Sukses

Gandeng BSMI, Unibraw Beri Beasiswa Pendidikan Spesialis untuk Dokter Pengungsi Gaza

Menurut Setyo, Program UB-Palestine Solidarity yang diinisiasi oleh Universitas Brawijaya telah berjalan sejak Desember 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Universitas Brawijaya dan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) telah menandatangani kerjasama untuk program pendidikan dokter spesialis (PPDS) bagi mahasiswa asal Palestina di Kampus Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Kerjasama ini mencakup pemberian beasiswa pendidikan kepada dr. Ikram Medhat Abbas, seorang dokter asal Palestina yang baru saja mengungsi dari Gaza.

Penandatanganan ini dilakukan oleh Sekretaris Universitas Brawijaya Dr. Tri Wahyu Nugroho dan Sekretaris Jenderal BSMI Muhammad Rudi. MoU tersebut ditandatangani dalam acara seminar internasional "Solidarity and Humanity, Standing Together for Palestine" yang dihadiri oleh pembicara dari Palestina, Malaysia, dan Indonesia.

Ketua Tim UB-Palestine Solidarity, Prof. Setyo Widagdo, mengungkapkan bahwa kerjasama ini merupakan salah satu bentuk Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat.

Menurut Setyo, Program UB-Palestine Solidarity yang diinisiasi oleh Universitas Brawijaya telah berjalan sejak Desember 2023. Melalui program ini, universitas telah menjalankan beberapa kegiatan, termasuk membantu mahasiswa Fakultas Teknik dari Palestina yang overstay, menggalang dana sekitar Rp700 juta, serta melakukan penyuluhan, kampanye, dan pernyataan sikap atas isu Palestina.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) BSMI, Muhamad Djazuli Ambari, berharap acara ini dapat menjadi momentum bagi kampus-kampus lain untuk mendukung Palestina melalui program akademis. 

Dia menyatakan bahwa Universitas Brawijaya dapat menjadi pelopor dalam mengorganisasikan kampus-kampus di seluruh dunia untuk berkontribusi dalam memberikan program pendidikan bagi Palestina.

 

2 dari 3 halaman

Cerita Dokter Ikram, Rumah Hancur Karena Bom Israel

Penerima program beasiswa dokter spesialis, dr. Ikram Medhat Abbas, menyampaikan apresiasinya terhadap program ini. Ibu satu anak yang akan mengambil program obsgyn ini mengungkapkan bahwa ia menyelesaikan pendidikan S1 Kedokteran di Gaza, Palestina.

Sejak perang, rumahnya telah hancur, dan keluarga dari pihak suaminya telah menjadi syuhada akibat bom Israel. Ikram meninggalkan Gaza bersama ayah, ibu, dan anak semata wayangnya, Hayya.

Dengan suara bergetar, Ikram mengaku ingin berkomunikasi dalam bahasa Indonesia agar bisa menyampaikan perasaannya yang sebenarnya untuk berterima kasih atas beasiswa ini.

 

3 dari 3 halaman

Bantuan Rakyat Indonesia

"Di Palestina, saya sudah menyaksikan bantuan-bantuan dari Indonesia. Bantuan medis atau makanan. Kami terasa senang karena sudah kehilangan semuanya. Kami sangat berterimakasih dan terharu tentang bantuan ini," ujar Ikram. 

Dia juga merasa bahwa Indonesia adalah negara kedua baginya setelah Palestina. Menurut Ikram, masyarakat Indonesia yang mengundang mereka saat mereka terkena musibah.

"Saya harap kita bisa bersama-sama tetap berjuang sampai sholat bersama di Masjidil Aqsa," ujar dia.