Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Program Ketahanan Nasional Universitas Indonesia, Dr. Palupi Lindiasari Samputra, mengadakan penyuluhan edukasi terkait ketahanan pangan bagi para ibu dan balitanya. Kegiatan tersebut, dilangsungkan di Rusunawa Tambora, Kamis (18/7).
“Kegiatan ini merupakan kolaborasi keahlian di bidang ketahanan pangan bidang gizi, khususnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bersama Nurul Dina Rahmawati, S.Gz., MSc dan Agnes Poerbasari M.Si. Kegiatan diawali dengan edukasi pengenalan apa itu keamanan pangan dan peran penting perempuan dalam menjaga keamanan pangan keluarga hingga panduan menu makanan bergizi bagi anak Balita,” kata Palupi melalui keterangan pers diterima, Jumat (19/7/2024).
Baca Juga
Palupi menyatakan, perempuan menjadi pilar ketahanan pangan keluarga yang perlu dibekali dengan pengetahuan agar dapat mengelola pangan yang bermutu dan bergizi, khususnya bagi anak-anak.
Advertisement
Senada dengan itu, Agnes Poerbasari MSi mencatat, sebagian besar penduduk Indonesia saat ini berada di usia balita hingga usia produktif (gen Z dan gen Milenial). Oleh karenanya, ketahanan pangan yang kuat akan berkontribusi dalam menjamin tumbuh kembang anak cerdas dan sehat.
“Anak merupakan generasi muda penentu masa depan bangsa Indonesia. Anak sehat akan mendukung pertumbuhan otak sebagai sumber kecerdasan kognitif, psikomotorik, hingga afektif,” ujar Agnes.
Agnes meyakini, anak sehat lebih berpotensi menyerap ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal maupun pendidikan karakter. Sehingga diharapkan, anak tersebut kelak mampu menjadi anak yang cerdas juga berakhlak baik.
“Sesi edukasi juga memberikan pemahaman yang mendalam terkait ciri-ciri kerawanan pangan yang perlu diketahui ibu dalam keluarga. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan para ibu dapat memitigasi terjadinya kerawanan pangan dalam keluarga,” harap Agnes.
Risiko Stunting
Sementara itu, menurut Nurul Dina Rahmawati, S.Gz., M.Sc jika ibu dalam keluarga gagal mendeteksi kerawanan pangan maka akan lebih besar terjadinya risiko stunting. Apalagi jika penyebab kerawanan pangan telah memasuki tahap anak pernah tidak makan seharian serta gizi pangan tidak terpenuhi.
“Jadi penting memahami gizi yang dibutuhkan bagi anak usia Balita. Dalam hal ini khususnya memperhatikan tekstur dan jenis makanan untuk anak usia di bawah satu tahun dan di atas satu tahun, kata wanita yang berprofesi sebagai ahli gizi ini.
Nurul mengimbau kepada para ibu dengan balita di Rusunawa Tambora untuk memastikan pemberian makanan bergizi seimbang bagi Balita . Alasannya, gizi seimbang mengandung semua zat gizi baik karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan protein, serta memperhatikan tekstur dan porsi sesuai usianya.
“Anak yang tidak cukup gizi seimbangnya akan berpotensi mengalami masalah tumbuh kembang, salah satunya adalah stunting,” wanti dia menandasi.
Advertisement