langsung menjemput bila Nessen menyatakan siap keluar dari markas GAM. Sebelumnya, TNI akan menghubungi Kedutaan Besar AS di Jakarta untuk dijadikan saksi. Sebab, ada kemungkinan penyerahan Nessen dijadikan permainan oleh GAM. Misalnya, bisa saja setelah dijemput TNI, GAM menembak Nesson dari belakang. Dengan adanya saksi, kecurigaan masyarakat internasional bahwa TNI menembak Nesson bisa dihindari. "Jadi, jika terjadi sesuatu [saat penjemputan Nessen] itu bukan kesalahan TNI," ucap Bambang.
Bambang juga menegaskan, pihaknya tidak akan mencari Nessen. Pasalnya, Nessen-lah yang membutuhkan perlindungan TNI. Pasukan TNI baru menjemput Nessen jika yang bersangkutan meminta bantuan secara langsung. "Kita menunggu dong. Yang berurusan dia kok, bukan kita," kata Bambang. Mengenai batas waktu jaminan keselamatan selama 2 x 24 jam, Bambang menjelaskan, hal itu dilakukan agar penyelamatan Nessen tidak mengganggu Operasi Militer. "Maksudnya supaya Operasi Militer tidak terbelenggu oleh [operasi penyelamatan] seorang wartawan," ujar Bambang, menjelaskan.
Sebelumnya, pemerintah pun menolak permintaan Komite Perlindungan Wartawan--yang bermarkas di New York, AS--untuk melindungi Nessen karena akan mengganggu Operasi Terpadu [baca: Permintaan Komite Wartawan AS Tak Bisa Dipenuhi]. Namun, kemudian Bambang bersedia menjamin keamanan Nessen jika keluar dari wilayah GAM dalam waktu dua hari [baca: Wartawan AS Diminta Keluar dari Markas GAM].(ZAQ)
Bambang menambahkan, TNI tak akan langsung menjemput bila Nessen menyatakan siap keluar dari markas GAM. Sebelumnya, TNI akan menghubungi Kedutaan Besar AS di Jakarta untuk dijadikan saksi. Sebab, ada kemungkinan penyerahan Nessen dijadikan permainan oleh GAM. Misalnya, bisa saja setelah dijemput TNI, GAM menembak Nesson dari belakang. Dengan adanya saksi, kecurigaan masyarakat internasional bahwa TNI menembak Nesson bisa dihindari. "Jadi, jika terjadi sesuatu [saat penjemputan Nessen] itu bukan kesalahan TNI," ucap Bambang.
Bambang juga menegaskan, pihaknya tidak akan mencari Nessen. Pasalnya, Nessen-lah yang membutuhkan perlindungan TNI. Pasukan TNI baru menjemput Nessen jika yang bersangkutan meminta bantuan secara langsung. "Kita menunggu dong. Yang berurusan dia kok, bukan kita," kata Bambang. Mengenai batas waktu jaminan keselamatan selama 2 x 24 jam, Bambang menjelaskan, hal itu dilakukan agar penyelamatan Nessen tidak mengganggu Operasi Militer. "Maksudnya supaya Operasi Militer tidak terbelenggu oleh [operasi penyelamatan] seorang wartawan," ujar Bambang, menjelaskan.
Sebelumnya, pemerintah pun menolak permintaan Komite Perlindungan Wartawan--yang bermarkas di New York, AS--untuk melindungi Nessen karena akan mengganggu Operasi Terpadu [baca: Permintaan Komite Wartawan AS Tak Bisa Dipenuhi]. Namun, kemudian Bambang bersedia menjamin keamanan Nessen jika keluar dari wilayah GAM dalam waktu dua hari [baca: Wartawan AS Diminta Keluar dari Markas GAM].(ZAQ)